Mohon tunggu...
Sheibasari Sheibasari
Sheibasari Sheibasari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

@ sheibasari\r\n\r\n\r\n\r\ndalam keriuhan hidup, ada sisi lain yang tak terbaca oleh hati yang tak menatap

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Remah

18 Februari 2014   00:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:44 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

tak mengapa aku memunguti remah-remahmu,

itu untuk aku hidup,

untuk aku ada dan mengenalkan ku pada bumi yang mulai penuh

seringkali lelahku menghitung setiap butiran remah

kusisakan pada bejana tua beserta sisa-sisa terbuang yang sering terpinggirkan

setiap malam pula aku menghitung setiap langkah dalam ribuan kilometer

berdesakan dengan kertas-kertas tua, bersisian dengan bergelas-gelas kopi

bersama cahaya redup dari layar laptopku

seringkali mereka menyudutkanku dalam kata

lalu dengan sisa-sisa kepercayaan diri

ku tunduk kan kepala, mengiyakan kesalahan interpretasi yang kubuat

lalu sibuk mengulang pada malam-malam yang tak kuingat sebagai malam

begitulah

dan aku masih setengah begitu, merapikan satu per satu

entah itu file, peta, sampai isi kepala

kelak,

langkahku yang lemah ini, akan kubuat sebuah cerita lalu

tentang cita-citaku menyentuh langit biru

ini tentang kamu dalam aku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun