Mohon tunggu...
Sheila Adiwinata
Sheila Adiwinata Mohon Tunggu... Dokter -

Dokter Umum

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Tidak Mungkin Ibu Saya Meninggal Dunia.."

11 September 2018   22:42 Diperbarui: 11 September 2018   22:54 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam Lebaran merupakan malam yang ditunggu-tunggu setiap orang. Petasan terdengar sana sani serta menghiasi langit malam. Tapi, apa jadinya apabila di saat semua orang merayakan malam lebaran bersama dengan orang-orang yang dicintai, tetapi ajal menjemput salah satu orang yang sangat kita kasihi?

Saat itu, 2 tahun lalu, saat saya masih menjadi dokter muda (koas) di sebuah rumah sakit daerah, tepatnya saat malam lebaran, saya terpilih untuk melakukan jaga malam di IGD (Instalasi Gawat Darurat). 

Saya ingat betul, jam menunjukkan angka 2 pagi. Saya dan beberapa koas lainnya bergantian istirahat sementara, memejamkan mata yang lelah dikarenakan lelah jaga seharian full. (Kami pastikan di sini kami istirahat bergantian dan tidak menganggurkan pasien sama sekali).

"Gedebakkk....gedebukkkkk..." terdengar suara pintu mobil tertutup kencang dan tak lama kemudian terdengar bunyi brankar (ranjang pasien) memasukki pintu IGD. Saya segera terbangun dan bersama dengan teman koas dan dokter jaga IGD menghampiri pasien tersebut. 

"Maaf bapak dan ibu, bisa tunggu di luar sebentar untuk dapat penjelasan dari dokter? Ibu ini dalam keadaan gawat darurat,kami harus melakukan tindakan." 

Berbagai tindakan kegawatdaruratan kami lakukan. 3 orang koas bertukar-tukaran melakukan CPR (resusitasi jantung dan paru). Berbagai obat kami masukkan untuk menyelamatkan ibu ini. Tangis histeris terdengar di depan hordeng ranjang pasien. Tapi sayangnya, Tuhan punya rencana lain. Tuhan lebih sayang dengan ibu ini.

Pukul 02.25 (saya ingat betul waktunya) pasien ini dinyatakan meninggal dunia. Betapa histerisnya anak dan cucu serta mantu yang mengantarnya seolah-olah tidak percaya orang yang disayanginya tidak ada, "Dok, tidak mungkin ibu saya meninggal dunia tadi kami masih kumpul mempersiapkan besok lebaran dan sholat bersama, bahkan beberapa hari lagi kita akan pergi umroh, ayo dok pompa lagi jantungnya! kenapa semuanya diam? AYO POMPA. Saya mohon dok pompa lagi 1 kali lagi."  Dokter IGD,"Maaf pak, tidak bisa pasien sudah meninggal dunia." 

Tangis semakin histeris bahkan sampai ada anggota keluarga yang pingsan. Ya, jujur saya hanyalah perempuan biasa yang bila melihat kejadian sesedih ini pasti akan tumpah air mata saya. 

Ya, saya tau saya calon dokter, seorang dokter dituntut untuk empati bukan simpati. Saya menuju ke ruangan di belakang dan saya menangis serta saya memanjatkan doa untuk almarhumah. 

Setelah menghapus air mata saya, saya kembali ke IGD. Tak lama kemudian, ada seorang bapak menghampiri saya,"Dokter.. terima kasih ya sudah melakukan yang terbaik untuk ibu saya. Kami ikhlas mungkin ini rencana Allah. Maaf subuh-subuh begini harus membangunkan dokter-dokter. Sekali lagi kami sekelurga ucapkan terima kasih sudah usaha dengan keras menyelamatkan hidup ibu kami meski akhirnya takdir berkata lain." 

Rasa lelah jaga seharian, stress dan lainnya bilang seketika setelah mendengar perkataan ini. Bukan kami gila hormat atau bagaimana. Tetapi apabila kita benar-benar tulus menjadi dokter, rasanya bahagia sekali, terdapat kepuasaan sendiri mendapatkan ucapan terima kasih seperti itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun