Mohon tunggu...
Sheila Serena Susanto
Sheila Serena Susanto Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa FISIP UAJY 2019

Never let someone's opinion become your reality -Les Brown-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Culture Jamming: Sebuah Jembatan Sikap Kontra Atas Produk Kapitalisme

30 Maret 2021   22:07 Diperbarui: 30 Maret 2021   23:18 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
advertisementsareeverywhere.wordpress.com

Culture Jamming merupakan sebuah gambar, simbol, ataupun logo yang termasuk dalam budaya populer, kemudian dipresentasi ulang oleh suatu individu atau kelompok masyarakat. Ketika individu atau kelompok masyarakat tersebut mempresentasikan ulang sebuah gambar, simbol, ataupun logo produk, mereka akan cenderung mempresentasikannya menuju ranah negatif dengan makna menyindir. 

Culture jamming sendiri memiliki tujuan untuk menghalangi atau menghambat sebuah budaya yang ada di lingkungan sosial masyarakat, yaitu budaya-budaya konsumtivisme sebagai akibat dari perkembangan kapitalisme dan juga globalisasi. 

Salah satu contoh dari culture jamming adalah produk Pepsi. Seperti pada gambar di atas, terlihat bahwa logo dari minuman pepsi dipresentasikan ulang dan terlihat seperti seseorang yang obesitas sehingga perut buncitnya terlihat, baju dan celana dari individu tersebut digambarkan kekecilan dan tidak pas lagi dikarenakan ukuran tubuh individu tersebut. 

Dalam gambar di atas terlihat bahwa individu tersebut memegang kaleng minuman Pepsi di tangan kirinya. Melalui gambar tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa individu tersebut menjadi kelebihan berat badan dikarenakan terlalu banyak bahkan sering mengonsumsi minuman kaleng Pepsi. 

Culture jamming merupakan bagian dari postmodern. Pola konsumsi baru merupakan salah satu sifat postmodern. Misalnya, dapat digambarkan bahwa Pepsi sebagai mesin penjual yang sangat efisien. Pada hal ini, dapat dipahami bahwa Pepsi merupakan mesin pembeli yang sangat efisien dari perspektif konsumen atau masyarakat. Konsumsi tentunya dibentuk menjadi sangat efisien dan praktis untuk konsumen ataupun masyarakat karena tersedia di berbagai bahkan hampir semua jenis toko dalam suatu tempat yang juga mempunyai tempat parkir yang luas serta lokasi yang strategis.

Sebenarnya kalau kita lihat, mengapa hal ini bisa terjadi? Mengapa culture jamming bisa terjadi? Mengapa produk Pepsi mendapatkan sindirian seperti gambar di atas?

Teman-teman, Pepsi sendiri merupakan minuman bersoda yang cukup terkenal keberadaannya di dunia bahkan hingga saat ini. Minuman bersoda sangat banyak kekurangannya untuk tubuh kita selain kelebihannya yang hanya memuaskan lidah semata. Beberapa kekurangan tersebut seperti bisa merusak kesehatan gigi. 

Minuman bersoda atau minuman karbonasi juga bisa membuat lingkar pinggang kita menjadi membesar atau dengan kata lain kita menjadi gendut atau gemuk. Sekaleng minuman bersoda sendiri seperti Coca Cola mengandung tujuh sendok makan gula di dalamnya. Bayangkan betapa besar kalori yang dihasilkan dari sebuah minuman bersoda. 

Minum-minuman soda yang mana sama dengan minuman manis juga dapat membuat manusia yang sudah makan akan kembali lapar dalam satu jam ke depan ketimbang mereka yang mengonsumsi minum-minuman tawar seperti air putih. Hal ini menunjukkan bahwa minuman bersoda dapat membuat kita menjadi cepat lapar sehingga membuat kita ingin mengonsumsi makanan terus menerus. Melalui hal tersebut, dapat dijelaskan secara teknis bahwa minuman bersoda yang memiliki gelembung karbon dioksida yang memenuhi perut serta membuat rongga perut melebar dan juga menjadi kembung. Kondisi seperti ini tentunya membuat perut kita seolah-olah meminta untuk diisi lebih dan lebih penuh lagin (Detikfood.com, 2018).

Hal yang telah saya jelaskan di atas menunjukkan dan menjelaskan mengapa terdapat gambar yang merepresentasikan bahwa minuman bersoda seperti Pepsi dapat membuat manusia menjadi obesitas atau kelebihan berat badan. Gambar di atas merupakan gambar yang dibuat oleh beberapa individu atau kelompok masyarakat dengan tujuan menyindir produk Pepsi yang tidak sehat untuk dikonsumsi, tetapi sebagian besar masyarakat minat dan terus mengonsumsi minuman bersoda Pepsi. Hal inilah yang disebut dengan culture jamming. Culture jamming ada kehadirannya dikarenakan adanya beberapa individu atau kelompok  masyarakat yang menentang adanya keberadaan budaya populer yang mereka anggap membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat. 

Culture jamming merupakan bagian dari postmodern. Pola konsumsi baru merupakan salah satu sifat postmodern. Misalnya, dapat digambarkan bahwa Pepsi sebagai mesin penjual yang sangat efisien. Pada hal ini, dapat dipahami bahwa Pepsi merupakan mesin pembeli yang sangat efisien dari perspektif konsumen atau masyarakat. Konsumsi tentunya dibentuk menjadi sangat efisien dan praktis untuk konsumen ataupun masyarakat karena tersedia di berbagai bahkan hampir semua jenis toko dalam suatu tempat yang juga mempunyai tempat parkir yang luas serta lokasi yang strategis.

Sumber:

Detikfood.com. (2018). Minuman Bersoda Bisa Bikin Gendut? Ini Jawaban dari Ahlinya. Diakses pada tanggal 30 Maret 2021 dari Detik

Heldi. (2009). Pola Konsumsi Masyarakat Postmodern (Suatu Telaah Perilaku Konsumtif Dalam Masyarakat Postmodern). Jurnal Al-Iqtishad. (1)1, 113-122.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun