Awalnya saya ingin mengumpat "SIALAN" begitu, tetapi saya orang yang sangat mengendalikan diri untuk tidak mengumpat (lah, tulisan barusan itu apa kalo bukan mengumpat?? hehe)
Oke, lebih jelasnya akan saya ceritakan wawancara singkat saya dengan seorang pengemis berusia sekitar 12 tahun.
Kantor kami sedang sibuk karena sedang mengadakan bazar. Bazar itu selesai tengah hari ketika semua sembako murah telah habis dari bermacam2 kupon yang dibagikan ke masyarakat beberapa hari yang lalu.
Kami sedang capek2nya dan beberapa rekan kantor masih sibuk dengan barang2 ketika seorang anak kecil, kumuh dan hitam berjalan terseok2 datang membawa banyak amplop kosong masuk dari pintu belakang. Orang2 membiarkannya karena kasian. Dia mulai membagikan amplopnya sambil berkata sangat lirih dan sangat memelas :
"Pak, minta sumbanganya paakkk" benar-benar lirih sampai saya harus meminta dia mengulang.
"Minta uangnya buu.. buat makan" dia berkata dengan lirih dan dengan nada yang sangat menyedihkan.
Hingga semua orang merasa kasihan dan mulai mencari uang diatas seribu. Kebanyakan yang 5 rb dan 10rb, lalu dimasukkan ke amplop putih itu.
Keraguan mulai muncul ketika seorang teman bertanya di mana rumahnya.
Pengemis kecil itu menyebut nama desanya dengan nada yang sama.
Lalu saya ikuti pengemis kecil itu sambil mengajukan beberapa pertanyaan :
S (saya) : Kamu sekolah enggak?