Tahukah kamu bahwa kuyang adalah hantu dengan kepala yang organ dalam tubuhnya dapat kita lihat secara langsung. Enypniastes eximia tidak jauh berbeda dengan kuyang yang kita ketahui. E. eximia yang dikenal dengan “Monster Ayam Tanpa Kepala” atau Headless Chicken Monster merupakan salah satu timun laut dengan badan transparan serta organ dalam yang langsung dapat kita lihat. Akan tetapi tidak perlu takut, sebab E. eximia hidup di laut dalam. E. eximia tergolong dalam filum Echinodermata dan kelas Holothuroidea. Taksonomi dari E. eximia yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Subfilm : Echinozoa
Kelas : Holothuoridea
Ordo : Elasipodida
Subordo : Psychropotine
Famili : Pelagothuridae
Genus : Enypniastes
Spesies : Enypniastes eximia
E. eximia hidup secara kosmopolitan dan aktif berenang selama fase hidupnya. Karakteristik khas dari E. eximia yaitu adanya veils atau tudung yang berfungsi sebagai alat gerak selama berenang. E. eximia memiliki tubuh yang lebih rapuh, dinding tubuh transparan, dan dapat mengapung secara alami. Secara morfologi, tubuh E. eximia berbentuk bulat seperti tong yang tersusun atas 12 podia berbentuk kerucut. Panjang tubuh E. eximia dapat mencapai 25 cm untuk ukuran dewasa. Selain itu, pada E. eximia tidak memiliki osikel seperti kebanyakan Holothuroidea. Warna dari E. eximia akan menjadi lebih gelap seiring dengan bertambahnya usia, pada usia muda E. eximia berwarna merah muda sedangkan pada usia dewasa E. eximia berwarna merah tua hingga kecokelatan.
Persebaran E. eximia
E. eximia ditemukan pada zona bentopelagis yang berada pada kedalaman 461—5.689 m dibawah permukaan laut. E. eximia pertama kali muncul di Perairan Peruvian pada tahun 1999. Secara geografis, saat ini E. eximia tersebar di perairan Laut Sulawesi, Laut Cina Selatan, Atlantik Barat, Teluk Sagami di Jepang, Atlantik Timur, Perairan Laut di Timur Indonesia seperti Pulau Andaman dan Pulau Seram, serta Barat Samudera Pasifik.
Cara Gerak dan Makan
Dokumentasi beberapa peneliti menunjukkan bahwa E. eximia berenang naik turun dengan mengepakkan atau mengibaskan tudungnya. Ketika ingin makan ke dasar laut, E. eximia membalikkan gerakan tudung anterior dengan membentuk posisi tudung yang tegak lurus terhadap pangkal tudung, lalu mengepakkan tepi tudung agar tubuh terdorong ke bawah. Saat sudah mencapai dasar laut, ujung podia menancap ke substrat agar tidak terombang-ambing oleh arus. Selanjutnya E. eximia akan mengambil makanan dengan cara mengeluarkan tentakelnya untuk memakan partikel-partikel kecil dalam sedimen lalu dimasukkan ke dalam mulut. E. eximia tergolong dalam omnifor sebab dalam penelitian yang sudah dilakukan E. eximia tidak terlihat selektif terhadap makanan yang hendak dimakan. Selama makan di dasar laut, E. eximia hanya memerlukan waktu kurang lebih 60 detik namun waktu tersebut tidak cukup untuk memenuhi perutnya sehingga ketika lapar E. eximia akan kembali ke dasar untuk mencari makan.
Terdapat beberapa gerakan yang dilakukan E. eximia saat makan, yaitu mendayung dan mengepakkan tudungnya sehingga tubuhnya dapat bergerak maju. Gerakan maju juga dibantu oleh terdorongnya podia serta tertariknya tentakel pada tudung lateral. Selain itu, ketika arus datang, maka podia pada bagian poserolateral menggulung untuk menahan arus serta tentakel akan menarik tubuh ke bawah agar tidak terbawa oleh arus. Ketika sudah selesai makan, E. eximia akan meninggalkan dasar laut melalui gerakan tudung anterior dan posterior secara bersamaan serta gaya dorong ke arah atas yang dilakukan oleh otot longitudinal ventral.
Saat bergerak naik, E. eximia menarik tudung anterior ke arah posterior melalui kontraksi otot longitudinal. Hal tersebut ditujukan agar terjadi induksi gelombang simpatetik pada dinding tubuh bagian dorsal. Gelombang akan menghilang ketika mendekati bagian posterior tubuh. Daya angkat terjadi sebagai akibat dari gerakan tudung anterior dan tudung lateral yang bergerak bersamaan agar tubuh tetap seimbang. Saat sudah jauh dari dasar laut, E. eximia akan mengembalikan posisinya melalui tentakel yang ditarik dan kembali menggerakan tudung anterior agar mendorong tubuh untuk naik turun. E. eximia juga mempertahankan posisi tegak lurus dengan poros anterior dan posterior yang vertikal. Sedimen yang telah dimakan dapat menjadi penyeimbang sehingga posisi E. eximia dalam keadaan tegak. Sebaliknya, ketika dalam posisi diam, E. eximia mengatur ketinggian lokasinya secara konstan atau turun secara perlahan, bergantung pada sedimen yang ada dalam perutnya
Integumen E. eximia dapat mengeluarkan cahaya atau bioluminescent ketika berada dalam keadaan terancam. Hal tersebut membuat spesies lain atau predator disekitarnya menjauh. Peristiwa ini yang diteorikan sebagai mekanisme antipredator.
Jadi bagaimana, apakah E. eximia sama seramnya dengan kuyang?
Daftar Pustaka
O’hara, T., dkk. 2020. The lower bathyal and abyssal seafloor fauna of eastern Australia. Marine Biodiversity Records 13(11): 1-27
Setyastuti, A. 2011. Enypniastes eximia, Timun Laut Perenang Dari Laut Dalam. Oseana 36(4): 45-53
Solis-Marin, F. A. 2012. First record of the swimming sea cucumber Enypniastes eximia Théel, 1882 (Echinodermata: Holothuroidea) in Peruvian Waters. Rev peru. Boil 19(1): 95-96.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H