Dengan cara ini, murid tidak hanya merasa bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk menciptakan perubahan, tetapi juga memperoleh rasa percaya diri dan kemampuan kepemimpinan yang penting bagi perkembangan pribadi mereka.
3. Membangun Budaya Sekolah yang Positif dengan menanamkan nilai kebaikan dan kepedulian
Sekolah harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi semua murid. Guru, sebagai bagian dari komunitas pendidikan, dapat membantu membangun budaya sekolah yang positif dengan menciptakan aturan yang jelas dan tegas mengenai perilaku bullying. Namun, aturan saja tidak cukup; yang lebih penting adalah menciptakan lingkungan yang mendukung dan saling menghargai. Hal ini bisa dimulai dengan membiasakan saling menyapa, menghargai perbedaan, dan mendorong murid untuk terbuka terhadap teman-temannya.
Bauman & Yoder (2017) menjelaskan bahwa menciptakan budaya sekolah yang mendukung dan inklusif dapat membantu mengurangi perilaku bullying. Jika sekolah menanamkan nilai-nilai saling menghormati dan bekerja sama, maka murid akan merasa lebih diterima dan kurang cenderung untuk berperilaku bullying.
Melibatkan murid dalam merumuskan aturan atau kode etik sekolah yang berkaitan dengan perundungan juga dapat menjadi cara yang efektif untuk memastikan bahwa mereka merasa terlibat dalam proses tersebut. Dengan cara ini, mereka tidak hanya mengikutinya, tetapi juga merasa bertanggung jawab terhadap aturan yang mereka buat bersama.
4. Mengajarkan Cara Menanggapi Perilaku Bullying
Guru juga harus memberikan keterampilan praktis kepada murid untuk dapat menangani perilaku bullying. Ini termasuk cara untuk berbicara dengan tegas jika mereka melihat perundungan, bagaimana memberikan dukungan kepada teman yang menjadi korban, dan bagaimana melaporkan kejadian tersebut dengan cara yang aman. Selain itu, penting juga untuk mengajarkan murid bahwa mereka tidak perlu menjadi bagian dari perundungan untuk mendapatkan pengakuan atau popularitas.
Mengatasi bullying bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi dengan melibatkan murid secara aktif dalam proses ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman, nyaman, dan penuh empati di sekolah. Guru berperan sebagai fasilitator yang tidak hanya mengajar, tetapi juga memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada murid untuk merangkul satu sama lain, mengatasi masalah bullying bersama, dan menjadi agen perubahan yang positif. Melalui kerja sama yang erat antara guru, murid, dan pihak sekolah, kita dapat menciptakan budaya sekolah yang inklusif dan menghargai perbedaan, yang pada akhirnya akan mengentaskan perilaku bullying di sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H