Mohon tunggu...
Sheibasari Sheibasari
Sheibasari Sheibasari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

@ sheibasari\r\n\r\n\r\n\r\ndalam keriuhan hidup, ada sisi lain yang tak terbaca oleh hati yang tak menatap

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mengapa harus Bikepacker (Motor)

13 Agustus 2015   15:48 Diperbarui: 13 Agustus 2015   15:59 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Kopi enak"]
[/caption]Setahun lalu perjalanan saya selama dua bulan itu, masih saja meninggalkan pertanyaan-pertanyaan sisa yang masih sering ditanyakan sampai dengan sekarang. Di satu sisi, saya tentu memahami sahabat, kerabat, dan rekan-rekan yang menanyakan, mengapa saya harus memilih motor? Tentu mereka yang menanyakan itu tahu betul, kalau saya ini bukan seorang biker atau sejenis petualang yang menyukai tantangan ekstrim. Di mata mereka saya hanyalah seorang anak rumahan dan mantan mbak-mbak kantoran yang kebetulan saja lebih menyukai pekerjaan lapangan.

Perlu setahun untuk mengemas kepingan-kepingan jawaban dari setiap pertanyaan-pertanyaan kepo mereka tentang motor sebagai moda transportasi mengelili Jawa, Bali, Madura dan Lombok. Baiklah. Saya mencoba menjelaskan alasannya dengan cara saya.

Satu, motor jelas kendaraan praktis, di beberapa tempat wisata yang lokasinya terpencil, tentu tidak bisa masuk dengan kendaraan roda empat atau lebih. Dengan menggunakan motor, lebih leluasa menjelajah tempat-tempat menarik yang biasanya nyempil.

Dua, untuk yang sering mabuk kendaraan karena kepungan AC atau supir ugal-ugalan, motor adalah solusinya, karena kita yang mengendalikan sendiri kendaraan dan bagaimana pun udara di luar sana jauh lebih sehat.

Tiga, bisa istirahat kapan pun, dimana pun, dan berhenti mendadak untuk sekedar memotret sesuatu yang indah atau menonton sebuah mobil pick up yang terjun bebas ke sawah yang mengering.

Empat, bebas macet. Bisa selap-selip dengan menggunakan jalur kiri, tanpa harus mengomel sepanjang jalan karena macet. Itu buang waktu dan emosi yang tak perlu.

Lima, kalau lagi kehabisan bensin karena lupa, tinggal di dorong atau kalau lagi beruntung, suka ada yang menawari untuk mendorong kenalpot motor sampai dengan SPBU, hehehe.

Enam, jelas murah lah. Saya tak bisa membayangkan berapa budget yang harus saya keluarkan jika perjalanan saya menggunakan pesawat, bis atau bahkan kereta. Saya hanya perlu mengeluarkan bensin dan service motor setelah tiga ribu kilometer.

Tujuh, menjelajahi luasnya Indonesia dengan segala rincian keindahan dan keruwetannya, jelas terekam dengan baik di setiap kilometer dengan menggunakan motor.

Delapan, silaturahmi jelas lancar jaya. Beberapa kerabat dan teman-teman saya di daerah, akses menuju rumahnya, kalau tidak dilalui jalur angkot, ya harus mblusuk ke gang-gang sempit. Lah, kalo gak bawa motor, bisa runyam urusan waktu dan urusan duit.

Sembilan, kenal dengan lebih banyak orang. Rata-rata di SPBU, biasanya kami saling bertukar sapa dengan sesama pengendara motor yang sedang berisitirahat. Saling memberikan informasi mengenai jalur yang lebih cepat atau jalur yang aman untuk pengendara perempuan seperti saya. Saling menasehati untuk tetap awas dan waspada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun