tak mengapa aku memunguti remah-remahmu,
itu untuk aku hidup,
untuk aku ada dan mengenalkan ku pada bumi yang mulai penuh
seringkali lelahku menghitung setiap butiran remah
kusisakan pada bejana tua beserta sisa-sisa terbuang yang sering terpinggirkan
setiap malam pula aku menghitung setiap langkah dalam ribuan kilometer
berdesakan dengan kertas-kertas tua, bersisian dengan bergelas-gelas kopi
bersama cahaya redup dari layar laptopku
seringkali mereka menyudutkanku dalam kata
lalu dengan sisa-sisa kepercayaan diri
ku tunduk kan kepala, mengiyakan kesalahan interpretasi yang kubuat
lalu sibuk mengulang pada malam-malam yang tak kuingat sebagai malam
begitulah
dan aku masih setengah begitu, merapikan satu per satu
entah itu file, peta, sampai isi kepala
kelak,
langkahku yang lemah ini, akan kubuat sebuah cerita lalu
tentang cita-citaku menyentuh langit biru
ini tentang kamu dalam aku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H