Mohon tunggu...
sheilaagisna
sheilaagisna Mohon Tunggu... Guru - Guidance and Counseling Teacher

Menjadi Pendengar Aktif adalah bagian penting yang tidak terlepas dari keterampilan seorang guru BK, didengar membuat seseorang merasa dihargai, yuk menjadi seseorang yang bisa membuat orang merasa seperti seseorang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Langkah awal mengatasi bullying, Berikan Kepercayaan Murid untuk Berperan!

30 November 2024   19:24 Diperbarui: 30 November 2024   19:24 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bullying atau perundungan di sekolah masih menjadi masalah besar yang mempengaruhi banyak siswa di seluruh dunia. Tidak hanya berdampak pada fisik dan mental korban, tetapi juga menciptakan iklim yang tidak sehat di lingkungan belajar. Namun, di balik tantangan ini, ada sebuah kesempatan untuk mengajak murid untuk berperan aktif dalam menciptakan perubahan. Guru memiliki peran kunci dalam memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada murid untuk merangkul satu sama lain, bekerja sama, dan mengentaskan perilaku bullying di sekolah.

Sekolah merupakan salah satu tempat murid memiliki petualangannya. Temani petualangan mereka dengan sama-sama menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman. Bagaimana caranya? simak tips berikut!

1. Membuka ruang diskusi yang aman dan terbuka 

Memberikan kesempatan kepada murid untuk berbagi pengalaman dan perasaan mereka dapat membangun rasa empati dan pemahaman, serta menghilangkan stigma bahwa bullying hanya masalah korban atau pelaku saja. Guru dapat memanfaatkan berbagai metode pembelajaran aktif, seperti role play (bermain peran), diskusi kelompok kecil seperti menerapkan sesi 1 hari bercerita di tiap akhir atau awal pembelajaran, selain membuat murid belajar terbuka, hal ini juga melatih kepercayaan murid untuk berkomunikasi.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Olweus (1993), penerapan program anti-bullying yang melibatkan siswa dalam diskusi dan kegiatan yang meningkatkan empati terbukti efektif dalam mengurangi perundungan di sekolah. Diskusi terbuka tentang perasaan dan pengalaman bullying juga membantu murid menyadari dampak negatif perundungan bagi semua pihak yang terlibat, bukan hanya korban.

Dengan cara ini, murid akan merasa dihargai pendapatnya dan lebih terbuka untuk mengubah pola pikir mereka tentang bullying.

2. Memberikan Ruang Kepemimpinan untuk Murid

Praktik Baik Murid menjadi Konselor sebaya dan Pendidik Sebaya dalam mencegah Bullying di Sekolah
Praktik Baik Murid menjadi Konselor sebaya dan Pendidik Sebaya dalam mencegah Bullying di Sekolah

Mengajak murid berperan dalam mengatasi bullying juga bisa dilakukan dengan memberikan mereka kesempatan untuk mengambil peran kepemimpinan di sekolah. Sebagai contoh, guru bisa menunjuk murid untuk menjadi "duta anti-bullying", yang bertugas untuk mengingatkan teman-temannya tentang pentingnya bersikap saling menghargai, mengadakan kampanye anti-bullying, atau menjadi mediator dalam menyelesaikan konflik kecil antara teman-teman mereka seperti menjadi konselor sebaya.

Menurut Swearer, Espelage, & Napolitano (2009), memberikan murid peran kepemimpinan dalam program anti-bullying dapat meningkatkan rasa tanggung jawab mereka terhadap masalah perundungan. Ini juga membantu mereka merasa diberdayakan untuk menciptakan perubahan positif di sekitar mereka.

Dengan cara ini, murid tidak hanya merasa bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk menciptakan perubahan, tetapi juga memperoleh rasa percaya diri dan kemampuan kepemimpinan yang penting bagi perkembangan pribadi mereka.

3. Membangun Budaya Sekolah yang Positif dengan menanamkan nilai kebaikan dan kepedulian

Sekolah harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi semua murid. Guru, sebagai bagian dari komunitas pendidikan, dapat membantu membangun budaya sekolah yang positif dengan menciptakan aturan yang jelas dan tegas mengenai perilaku bullying. Namun, aturan saja tidak cukup; yang lebih penting adalah menciptakan lingkungan yang mendukung dan saling menghargai. Hal ini bisa dimulai dengan membiasakan saling menyapa, menghargai perbedaan, dan mendorong murid untuk terbuka terhadap teman-temannya.

Bauman & Yoder (2017) menjelaskan bahwa menciptakan budaya sekolah yang mendukung dan inklusif dapat membantu mengurangi perilaku bullying. Jika sekolah menanamkan nilai-nilai saling menghormati dan bekerja sama, maka murid akan merasa lebih diterima dan kurang cenderung untuk berperilaku bullying.

Melibatkan murid dalam merumuskan aturan atau kode etik sekolah yang berkaitan dengan perundungan juga dapat menjadi cara yang efektif untuk memastikan bahwa mereka merasa terlibat dalam proses tersebut. Dengan cara ini, mereka tidak hanya mengikutinya, tetapi juga merasa bertanggung jawab terhadap aturan yang mereka buat bersama.

4. Mengajarkan Cara Menanggapi Perilaku Bullying

Guru juga harus memberikan keterampilan praktis kepada murid untuk dapat menangani perilaku bullying. Ini termasuk cara untuk berbicara dengan tegas jika mereka melihat perundungan, bagaimana memberikan dukungan kepada teman yang menjadi korban, dan bagaimana melaporkan kejadian tersebut dengan cara yang aman. Selain itu, penting juga untuk mengajarkan murid bahwa mereka tidak perlu menjadi bagian dari perundungan untuk mendapatkan pengakuan atau popularitas.

Mengatasi bullying bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi dengan melibatkan murid secara aktif dalam proses ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman, nyaman, dan penuh empati di sekolah. Guru berperan sebagai fasilitator yang tidak hanya mengajar, tetapi juga memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada murid untuk merangkul satu sama lain, mengatasi masalah bullying bersama, dan menjadi agen perubahan yang positif. Melalui kerja sama yang erat antara guru, murid, dan pihak sekolah, kita dapat menciptakan budaya sekolah yang inklusif dan menghargai perbedaan, yang pada akhirnya akan mengentaskan perilaku bullying di sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun