Mohon tunggu...
Pendidikan

RESENSI BUKU | "SEMBURAT MERAH DI KAKI LANGIT" (2009)

6 Januari 2019   12:35 Diperbarui: 6 Januari 2019   18:10 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
simpustaka.pakpakbharatkab.go.id

Judul        : Semburat merah di kaki langit
Penulis   : Y. Soekardi
Penerbit : PT. Bintang Ilmu
Cetakan  : 2009
Tebal       : 76 halaman + 1 halaman daftar isi
Bahasa    : Indonesia
Sampul   : Latar jingga, kuning, dan coklat
No. Edisi : ISBN 978-979-3745-44-2

Mengulas isi cerita sebuah buku fiksi yang ditulis oleh Y. Soekardi dengan judul Semburat Merah di Kaki Langit. Kalian tahu tidak? Y. Soekardi dikenal sebagai penulis buku tentang biografi sampai cerita perjuangan pahlawan Indonesia lho. Beliau juga menulis tentang cerita fiksi anak-anak seperti cerita rakyat, cerita anak, dan dongeng.

Buku ini termasuk dalam cerita anak karena bercerita tentang petualangan empat orang anak yang bernama Bondan, Bokir, Anto, dan Soni. Bondan adalah seorang siswa di salah satu SMP yang berada di daerah perkotaan. Dahulu Bondan hidup di desa, namun setelah lulus SD, Bondan dan keluarganya pindah ke kota sehingga melanjutkan sekolah di daerah perkotaan. Jarak antara kota dengan desa itu tidak terlampau jauh, kira-kira hanya lima belas kilometer. 

Cerita ini berawal ketika Bondan bertemu dengan Anto, teman bermainnya selama SD. Mereka berencana untuk membersihkan lingkungan sekolahnya dulu yaitu SD Warungjambu, yang terlihat kumuh dan tidak terawat lagi. Mereka mengajak teman-teman mereka yang merupakan lulusan SD Warungjambu, termasuk adik Bondan yang bernama Bokir, karena Bokir juga lulusan dari SD tersebut. Mereka sangat bersemangat dalam bekerja bakti bersama demi mengembalikan lingkungan sekolah yang bersih, indah, dan jauh dari penyakit.

Bondan dan Bokir dikenal sebagai anak yang pintar dan rajin. Setiap malam mereka belajar agar mendapatkan nilai yang baik. Namun, Bondan pernah mengalami pengalaman yang tidak mengenakan, yaitu ia pernah kelupaan dengan tugas harian matematika dan belum belajar untuk ulangan harian sejarah. Hal itu membuat Bondan hanya bisa terdiam, lesu, dan lemas. Pikirannya sudah tidak fokus dan bingung dengan apa yang harus dilakukannya. Bondan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya tersebut dan ia bertekad untuk belajar lebih giat agar ketika ulangan mendapatkan nilai yang memuaskan. Maka dari itu, kita harus menjadikan pengalaman buruk sebagai dorongan untuk menjadi lebih baik lagi. Bukankah seperti itu, Teman?

Cerita dilanjutkan dengan Bondan dan Bokir yang tiba-tiba mendapatkan surat dari sahabatnya, yaitu Anto, yang sudah lama tidak berjumpa dengan mereka. Anto mengajak kakak beradik tersebut untuk pergi berlibur ke kampung Warunglobak, tepatnya adalah di rumah Paman Anto. Orangtua Bondan dan Bokir tidak merasa keberatan dengan kedua anaknya yang akan berlibur di Desa Warunglobak. Namun, orang tua mereka memberikan nasihat agar mereka pandai membawa diri dan bersikap sopan kepada orang lain. Bondan dan Bokir meminjam alat-alat perkemahan kepada Kak Bagus karena rencananya mereka bertiga akan berkemah di lereng bukit sebelah barat Desa Warunglobak.

Cerita liburan Bondan dan Bokir diawali dengan keberangkatan dari rumah mereka menuju rumah Anto menggunakan sepeda sekitar pukul lima pagi. Sepeda mereka diparkirkan di rumah Anto, sehingga untuk melakukan perjalanan menuju Desa Warunglobak mereka diantar menggunakan mobil Anto. Desa Warunglobak terkenal dengan daerah yang subur dan pemandangannya yang indah karena di setiap lereng-lereng bukit terlihat perkebunan kol, kentang, jagung, dan sayur-sayuran.

Cerita itu dilanjutkan dengan dipertemukannya Bondan, Bokir, dan Anto oleh seorang anak Paman Anto yang bernama Soni. Soni adalah anak yang mempunyai hobi bermain musik dan menyanyi. Pada awal pertemuan mereka, penulis menceritakan bahwa Soni sedang duduk sendiri memegang gitarnya sambil bernyanyi dengan suara yang merdu. Kemudian mereka berkenalan dan saling berjabat tangan. Pada malam hari mereka jalan-jalan menyusuri jalan raya serta melihat bintang bertaburan dan bulan yang memancarkan sinar di langit. Setelah itu, mereka berempat bersama Paman Anto berpesta jagung hingga larut malam. Hari itu adalah hari pertama liburan yang menyenangkan bagi mereka di rumah Paman Anto.

Petualangan keempat anak itu diawali dengan berkemah di lereng bukit sebelah barat. Lereng tersebut dipilih karena dekat dengan sebuah mata air dan letaknya tidak terlalu jauh dari permukiman warga sehingga terlihat strategis. Mereka membangun tenda bersama-sama sambil mengontrol talinya sehingga tenda dapat berdiri dengan kokoh dan kuat. Bokir, Anto, dan Soni mencari kayu bakar di sekitar perbukitan dengan cara menyusuri lembah dan menyebrangi sungai kecil. 

Saat itu, mereka bertiga melihat sebuah rumah yang terbuat dari bilik bambu. Dengan rasa penasaran, mereka mendekati dan mengintip rumah tersebut. Mereka melihat rumah itu tidak ada penghuninya, hanya ada beberapa karung yang ada di dalam. Kemudian mereka kembali menuju ke tempat perkemahan karena sudah ditunggu oleh Bondan.

Petualangan mereka tidak berhenti sampai situ saja karena pada malam hari Bondan, Bokir, Soni, dan Anto mendengar suara mobil yang mendekat ke arah mereka. Dengan hati-hati mereka berjalan ke arah suara mobil tersebut. Tampak sebuah mobil dengan bak kecil sedang diparkir membelakangi mereka. 

Di sebelah mobil terlihat seseorang bercakap-cakap dengan pengemudi mobil. Percakapan tersebut sangat mencurigai sehingga membuat mereka penasaran dengan apa yang dilakukan oleh kedua orang tersebut. Ternyata tampak lima orang sedang memikul karung menuju ke mobil dan mereka mendapatkan upah. Setelah mobil meninggalkan bukit menuju ke jalan raya, Bondan, Bokir, Soni, dan Anto mematikan api unggun kemudian memutuskan untuk tidur agar tidak ada orang yang mengetahui keberadaan mereka.

Petualangan pun masih berlanjut dengan cerita mereka melakukan penyelidikan pada pagi harinya. Soni dan Bokir meninggalkan perkemahan untuk melaporkan kejadian tersebut kepada Ayah Soni. Ayah Soni mengira yang ada di dalam karung tersebut adalah hasil pencurian dari perkebunannya karena hasil panen yang sering menghilang. Untuk membuktikan hal tersebut, Ayah Soni, Mang Diman, Mang Jufri, Bokir, Soni, dan enam orang lainnya bergegas menuju ke perkemahan pada waktu senja. Sampai di perkemahan, mereka terkejut melihat tenda sudah berantakan. Saat itu juga Bondan dan Anto tidak ada di perkemahan itu. Setelah diselidiki ternyata mereka diculik oleh anak buah Pak Sopir. 

Pak Sopir adalah ketua kelompok pencuri hasil panen kebun Ayah Soni. Bondan dan Anto berada di rumah yang terbuat dari bilik bambu itu. Di sana terlihat Bondan dan Anto yang mulutnya disumpal dengan sapu tangan dan tangannya ditali. Pada akhirnya, mereka berhasil diselamatkan oleh Mang Jufri yang berani membuka pintu menggunakan linggis. Penulis menceritakan bahwa petualangan tersebut menyimpang dengan rencana awal mereka.

Malam penyergapan dilakukan oleh Mang Jufri dan teman-temannya termasuk Bondan, Bokir, Soni, dan Anto, setelah mereka beristirahat di perkemahan. Mereka menyergap sebanyak lima orang yang berada di rumah bilik bambu. Penyergapan dilakukan dengan cara memberikan isyarat menyorotkan lampu senter ke wajah dan mata kelima orang tersebut. 

Mang Jufri dan teman-temannya mengepung para pencuri dengan lampu senter itu sehingga pencuri mengangkat lengannya untuk menutupi rasa silau. Hampir saja pencuri tersebut melarikan diri, namun Mang Diman dan Mang Jufri segera mencegahnya. Akhirnya mereka berhasil ditangkap dan dilaporkan kepada pihak yang berwajib. Bondan, Bokir, Anto, dan Soni menganggap itu adalah petualangan yang tidak akan dilupakan.

Perkemahan sudah dibongkar, saatnya Bondan dan Bokir mengakhiri liburannya dan pulang ke rumah mereka. Mereka diantar oleh Mang Jufri, Soni, dan Anto menggunakan mobil Kijang. Di sebuah belokan jalan, Bokir tiba-tiba menyarankan agar mobil dihentikan terlebih dahulu. Ternyata Bokir ingin memperlihatkan sebuah pemandangan yang indah yaitu semburat merah sinar matahari yang merona di kaki langit. 

Hal ini membuat Bondan, Bokir, Anto, dan Soni teringat dengan persahabatan mereka saat menghadapi petualangan yang menegangkan bukan menyenangkan. Mereka saling berpelukan dan berjanji akan menjadi sahabat sejati walaupun mereka akan jarang bertemu. Amanat yang dapat diambil dari cerita ini adalah kita harus bekerja sama sebagai sebuah tim dan berani untuk membela kebenaran.

Cerita dalam buku ini sangat menarik bagi anak-anak karena berisi tentang persahabatan keempat orang anak dan mereka harus berani menghadapi ketegangan melawan pencuri ketika sedang berkemah di lereng bukit Desa Warunglobak. Kerja sama tim yang digunakan ketika menangkap pencuri sangat baik, sehingga membuat pencuri akhirnya menyerah. 

Kelebihan buku ini tidak hanya dari ketertarikan cerita, namun sampul depan pada buku ini juga menarik perhatian anak karena gambarnya berwarna. Cetakan buku di dalamnya sudah baik. Kertas yang digunakan adalah kertas yang tebal dan tidak buram. Sedangkan, kekurangannya adalah ilustrasi gambarnya kurang menarik karena hanya diberikan beberapa gambar dan berwarna hitam putih, sehingga dapat membuat bosan pembacanya. Selain itu, dalam buku ini juga tidak diberikan biografi penulis sehingga menyulitkan pembaca ketika ingin membuat resensi buku.

Liburan yang tidak bisa disangka oleh Bondan karena sebelumnya ia hanya kebetulan saja ingin melewati jalan ke arah SD Warungjambu hingga akhirnya ia dipertemukan oleh Soni. Kemudian Soni mengajak Bondan dan Bokir untuk pergi berlibur di kampung halaman Paman Soni sehingga mereka di pertemukan dengan seorang anak bernama Anto. Mereka bisa mengenal lebih dekat ketika berkemah hingga akhirnya mereka mendapat peristiwa yang menegangkan. 

Setelah peristiwa itu, mereka merasa bangga karena bisa melawan keberaniannya dalam menumpas para pencuri. Ketika perkemahan selesai suasana menjadi menyedihkan karena Bondan, Bokir, dan Soni akan kembali ke kampung halamannya. Hanya semburat merah di kaki langit yang menjadi saksi dan kenangan pada liburan kala itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun