Mohon tunggu...
Shefira Amanda
Shefira Amanda Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya memiliki kepribadian pantang menyerah dan senang belajar akan hal baru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menerima Diri dengan Jujur dan Tulus, Seorang Penyandang Disabilitas Bisa Sukses

14 April 2023   09:10 Diperbarui: 14 April 2023   09:10 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahrul Fuad,  penyadang disabilitas yang berhasil dan sukses dalam perjalanan karirnya. "Kuncinya menerima diri dengan jujur dan tulus," ungkapnya.

Lahir di Kediri pada tanggal 17 Agustus 1975, Bahrul Fuad mulai kehilangan beberapa saraf motorik yang berkaitan dengan emosi ketika ia berumur satu tahun. Penyebabnya adalah suntikan dokter yang diberikan kepada Bahrul Fuad ketika ia sedang mengalami penyakit demam tinggi saat berumur satu tahun.


Sejak ia mengalami gangguan saraf motorik, Bahrul mulai merasa kesusahan untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang orang normal lakukan pada umumnya. Ditambah, Bahrul harus bisa mengontrol emosi yang dimilikinya dengan mendengarkan musik ataupun menonton film untuk mencegah badannya menjadi kaku. "Kalo aku lagi malu, marah, sangat senang, atau takut, itu semua anggota tubuh jadi kaku, bahkan untuk bicara terkadang agak susah, ototnya jadi kaku," ungkap dirinya.


Seorang ayah yang memiliki anak satu tersebut, mengatakan bahwa setelah lulus SMA ia lanjut menjalankan pendidikan kuliah jurusan Psikologi di Universitas Darul'Ulum Jombang. Pada saat kuliah, Bahrul Fuad aktif dalam organisasi dengan membangun komunitas bernama Ikatan Penyandang Cacat Jombang. Kegiatan dalam komunitas tersebut berisikan kegiatan diskusi, arisan, sampai berlatih untuk pentas seni musik dan puisi. Tidak berhenti disitu, dirinya terus berkarya dengan aktif mengikuti volunteer di Yayasan Satu Nama Yogyakarta sebagai public education untuk perpustakaan keliling anak-anak.


Setelah lulus perjalanan dalam mencari kerja Bahrul pun tidak selalu berjalan mulus. "Saya dulu kalau melamar kerja dianggap pengemis, ya orang masyarakat kita masih memandang buku itu dari cover nya" ujar Bahrul Fuad. Sebagai seorang penyandang disabilitas, baginya pandangan underestimate sudah sering terjadi. Hal tersebut tidak membuatnya menyerah dan hal tersebut dapat ditaklukan dengan kemampuan dirinya yang memiliki motivasi hidup.


"Menerima diri secara jujur artinya kita menerima diri dengan segala kekurangan dan kelebihannya," ujar lelaki yang gemar baca buku tersebut. Bahrul mengatakan bahwa dirinya menerima dan tidak malu sebagai penyandang disabilitas. Motivasi selanjutnya yang disampaikan adalah sebagai manusia kita harus menggali potensi atau bakat diri yang dimiliki dengan terus upgrade ilmu pengetahuan. "Namanya orang belajar, itu tidak ada titik akhirnya, sekolah mungkin bisa lulus, tapi yg namanya belajar itu kita harus upgrade pengetahuan kita setiap saat supaya kita bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan teknologi," ungkap
lelaki kelahiran Kediri tersebut.


Bagi dirinya, memiliki percaya diri merupakan sebuah bakat yang membantu dirinya untuk mendapatkan berbagai pekerjaan. Dengan keterbatasan yang dimiliki, hal tersebut tidak menghalangi Bahrul untuk berkarya dan mengembangkan potensi dirinya. "Percaya diri, suka baca buku, dan suka berteman, itu saya gabung menjadi modal saya untuk mengembangkan diri," lanjutnya.


Saat bekerja di Pusat Pemberdayaan Komunitas Perkotaan Universitas Surabaya menjadi koordinator program, dirinya aktif mengorganisir teman-teman disabilitas dengan membuat koperasi, serta belajar bercocok tanam untuk tanaman obat keluarga, organik, dan sayur mayur. Menurut Bahrul, dirinya bisa mendapatkan pengalaman kerja dengan cara berelasi dan membuktikan potensi diri pada relasi yang dimiliki. "Orang itu sepintar apapun, itu kalau tidak punya banyak teman itu juga akan susah untuk masa depannya bekerja," ujar lelaki tersebut.

Setelah memperluas relasi dan mengembangkan bakatnya, Bahrul Fuad diterima bekerja sebagai Project Manager di program The Nippon Foundation yang melakukan program untuk pemberantasan stigma terhadap pemberantasan kusta dan penghapusan stigma terhadap orang yang pernah mengalami kusta sampai tahun 2011. Dilanjut dengan menjadi konsultan disability and rehabilitation di NLR Indonesia. Setelah itu pada tahun 2013 Bahrul bekerja menjadi peneliti bidang disabilitas di Pusat Kajian Perlindungan Anak Universitas Indonesia. Tidak berhenti disitu dirinya lanjut berpindah kerja di The Asia Foundation sebagai Nasional Consultant for Disability and Social Inclusion sampai akhir 2019. Hingga kini pada akhirnya ia terpilih menjadi Komisioner Komnas Anti Kekerasan Perempuan periode 2020-2024. 

"Saya dulu tidak pernah punya bayangan bisa menjadi komisioner," ungkapnya. "Mau jadi guru PNS pada waktu itu karena harus sehat jasmani dan rohani, mau jadi tentara tidak bisa, mau berdagang bisnis tidak punya modal, nah yang aku lakukan itu tadi mengupgrade pengetahuan dan keterampilan dan memperluas jaringan dan perkawanan," lanjut Bahrul Fuad.


Dirinya benar-benar haus akan ilmu. Saat bekerja ia juga mengambil program S3 di program Doktor Sosiologi UI. Dirinya juga mengikuti banyak pelatihan-pelatihan khusus. "Salah satunya kursus di Thailand untuk leadership training, terkait civic education for future Indonesia leaders Yogyakarta," ujar Komisioner Komnas Perempuan tersebut.


Lelaki tersebut memberikan pesan kepada masyarakat untuk selalu menerima diri dengan jujur dan tulus. Fokus pada potensi diri yang dimiliki juga akan membantu kita untuk selangkah lebih maju. "Tuhan sudah memberikan kepada kita anugrah yang terbaik apapun bentuknya, jadi kita tidak boleh minder, dan rendah diri," ungkap Bahrul Fuad. Selain itu dirinya juga berpesan untuk
terus semangat memperbaiki diri dan meningkatkan kapasitas diri, setelah itu berserah diri kepada yang mengatur kehidupan, karena selayaknya manusia tugas kita hanyalah berusaha dan berdoa, dan hasil akhirnya di luar kendali manusia. "Orang boleh merencanakan masa depan, tapi kita juga harus berpikir alternatif atau melakukan mitigasi ketika perencanaan kita itu tidak berjalan sebagaimana yang kita harapkan," tutup Bahrul Fuad.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun