Mohon tunggu...
Sheila Rebeca
Sheila Rebeca Mohon Tunggu... -

Journalism student

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Siapkah Menjadi Citizen Journalist?

1 April 2017   08:57 Diperbarui: 1 April 2017   17:00 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://communicationsfocus.com

2) Kebenaran yang meragukan. Belum terlatih secara profesional, sebagian besar citizen journalist tidak terpaku pada verifikasi data. Padahal dalam hal jurnalistik hal ini sudah menjadi pakem. Segala sesuatu harus diberitakan sesuai dengan fakta, sehingga verifikasi sangatlah penting untuk menghindari data yang tidak akurat. Hal inilah yang sekarang menjadi fenomena di mana berita bohong (hoax) sering terjadi. Selain itu, pernyataan yang mengandung unsur kebencian juga dapat memicu terjadinya konflik di masyarakat.

Memang tidak ada aturan baku untuk seorang citizen journalist. Hal inilah yang sampai sekarang masih menjadi perdebatan. Yang pasti, etika dalam melakukan kegiatan jurnalistik itu sama: tidak menyebarkan berita bohong, tidak mencemarkan nama baik, tidak menimbulkan konflik dan SARA, dan yang terutama adalah sumbernya jelas.

Meskipun masih diperdebatkan keberadaannya, pada kenyataannya CJ inilah yang kemudian menjadi “pengawas” sebenarnya dari roda pemerintahan. Mereka bisa melakukan kritik sosial tanpa harus “dikekang” oleh ideologi otoritas seperti dalam media mainstream di mana seorang jurnalis “harus” tunduk dan taat pada ideologi media tempat ia bekerja. Namun tentunya kritik dan pengawasan ini tidak boleh melewati batas etika jurnalistik dan norma maupun hukum yang ada di negara ini. Bila melewati batas dan melanggar etika, seorang citizen journalist juga bisa diberi sanksi dari penegak hukum berupa pelanggaran pasal dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Twitter, Wadah Citizen Journalism Terpopuler

Sumber: https://fortunedotcom.files.wordpress.com/
Sumber: https://fortunedotcom.files.wordpress.com/

Salah satu platform micro-blogging yang masih digemari masyarakat Indonesia adalah Twitter. Tercatat lebih dari 50 juta pengguna Twitter di Indonesia, 77 persen aktif setiap harinya dengan 4,1 juta tweet. Hal inilah yang menjadi alasan bahwa Indonesia adalah salah satu basis pengguna Twitter terbesar di dunia.

Dengan berbagai macam keunggulan, Twitter yang telah beroperasi selama 10 tahun ini masih mampu memberikan sarana bermedia yang terus berevolusi. Pertanyaan “What’s happening?” yang kerap kali Twitter tanyakan kepada penggunanya seakan mengajak kita untuk bercerita tentang apa yang sedang terjadi di sekitar kita. Penggunaan 140 kata ini juga memiliki maksud tersendiri agar pengguna bisa mengatakan sesuatu secara padat, singkat, dan jelas.

Tak sedikit dari pengguna Twitter yang kemudian menjadi seorang citizen journalist. Selain menulis teks, kita juga bisa menyertakan gambar, video, gif, poll, dan location. Informasi yang kita sebar juga bisa diakses oleh siapa saja, terutama follower kita maupun sebaliknya. Hal inilah yang membuat informasi di Twitter cepat beredar. Adanya fitur hashtag (#) dan trending topic juga memudahkan pengguna ketika ingin melihat informasi tentang hal yang ia inginkan.

Sudah banyak peristiwa di Indonesia yang sumbernya melalui postingan seseorang di Twitter:

Daniel Tumiwa: “Bom @ marriot and ritz Carlton kuningan Jakarta” (Juli 2009)

Anwar Riksono: “Di Petarukan-Tegal. Gw lg di kereta Senja Semarang. Kecelakaan kreta. 3 gerbong hancur. Ditubruk ArgoAnggrek... Doakan yg meninggal.” (Oktober 2010)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun