Mohon tunggu...
sheila gloriana
sheila gloriana Mohon Tunggu... -

hubungan internasional paramadina 2010

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

angklung manniaaa

16 Januari 2011   14:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:31 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa tak mengenal Angklung? Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang berasal dari tataran Sunda. Terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan dengan nada musik berasal dari getaran. Konon awal terciptanya, angklung dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh dengan subur. Namun seiring berjalannya waktu, angklung akhirnya menjadi salah satu kesenian tradisional kebanggaan masyarakat Sunda.
Sekilas memandang angklung sebagai instrument kesenian, mungkin generasi muda saat ini tidak menganggapnya sebagai permainan musik modern. Genre musik barat seperti Hip Hop, R&B, Soul, Alternative, lebih terkenal di kalangan anak muda ketimbang alat musik dari bambu ini. Kuno. Itu lah satu kata yang terlintas dalam benak mereka, padahal pada kenyataannya alat musik tradisional ini telah menjelajah mancanegara dengan segudang prestasinya yang gemilang. Tak kenal maka tak sayang. Pepatah lama itu berlaku terhadap musik tradisional ini. Generasi muda Indonesia saat ini kurang mengenal bahwa musik angklung pun dapat memainkan rhytme modern dengan menampilkan lagu-lagu pop barat terkenal seperti I have a dream-nya Westlife ataupun Musik Klasik-nya Mozart.
Salah satu komunitas yang konsisten melestarikan peninggalan budaya ini adalah Saung Angklung Udjo yang terletak di Jl. Padasuka 118 Bandung, Jawa Barat. Sang pencetus dan pembuat sanggar sering disapa Mang Udjo Ngalagena, sehingga sanggarnya terkenal dengan nama Saung Angklung Udjo. Mulai dari pertunjukan musik bambu yang dinamis-atraktif, pagelaran kesenian Jawa Barat seperti Wayang Golek, Rampak Kendang, Pencak silat, Sendratari, Drama Sunda, Tari Topeng khas Kacirebonan, hingga cara pembuatan alat-alat musik bambu (angklung) tersedia di sanggar seni Udjo ini.
Kecintaannya pada angklung diwujudkannya dengan membentuk sanggar yang kemudian tidak hanya menjadi tempat pengembangan seni angklung, tetapi sekaligus memproduksi alat musik dari bambu itu. Sepeninggal Mang Udjo, usaha melestarikan kesenian angklung diteruskan oleh anak-anaknya. Saat ini Saung Angklung Udjo di pimpin oleh Bapak Taufik Hidayat. Ia merupakan anak ke-9 dari almarhum Udjo Ngalagena, sang maestro Angklung.
Saung Angklung Udjo didirikan pada tahun 1967. Salah satu misi rumah seni ini adalah untuk melestarikan dan mengembangkan musik bambu. Selain pepohonan bambu yang banyak tumbuh di pekarangan rumah, di kompleks rumah seni ini juga terdapat bengkel pembuatan serta tempat-tempat penyimpanan angklung yang siap diekspor ke Korea, Jepang, Belanda, Jerman, Perancis, dan Amerika. Jadi, selain menikmati atraksi permainan musik, pengunjung juga bisa menyaksikan cara pembuatan angklung yang masih sangat tradisional. Bahkan terdapat sebuah poster besar tentang tata cara pembuatan angklung di depan lokasi bengkel ini.
Di balik merdunya angklung, ada proses pembuatan yang lama dan rumit. Tak sembarang bambu bisa digunakan. Hanya bambu hitam dengan usia lebih dari empat tahun yang bisa menghasilkan suara merdu. Dan tentu saja si pembuatnya harus memiliki kepekaan terhadap bunyi yang dihasilkan sebelum menebang bambu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun