bukan.. bukan.. .judul itu bukan clickbait. Tapi saya betul-betul memang mau membahas seperti apa desa yang menjadi pilihan liputan spesial hari kemerdekaan tahun ini. Siapa di antara teman-teman yang berlangganan/subscribe kanal youtube Presiden Joko Widodo? Kalau iya, pasti sudah tahu bahwa pada 17 Agustus kemarin kanal tersebut mengunggah video dengan judul "Terang di Desa Ampas, Papua".Â
Isinya bercerita tentang bagaimana warga desa tersebut merasakan manfaat setelah listrik menerangi desa mereka. Kebetulan, saya dan beberapa rekan memang ditugaskan menjadi Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) di lokasi Desa Ampas, Papua tersebut. Apa sih tugas PPHP? Sederhananya, menjamin bahwa pembangunan PLTS berjalan lancar, dan dapat bekerja/beroperasi dengan baik tanpa kurang satu apapun. Karena tugas itulah, saya dan beberapa rekan sudah 2 (dua) kali ke lokasi tersebut.
Sebenarnya, kami pulalah yang merekomendasikan desa tersebut untuk menjadi bahan liputan tim presiden. Maklumlah, pemerintah saat ini memang sangat fokus bekerja untuk Indonesia Bagian Timur dan merasa bahwa rakyat perlu tahu apa saja yang sudah dikerjakan selama ini. Desa Ampas terletak tidak begitu jauh dari Jayapura sehingga aksesnya jauh lebih mudah dan warga desa sangat mendukung pembangunan PLTS di desa mereka.
PLTS dengan kapasias 20 kWp yang menyala sejak November tahun lalu ini memiliki panjang kabel jaringan membentang hampir mencapai 3 kilometer melistriki sekitar 90 rumah. Tersebar dari lokasi rumah pembangkit sampai dengan rumah terjauh di Desa Ampas. Selain penerangan rumah, dipasang juga penerangan jalan umum (PJU) agar warga bisa beraktivitas dengan tenang di luar rumah meskipun pada malam hari. Jadi, untuk orang-orang yang langganan melewati jalan poros trans Irian di malam hari, kini jalanan di Desa Ampas sudah tidak gelap lagi.
Terletak di pinggir jalan poros trans Irian, sebenarnya cukup menyedihkan mengetahui bahwa Desa Ampas belum juga terlistriki sampai tahun 2015 kemarin. Bahkan di desa tersebut masih banyak wabah penyakit malaria dan sistem MCK yang jauh dari kategori baik bahkan banyak yang belum memiliki MCK. Sejajar dengan jalan utama, mengalir sungai yang cukup lebar yang dijadikan sumber utama untuk memenuhi kebutuhan air, mandi, dan kebutuhan rumah tangga lainnya bagi warga desa.Â
Jadi ingat, pada saat tiba di sana saya tiba-tiba kebelet ingin buang air kecil dan kelimpungan karena tidak ada toilet. Akhirnya terpaksalah bersembunyi di semak-semak dan menggunakan air mineral botolan untuk bersih-bersih. Ketika kami datang, desa tersebut baru saja diguyur hujan deras, sungai yang menjadi sumber air utama tersebut menjadi keruh dan biasanya kalau sudah begitu tidak bisa digunakan dan harus menunggu sampai air jernih kembali.
Desa Ampas seringkali ditutupi kabut karena letaknya yang berada di lembah antar perbukitan. Kalau sudah malam, mobil memang harus ekstra hati-hati karena jarak pandang bisa kurang dari 10 meter saja. Di sana, saya bertemu dengan Anggun, seorang Patriot Energi hebat yang bersedia ditugaskan oleh Kementerian ESDM untuk menjadi pendamping bagi warga dalam menerima, mengelola, dan mengoperasikan PLTS.Â
Untuk yang tidak tahu tentang Program Patriot Energi, program ini menyeleksi putra-putri terbaik di Indonesia yang akan ditempatkan di garis-garis terdepan, terluar, dan tertinggal untuk menjadi pendamping bagi warga selama proses pembangunan PLTS. Mirip seperti program Indonesia Mengajar, namun fokusnya pada energi terbarukan untuk desa tertinggal. Anggun banyak bercerita dengan kami tentang kehidupan warga di sana, tidak bisa dipungkiri bahwa warga sana masih cukup kuat mengkonsumsi minuman beralkohol sehingga seringkali mabuk-mabukan sampai tidak terkontrol. Saya yang mendengarnya ikut deg-degan dan takut membayangkan Anggun menghadapi dan harus berhati-hati jika warga sedang mabuk-mabukan.
Dari segi pengelolaan dan pemeliharaan serta partisipasi warga, saya akui Desa Ampas salah satu yang terbaik. Warga dan kepala desa tahu betul bagaimana mengelola dan mengatur operasional PLTS, termasuk menentukan iuran untuk pembayaran gaji operator. Untuk operator, juga dilaksanakan pelatihan untuk mengetahui cara operasional dan pemeliharaan serta mengatasi jika dalam keadaan darurat. Operator Desa Ampas sangat responsif dan selalu ingin belajar.Â
Berdasarkan pengalaman saya, operator memegang peranan penting pada keberlangsungan PLTS. Jika operator rajin merawat PLTS dan disiplin dengan sistem jaringan lisrik yang ada, sudah tentu PLTS bisa bertahan lama. Oleh karena itu, sebagai penghargaan dan pemberi semangat bagi operator, iuran warga diperlukan untuk menggaji operator dan menjadi tabungan jika sewaktu-waktu diperlukan penggantian komponen PLTS. Pada saat kami datang, operator selalu mendampingi dan selalu ingin tahu apa yang kami kerjakan. Sikap yang baik untuk menjamin PLTS yang berkelanjutan. Jempol untuk mereka!!
Sebenarnya selain Desa Ampas, terdapat 7 desa lainnya di Kabupaten Keerom yang menerima program Pembangunan PLTS di tahun 2016 yang lalu. 6 dari 7 desa tersebut terletak lebih jauh dari Jayapura dibandingkan dengan Desa Ampas. Meskipun sama-sama berada di Papua dan di kabupaten yang sama, tapi setiap desa punya cerita dan karakteristiknya sendiri-sendiri.Â
Sebagai bagian dari Program Patriot Energi, ditempat 2 anak muda yang hebat di masing-masing desa tersebut. Dari merekalah saya mendapatkan banyak cerita seru tentang tingkah laku warga desa masing-masing. Seru rasanya mendengar bagaimana mereka menjalani kehidupan sehari-hari di masing-masing desa tersebut. Lain kali, mungkin bisa saya akan buat wawancara dan bincang-bincang bersama Patriot Energi Kabupaten Keerom. Semoga saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H