Mohon tunggu...
Shella Elvina
Shella Elvina Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Halo! Saya Mahasiswa program studi ilmu komunikasi, artikel-artikel yang saya tuliskan disini masih dalam seputar ranah ilmu komunikasi. Semoga artikel ini dapat membantu anda menambah pengetahuan nantinya.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kecepatan Pemberitaan Dapat Menurunkan Kualitas Berita Tersebut

17 Oktober 2022   01:23 Diperbarui: 17 Oktober 2022   02:26 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum memasuki dunia media sosial, tentu saja kita semua memilih untuk membaca berita dari koran, maupun mendengarkan radio dan melihat televisi. Seiring bergeraknya waktu dan juga zaman, tentu saja untuk mencari informasi terkini membutuhkan kecepatan instant. Kecepatan ini digunakan orang-orang agar dapat selalu up to date akan hal-hal yang terjadi di sekitar. 

    Kebanyakan orang ingin selalu mengerti informasi baru dengan cepat dikarenakan adanya rasa FOMO (Fear Of Missing Out). Kenapa keingintahuan seseorang terhadap informasi terbaru termasuk dalam salah satu fenomena FOMO? Hal ini disebabkan karena Fomo sendiri merupakan sebuah rasa cemas dan ketakutan bagi seseorang untuk selalu terhubung dengan seluruh aktivitas media sosial agar tidak tertinggal pada hal-hal yang dianggap menarik di media sosial. FOMO juga bisa menimbulkan rasa kehilangan, stress, dan merasa jauh dari orang-orang karena dianggap tidak eksis. 

    Fenomena FOMO juga terbentuk karena adanya kebutuhan dasar psikologis yang rendah dalam penggunaan suatu media, salah satunya adalah internet. Fenomena ini memiliki beberapa bentuk, salah satu bentuk dari FOMO yaitu self, bentuk dari kebutuhan psikologis ini berkaitan dengan kompetensi dan autonomi yang merupakan keyakinan dari masing-masing individu untuk melakukan suatu tindakan secara efektif serta efisien dan kemampuan pada tiap individu untuk menentukan suatu keputusan. 

Bentuk dari FOMO

Selain itu, terdapat pula Relatedness yang merupakan kebutuhan pada seseorang untuk selalu ingin terhubung, tergabung, bahkan merasakan kebersamaan dengan individu-individu lainnya. Ketika bentuk dari relatedness ini tidak terpenuhi, maka akan muncul rasa khawatir dan mencoba untuk mengikuti dan mencari tau aktivitas serta pengalaman yang dilakukan oleh orang lain di media sosial. 

Dari hal tersebut, terdapat beberapa aspek-aspek tentang FOMO menurut JWT Intellegence yaitu, munculnya perasaan negatif karena sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain, munculnya perasaan sedih apabila tidak dilibatkan dalam suatu kegiatan atau tidak ikut dalam perbincangan, munculnya perasaan tidak mengenakan apabila tidak dapat terlibat dalam suatu aktivitas yang dilakukan oleh orang lain, lalu perilaku untuk melihat suatu aktivitas yang dilakukan oleh orang lain secara berkala dan berulang-ulang. Hal ini dapat membuat orang-orang merasa stress karena terus menerus memikirkan suatu hal yang harus didapatkan agar dapat mengikuti orang lain.

Dari rasa-rasa takut akan tertinggal pada suatu hal yang menimbulkan fenomena FOMO, menjadikan orang-orang sudah menjadikan media digital sebagai salah satu kebutuhan utama. Penggunaan media tentu saja berkaitan dengan hal-hal keseharian seperti kebutuhan untuk membaca berita dan mencari informasi-informasi untuk mendukung kehidupan sehari-hari. Bentuk dari membaca berita pada media ini banyak menggunakan platform digital untuk mempercepat prosesnya. Hal ini didukung juga karena informasi-informasi yang berada di dalamnya cukup penting untuk dapat diserap dan diketahui oleh orang-orang. 

Media Digital

    Media digital banyak dijadikan salah satu alternatif untuk jurnalisme. Hal ini yang menyebabkan adanya jurnalisme digital yang banyak digunakan oleh jurnalis di banyak negara. Jurnalisme digital didefinisikan menjadi sebuah bentuk jurnalisme yang memanfaatkan sumber daya digital yang tidak hanya sebagai jaringan yang memiliki internet saja, namun jurnalisme digital merupakan bentuk dari televisi digital dan radio digital yang memancarkan sinyal lebih bagus. Alternatif ini digunakan untuk menyebarkan informasi secara lebih cepat dan juga tepat dengan kualitas yang bagus dengan memanfaatkan jurnalisme digital. 

Jurnalisme Digital dan Multimedia

    Jurnalisme digital disoroti sebagai sebuah bentuk praktik lama dalam konteks yang baru oleh Kawamoto (2003). Maksud dari praktik lama ini adalah sebagai inovasi dari jurnalisme yang telah ada sejak zaman kekaisaran Julius Caesar di Roma, namun dibawa dalam bentuk modern dengan memanfaatkan teknologi-teknologi digital yang ada. Dalam praktiknya, jurnalisme online di Indonesia memiliki konsep multimedia yang masih baru, hal ini disebabkan karena minimnya media yang memanfaatkan berbagai format selain foto dan tulisan menjadi salah satu kendala bagi wartawan. 

    Multimedia adalah salah satu bagian dari komunikasi yang bergerak menggunakan banyak sekali jenis media. Media yang biasa digunakan pada awalnya hanya televisi dan radio, namun seiring berkembangnya zaman tentu saja ada banyak platform-platform lainnya. Multimedia juga digunakan sebagai salah satu pendukung dari jurnalisme digital, hal ini dikuatkan dengan bentuk-bentuk berita yang ada pada bentuk multimedia dapat membuat pembaca merasa lebih nyaman dan tidak mudah bosan dengan artikel yang disajikan. 

Perusahaan VIVA.co.id

sumber: dream.co.id
sumber: dream.co.id

    Penggunaan multimedia juga dikembangkan oleh masing-masing perusahaan yang bergerak di bidang jurnalisme. Penggunaan multimedia ini menjadi salah satu bentuk yang cukup populer bagi masyarakat sehingga membuat perusahaan-perusahaan harus mau tidak mau untuk mengikuti perkembangan yang ada. Salah satu perusahaan jurnalisme yang menggunakan multimedia adalah VIVA.co.id. Perusahaan jurnalisme VIVA.co.id merupakan portal berita daring yang berada dibawah perusahaan PT. Visi Media Asia Tbk. yang termasuk dalam VIVA Group yang juga merupakan induk perusahaan dari ANTV dan tvONE. Viva.co.id pertama kali diluncurkan pada 17 Desember 2008 dengan nama VIVAnews.co.id dengan mengambil tagline indepth dan trusted, kemudian melakukan pergantian nama pada 2012 menjadi VIVA.co.id. Selain website, VIVA.co.id juga menghadirkan layanan konten di berbagai platform multimedia seperti Dailymotion, Youtube, Facebook, Twitter, dan Instagram. 

    Instagram menjadi salah satu platform media sosial yang banyak digunakan oleh berbagai kalangan usia salah satunya adalah generasi Z. Instagram dipilih oleh VIVA.co.id sebagai salah satu wadah untuk menyebarkan kontennya karena memiliki potensi yang besar dalam berkontribusi untuk menyebarkan informasi dengan cepat. Generasi Z adalah masyarakat kelahiran tahun 1997 hingga 2012. Banyak dari Generasi Z yang memilih untuk menggunakan Instagram sebagai platform untuk membaca berita. Dari Instagram VIVA.co.id dapat dilihat bahwa sebagian besar penggunanya merupakan masyarakat produktif dan salah satunya adalah generasi Z, hal ini dapat dilihat dari bentuk postingan yang disebarkan oleh VIVA.co.id memiliki bentuk yang cukup menarik dan sangat modern.

sumber: instagram VIVA.co.id
sumber: instagram VIVA.co.id

    Berita-berita yang dituliskan dari instagram VIVA.co.id sebagian besar berupa short news yang berada di deskripsi dari postingan. Selain artikel singkat, VIVA.co.id juga menambahkan foto untuk mendukung artikel tersebut. Postingan-postingan dari berita pada Instagram dari VIVA.co.id juga memiliki kecepatan pemberitaan yang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari waktu informasi dari berita tersebut diterbitkan dengan waktu kejadian dari berita tersebut. Namun, hal ini membuat VIVA.co.id tidak luput dari kesalahan-kesalahan kecil seperti salah satunya dengan tidak adanya sumber dari berita dan penulis dari berita tersebut juga tidak dituliskan dengan jelas.

    Kurangnya sumber dari berita dan penulis dari berita yang tidak dituliskan menjadikan informasi-informasi yang diberikan oleh VIVA.co.id tidak mudah untuk dapat diterima karena beberapa orang juga dapat mempertanyakan kredibilitas dari berita tersebut. Kredibilitas yang dimaksud dapat berupa bagaimana artikel tersebut bisa saja menginformasikan hal yang salah. Dengan jumlah followers mencapai lebih dari 500.000 orang, menjadikan Instagram VIVA.co.id pastinya dibaca oleh banyak orang. Bentuk-bentuk informasi yang beragam ini juga membuat Instagram VIVA.co.id banyak dibaca oleh orang-orang. Dengan kurangnya sumber dari pemberitaan tersebut menjadikan kualitas dari berita yang dituliskan oleh VIVA.co.id tidaklah kredibel.

    Meski demikian, hal ini tidak menutupi bahwa VIVA.co.id juga memberikan informasi yang terbaik bagi masyarakat luas. Namun di sisi lain, dapat diperhatikan bagaimana sumber dari berita itu cukup penting, meskipun kecepatan dari pemberitaan yang cukup baik, namun sumber dari berita dan penulisnya juga dibutuhkan agar berita tersebut dapat menjadi terpercaya dan juga memiliki sumber yang kredibel. Hal ini dapat didukung dengan kerja sama yang baik dalam tim.

Referensi

Adzkia, A. R.S. (2015). Praktik Multimedia dalam Jurnalisme Online di Indonesia (Kajian praktik wartawan multimedia di cnnindonesia.com, rappler.com dan tribunnews.com). Jurnal Komunikasi, 10(1), 41-53.

Ashari, M. (2019). Jurnalisme Digital: Dari Pengumpulan Informasi Sampai Penyebaran Pesan. Inter 

Komunika: Jurnal Komunikasi, 4(1), 1-16.

Halaman Tentang Kami. (n.d.). Viva. Retrieved October 17, 2022, from https://www.viva.co.id/tentang-kami

Riadi, M. (2021, January 29). Fear of Missing Out (FoMO) - Pengertian, Aspek, Dampak dan Faktor yang Mempengaruhi. KajianPustaka.com. Retrieved October 17, 2022, from https://www.kajianpustaka.com/2021/01/fear-of-missing-out-fomo.html

Widodo, Y. (2020). Buku ajar: Jurnalisme multimedia. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi 

Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

www.instagram.com/vivacoid 

www.viva.co.id 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun