Bullying atau perundungan di sekolah masih menjadi masalah besar yang mempengaruhi banyak siswa di seluruh dunia. Tidak hanya berdampak pada fisik dan mental korban, tetapi juga menciptakan iklim yang tidak sehat di lingkungan belajar. Namun, di balik tantangan ini, ada sebuah kesempatan untuk mengajak murid untuk berperan aktif dalam menciptakan perubahan. Guru memiliki peran kunci dalam memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada murid untuk merangkul satu sama lain, bekerja sama, dan mengentaskan perilaku bullying di sekolah.
Sekolah merupakan salah satu tempat murid memiliki petualangannya. Temani petualangan mereka dengan sama-sama menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman. Bagaimana caranya? simak tips berikut!
1. Membuka ruang diskusi yang aman dan terbukaÂ
Memberikan kesempatan kepada murid untuk berbagi pengalaman dan perasaan mereka dapat membangun rasa empati dan pemahaman, serta menghilangkan stigma bahwa bullying hanya masalah korban atau pelaku saja. Guru dapat memanfaatkan berbagai metode pembelajaran aktif, seperti role play (bermain peran), diskusi kelompok kecil seperti menerapkan sesi 1 hari bercerita di tiap akhir atau awal pembelajaran, selain membuat murid belajar terbuka, hal ini juga melatih kepercayaan murid untuk berkomunikasi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Olweus (1993), penerapan program anti-bullying yang melibatkan siswa dalam diskusi dan kegiatan yang meningkatkan empati terbukti efektif dalam mengurangi perundungan di sekolah. Diskusi terbuka tentang perasaan dan pengalaman bullying juga membantu murid menyadari dampak negatif perundungan bagi semua pihak yang terlibat, bukan hanya korban.
Dengan cara ini, murid akan merasa dihargai pendapatnya dan lebih terbuka untuk mengubah pola pikir mereka tentang bullying.
2. Memberikan Ruang Kepemimpinan untuk Murid
Mengajak murid berperan dalam mengatasi bullying juga bisa dilakukan dengan memberikan mereka kesempatan untuk mengambil peran kepemimpinan di sekolah. Sebagai contoh, guru bisa menunjuk murid untuk menjadi "duta anti-bullying", yang bertugas untuk mengingatkan teman-temannya tentang pentingnya bersikap saling menghargai, mengadakan kampanye anti-bullying, atau menjadi mediator dalam menyelesaikan konflik kecil antara teman-teman mereka seperti menjadi konselor sebaya.
Menurut Swearer, Espelage, & Napolitano (2009), memberikan murid peran kepemimpinan dalam program anti-bullying dapat meningkatkan rasa tanggung jawab mereka terhadap masalah perundungan. Ini juga membantu mereka merasa diberdayakan untuk menciptakan perubahan positif di sekitar mereka.