Mohon tunggu...
Shela IndahSavitri
Shela IndahSavitri Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Saya adalah sorang pengajar yang mnyukai dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Menjawab Tantangan Society 5.0 Peran Stratgis Mahasiwa Untuk Menjaga Kedaulatan NKRI

5 Januari 2025   10:18 Diperbarui: 5 Januari 2025   10:18 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dialog Kebangsaan oleh anggota Himpunan  Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Pamulang

Agustina Herawati, (221010201417)

Fakultas Hukum Universitas Pamulang, Tangerang selatan, Indonesia.

Pendahuluan.

Mahasiswa telah lama diakui sebagai tonggak utama perjalanan bangsa, tidak hanya sebagai agen perubahan tetapi juga penjaga nilai-nilai kebangsaan. Di era Society 5.0, peran ini menjadi semakin krusial. Society 5.0, yang mengintegrasikan dunia fisik dan digital melalui teknologi seperti kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), Internet of Things (IoT), dan Big Data, menawarkan kemajuan luar biasa. Namun, di sisi lain, ia juga menghadirkan tantangan besar bagi Indonesia. Sebagai generasi muda di garis depan, mahasiswa dituntut untuk mampu beradaptasi dan memanfaatkan teknologi ini demi menjaga persatuan bangsa dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Namun, kemajuan teknologi juga membawa ancaman, salah satunya adalah penyebaran hoaks yang masif melalui media sosial. Hoaks tidak hanya menciptakan kebingungan di masyarakat tetapi juga memicu konflik horizontal yang berpotensi menggerus persatuan bangsa. Dalam situasi ini, mahasiswa memiliki tanggung jawab besar untuk melawan dampak negatif era digital sekaligus menjaga jati diri bangsa di tengah pengaruh budaya asing. Pembahasan mengenai hal ini akan diungkapkan penulis dalam artikel opini ini untuk menggali kontribusi mahasiswa dalam mempertahankan nilai-nilai kebangsaan di era Society 5.0 ini.

Sebuah opini untuk menjawab mampukah mahasiswa menjaga kedaulatan NKRI?

Indonesia merupakan negara dengan keberagaman yang sangat kaya, ditandai oleh adanya berbagai etnis, suku, agama, budaya, serta kebiasaan yang beraneka ragam. Di sisi lain, masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai masyarakat multikultural, yakni masyarakat yang anggotanya berasal dari latar belakang budaya (cultural background) yang berbeda-beda. Keberagaman dan sifat multikultural ini menunjukkan adanya perbedaan di dalam kehidupan bermasyarakat. Mahasiswa sendiri adalah bagian dari masyarakat yang mencerminkan perpaduan berbagai kelompok, suku, agama, dan unsur lainnya.

Change, mahasiswa dituntut untuk mendorong perubahan-perubahan yang lebih baik di bidang sosial demi kemajuan masyarakat. Sebagai Social Control, mahasiswa berfungsi sebagai penyeimbang antara pemerintah dan masyarakat, berperan sebagai pengawas terhadap peraturan, kebijakan, dan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan sebagai Iron Stock, mahasiswa diharapkan menjadi individu yang kuat, serta akhlak mulia untuk menjadi generasi penerus bangsa yang dapat diandalkan. Tantangannya kini adalah, bagaimana mahasiswa dapat menjalankan peran-peran ini dengan relevan di era Society 5.0.

Society 5.0, sebuah konsep yang lahir di Jepang, menekankan integrasi teknologi dalam kehidupan manusia untuk menciptakan masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan. Di era transformasi digital ini, mahasiswa memiliki peran strategis dalam menjaga keutuhan NKRI. Teknologi yang semakin canggih dapat berdampak signifikan pada kehidupan sosial, budaya, dan politik bangsa. Mahasiswa, sebagai intelektual kritis, harus mampu tidak hanya menjadi konsumen teknologi tetapi juga penggerak inovasi yang membawa manfaat bagi masyarakat luas.

Sebagai kelompok dengan energi dan ide segar, mahasiswa memiliki potensi besar untuk memimpin perubahan. Dalam menghadapi arus informasi yang masif, kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan. Mereka harus mampu memilah informasi yang valid dan bermanfaat, sekaligus menganalisis dampak teknologi terhadap masyarakat dan negara. Dengan demikian, mahasiswa dapat memastikan bahwa teknologi tidak digunakan secara egois, melainkan untuk kemajuan bersama.

Menyimpulkan pendapat beberapa ahli, penulis juga berpendapat bahwa salah Salah satu tantangan terbesar era Society 5.0 adalah bagaimana teknologi canggih dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai kebangsaan. Mahasiswa memiliki peran sebagai jembatan yang menghubungkan teknologi dan identitas nasional. Mereka dapat memastikan bahwa kemajuan teknologi tidak mengikis rasa kebangsaan, tetapi justru memperkuat persatuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun