[caption id="attachment_134959" align="alignright" width="277" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com/Fikria Hidayat)"][/caption] Indonesian Movie Award (IMA) berlangsung di JITEC mangga dua, Jakarta, disiarkan LIVE di RCTI kemarin (05/05). Beberapa judul film yang masuk nominasi IMA 2010 adalah: JERMAL, KING, QUEEN BEE, HARI UNTUK AMANDA, IDENTITAS, JAMILA DAN SANG PRESIDEN, EMAK INGIN NAIK HAJI, MERANTAU, KETIKA CINTA BERTASBIH, SANG PEMIMPI, BUKAN CINTA BIASA, KATA MAAF TERAKHIR, SERIGALA TERAKHIR, dan RUMA MAIDA. Film-film yang disebutkan diatas sebenarnya memang layak mendapat nominasi dalamIMA 2010. SAyangnya, kategori yang disajikan agaknya kurang mengakomodasi 'wajah perfilman' secara umum. Ada 8 pengkategorian yang diberi lapak oleh IMA 2010, diantaranya: PEMERAN UTAMA PRIA TERBAIK yang jatuh pada Tio Pakusadewo(IDENTITAS), PEMERAN UTAMA WANITA TERBAIK yang dianugerahkan pada Aty Kanser (EMAK INGIN NAIK HAJI), PEMERAN PEMBANTU PRIA TERBAIK dengan Dwi Sasono (WAKIL RAKYAT) sebagai jawaranya, PEMERAN PEMBANTU WANITA TERBAIK jatuh pada Niniek L. Karim (KETIKA CINTA BERTASBIH 2), PENDATANG BARU PRIA TERBAIK dianugerahkan padaChairil  A. Dalimunthe (JERMAL), PENDATANG BARU WANITA TERBAIK diberikan pada Oki Setiana Dewi (KETIKA CINTA BERTASBIH 1), PASANGAN TERBAIK dimenangkan oleh Vino G. Bastian & Reza Pahlevi (SERIGALA TERAKHIR), dan, sebagai award khusus untuk SPESIAL AWARDS PEMERAN ANAK-ANAK TERBAIK, diberikan pada Iqbal S. Manurung (JERMAL). Penghargaan dalam IMA saya nilai sebagai selebrasi yang minim prestasi, betapa tidak...pengkategorian pemenang untuk film hanya 'terfavorit', bukan 'terbaik'. Padahal, penilaian favorit tentu saja salah satu aspek yang dipertimbangkan adalah 'laku' atau 'tidak laku'.  Banyak film berbobot yang terkadang terganjal pasar, namun, ketika ditayangkan, ternyata memiliki kedalaman makna, misalnya Opera Jawa. Film ini mengantongi penghargaan dari berbagai negara: nomiinasi Festival Film Internasional Venesia 2006, Festival Film Internasional London 2006 dan Festival Film Internasional Toronto 2006. Di Festival International Film Independent Bruxelles Ke-35 di Brussel, Belgia, 4-9 November 2008, film ini meraih penghargaan tertinggi untuk kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik (Garin Nugroho), dan Aktris Terbaik (Artika Sari Devi). Tidak heran jika kemudian film-film yang tidak ramah pasar Indonesia kemudian diusung ke negara lain untuk sekedar screening. Bukankah ini mencerminkan budaya konsumtif dan dangkal dalam pengkonsumsian (juga produksi) film Indonesia? Munculnya genre-genre sexy-horor yang sedang booming menjadi acuan bahwa perfilman Indonesia di 2009 sedang buruk. Rilisnya tayangan alternatif seperti Laskar Pelangi, Emak Ingin Naik Haji dan film semacamnya yang masuk pada genre marginal ternyata mendapat apresiasi tersendiri. Dalam IMA, setidaknya saya masih bangga bahwa nominee tidak asal-asalan, saya rasa film-film dan pemeran-pemeran yang masuk nominee memang jempolan. Namun sayang, pengkategorian dalam festival ini perlu diperbanyak dan lebih meningkatkan mutu tiap tahunnya. [sheilayla]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H