Mohon tunggu...
Shella Safira
Shella Safira Mohon Tunggu... Lainnya - Student

Be Wise!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tabung Bambu Jadi Social Healing?

7 Maret 2022   08:49 Diperbarui: 7 Maret 2022   08:54 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kevin Locke & Bernjamin Koen (dalam Hyson, M., 2017) menyatakan bahwa musik menjadi sarana dalam memperbaiki stereotip yang menghakimi karena musik mampu membentuk keseimbangan dalam hal sosial.

Saya sepakat bahwa diplomasi budaya “soft power” melalui musik dan seni dapat menjadi bentuk penyembuhan sosial di tengah opini negatif yang ada karena musik merupakan suatu hal yang dapat memberikan pengaruh dengan mudah tanpa menggiring maksud buruk.

Mongabay.co.id
Mongabay.co.id

Perkembangan angklung melalui interaksi budaya dan pembelajaran yang diselenggarakan Saung Angklung Udjo Bandung menjadi upaya yang tepat untuk menjangkau khalayak secara global hingga penyelenggaraan acara angklung diplomatik sebagai pemecahan rekor dunia guna memperkenalkan budaya Indonesia dengan bermain angklung bersama.

Sistem informasi mampu memberikan berbagai macam hal dan mempengaruhi setiap individu dengan mudah. Ketika sistem informasi memberikan opini publik dalam konotasi negatif, maka akan menimbulkan ketidaknyamanan sosial.

Alat musik berbahan dasar bambu ini, ternyata menjadi sumber pendapatan bagi para guru musik di Negeri Gajah Putih. Salah satunya adalah Tuan Phol Kit-Khan asal Provinsi Nothaburi yang sangat terkenal dan memiliki ansambel musik tradisional Thailand, serta ansambel angklung dan Band Tiup Barat. Selain itu, banyak guru musik yang berlomba-lomba menjadikan rumahnya sebagai pabrik kecil angklung dan membuatnya dengan hasil karya tangannya (Amatyakul, P., 2019).

Setelah perang dunia kedua, angklung sangat digemari oleh kaum muda sebagai sebuah musik populer. Bahkan, hingga saat ini Angklung Jawa telah menjadi budaya musik permanen di Thailand selama tanaman bambu tidak sukar ditemukan (Amatyakul, P., 2019).

Menurut saya, Indonesia telah dinilai berhasil menjadi pemberi instrumen yang baik. Secara tidak langsung bertujuan untuk mempersatukan kaum muda ataupun tua dengan mudah karena permainan angklung dilakukan secara kolektif yang membutuhkan kerjasama satu sama lain.

Referensi :

Amatyakul, Poonpit. 2019. Century of the Angklung Journey and Its Establishment in Thailand. International Journal of Creative and Arts Studies, 6(1), h. 61-68. Retreived from: https://journal.isi.ac.id/index.php/IJCAS/article/view/3275/1519

Arybowo, Sutamat. 2010. Kajian Budaya dalam Perspektif Filosofi. Jurnal Masyarakat dan Budaya, 12(1), h. 209-230.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun