Takjil pada hari jumat (8/4) adalah nasi Gudeg ditambah dengan teh hangat dan air mineral gelas.
“Tak perlu khawatir jika tidak mendapat takijil, karena setiap berbuka Majid Gedhe Kauman rata-rata menyiapkan 1.500 porsi. Dan terkadang porsi itu lebih dari jemaah yang datang karena kendala seperti hujan atau hal lain,” ucap Pak Ahmad salah satu pengurus masjid, Sie. Urusan Tatib Jamaah I .
Pak Ahmad juga mengatakan menu tradisi takjil khas di Masjid Gedhe Kauman yakni gulai kambing setiap hari kamis.Me nu ini sudah mengakar sejak pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII, serta pada masa kehidupan pendiri Muhammadiyah, Kiai Haji Ahmad Dahlan pada 1868-1923. selain itu menu takjil yang dibagikan bervariasi. Seperti bongkos, sayur asem, opor ayam, gudeg, dan lain-lain.
Program ngabuburit di Masjid Gedhe Kauman ini adalah pengajian takjil. Pada Jumat (8/4) pengajian takjil diisi oleh Bpk. Dr. H. Syaikir Jamaludin, M.Ag. Dalam pengajiannya, beliau mengajak untuk memaksimalkan amalan di bulan Ramadhan dan amalan tersebut dilakukan semata hanya karena Allah. Menjelang berbuka, sebelum berakhir pengajian, uniknya beliau memberi sesi tanya jawab pada jemaah.
Salah satu jemaah bertanya tentang perbedaan jumlah rakaat dalam sholat taraweh. Dalam menanggapi hal itu beliau menjawab bahwa ia sangat menghargai perbedaan yang ada. Menurut beliau perbedaan terjadi tergantung pada dasar hadist shahih yang digunakan. Beliau juga mengingatkan untuk mengutamakan kualitas daripada kuantitas jumlah rakaat bila tidak dilakukan secara khusyuk.
Menjelang berbuka, pengajian takjil tersebut ditutup. Mendekati menit-menit terakhir berbuka, jemaah yang hadir diajak dan dituntun untuk berdzikir. Dari banyaknya amalan, dzikir adalah salah satunya. Terutama selama bulan Ramadhan ini pahalanya akan berlipat ganda.
Pelaksanaan sholat magrib, dilakukan setelah berbuka. Jemaah dapat melaksanakan shalat Magrib baik di dalam masjid ataupun di serambi masjid. Pada pelaksanaan sholat di dalam masjid, shaf dibagi untuk warga kauman dan jemaah luar kauman. Sedangkan pada serambi tidak ada sekat ,selain sekat antara shaf putra dan putri.
Setelah sholat Magrib, area serambi yang digunakan untuk berbuka dan sholat langsung dibersihkan oleh pengurus. Banyak pengunjung yang langsung pulang setelah shalat, ada juga yang tadarus Al-Quran, atau berbincang-bincang di serambi.
“Berbuka dan shalat berjamaah di Masjid Kauman ini sangat nyaman, suasananya adem, dan fasilitasnya sangat baik,” ungkap Kak Ayu, salah satu jemaah.