Mohon tunggu...
Shella Elvina
Shella Elvina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Halo! Saya Mahasiswa program studi ilmu komunikasi, artikel-artikel yang saya tuliskan disini masih dalam seputar ranah ilmu komunikasi. Semoga artikel ini dapat membantu anda menambah pengetahuan nantinya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Digitalisasi Jurnalisme: Perjalanan Tempo Hingga Mencapai Multimedia

27 September 2022   18:41 Diperbarui: 28 September 2022   13:12 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Infografis Tempo cr: dokumentasi pribadi

Jurnalisme sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari yang melekat. Pemberitaan dan informasi tentu saja banyak dikelola dan disebarkan melalui adanya jurnalisme.

Perkembangan zaman yang pesat juga tentu saja menjadi salah satu faktor dimana jurnalisme turut ikut berkembang dengan banyaknya fitur-fitur baru yang membuat setiap perusahaan ingin terus meningkatkan kemampuannya. 

Perusahaan-perusahaan media cetak yang mencapai puncak kejayaan dengan banyaknya cetakan yang dihasilkan perlahan mulai tergerus dengan digitalisasi. 

Bentuk-bentuk dari digitalisasi tentu saja mempengaruhi banyak sekali bentuk output dari masing-masing perusahaan media. Hal ini membuat seluruh media ikut berlomba untuk menghasilkan produk-produk terbaik dalam bentuk berbagai macam media.

Tempo dan Perkembangannya

Pada awalnya, Tempo didirikan oleh enam wartawan yaitu  Goenawan Mohamad, Harjoko Trisnadi, Fikri Jufri, Lukman Setiawan, Usamah, dan Christianto Wibisono pada 1971. 

Enam wartawan tersebut berunding dan ingin menghasilkan produk sendiri dalam bidang jurnalisme dan pers. Namun, dibalik usahanya terdapat beberapa kendala. 

Kendala awal yang dialami ada pada bagian finansial, dimana mereka mengalami kekurangan dana untuk membuka perusahaan. Hal ini ditanggapi oleh Ciputra, sehingga diadakan rapat dan menghasilkan keputusan dimana akhirnya mereka dapat membangun Tempo.

Pada awal terbit, di volume pertamanya Tempo telah menjual sebanyak 10,000 eskemplar dan pada volume kedua mendapat kenaikan menjadi 15,000 eksemplar. Menepis keraguan bahwa majalah Tempo tidak laku, rupanya pada volume ke-10 telah terjual sebanyak 100,000 eksemplar. 

Pembredelan 

Rupanya perjuangan ini tidak selalu berjalan mulus, karena pada tahun 1982 Tempo mengalami pembredelan karena dianggap melanggar kode etik pers. Pembredelan ini dilakukan oleh Departemen Penerangan yang dikeluarkan oleh Ali Moertopo. 

Pembredelan ini berakhir pada Goenawan menandatangani kertas permohonan maaf dan ketersediaan bahwa Tempo akan dibina oleh pemerintah.

Pembredelan terhadap majalah Tempo juga terjadi kembali pada tahun 1994. Pembredelan kedua dilakukan karena Tempo mengangkat permasalahan mengenai pembelian pesawat tempur oleh BJ Habibie.

Sebelumnya, penyelesaian terhadap kasus pembredelan dapat dengan mudahnya terselesaikan dengan menandatangani surat, namun pada tahun 1994 dibuat menjadi lebih kompleks. 

Munculnya Majalah Digital Pertama

Meskipun Tempo mengalami pembredelan, perusahaan tetap mencari cara agar dapat tetap eksis di media yaitu dengan meluncurkan majalah digital pertama di Indonesia dengan situs www.tempo.co.id. Ini menjadi salah satu cara agar Tempo dapat lolos dari pembredelan.

Kian berjalannya tahun, Tempo juga memperhatikan mengenai pola konsumsi yang ada di masyarakat. Perkembangan teknologi membuat dan memaksa perusahaan untuk terus beradaptasi dengan teknologi yang ada.

Tempo mengalami digital disruption yang dimana merupakan perubahan terhadap teknologi digital dan model bisnis yang mempengaruhi value propotion dari suatu produk atau jasa yang dijual. 

Hal tersebut dikatakan merupakan salah satu tantangan bagi Gen Z atau generasi Z, namun di sisi lain hal ini menjadi tumpuan bagi Generasi Z yang ingin melakukan dan membuat perusahaan start up.

Disinilah muncul dimana konsumsi masyarakat terhadap media cetak semakin menurun, sehingga banyak pengguna media sosial memilih untuk menggunakan media digital saja.

Selain itu, konsumsi pada masyarakat usia produktif di lansir dari penelitian pada tahun 2019 rata-rata berusia 15-40 tahun. Usia tersebut juga merupakan usia orang-orang yang melek teknologi. 

Penggunaan Multimedia

Menurunnya konsumsi penggunaan media cetak, dan adanya digital disruption membuat Tempo telah beradaptasi dengan kondisi pada pengembangan industri 4.0.

Dengan begitu, Tempo telah membuat berbagai macam konten di berbagai macam platform di dunia maya seperti di website, Instagram, dan lain sebagainya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun