Pengertian DAP
Berbicara tentang DAP (Developmentally Appropriate Practice) di PAUD, ada banyak definisi DAP yang ditawarkan oleh berbagai pakar atau pakar parenting. Seorang ahli bernama Sue Bredekamp sebagai pencipta DAP mengatakan bahwa DAP bukanlah kurikulum, juga bukan standar kaku yang menuntut.Â
Saat Anda belajar, DAP adalah struktur, filosofi atau pendekatan yang digunakan ketika bekerja dengan anak-anak. Tujuannya adalah untuk memfokuskan perhatian kita pada semua yang kita ketahui tentang anak dan apa yang dapat kita pelajari tentang anak sebagai individu dan keluarganya sebagai dasar pengambilan keputusan Sebagai individu yang unik, harus dipahami bahwa setiap anak adalah istimewa dan memiliki gaya belajar, minat yang berbeda , kepribadian, temperamen, kemampuan dan kecacatan, tantangan dan kesulitan untuk setiap anak, termasuk keterlambatan dan gangguan perkembangan. Anak juga harus dilihat dari lingkungannya.
latar belakang dan lingkungan keluarga, budaya dan masyarakat, serta latar belakang keluarga dan kondisi keluarga saat ini. Terjemahan bebas dari Developmentally Appropriate Practice (DAP) dalam bahasa Indonesia adalah "Pendidikan Layak dan Menyenangkan".Tiga dimensi konsep DAP adalahÂ
(1) sesuai usia, yaitu sesuai dengan tahapan perkembangan anak
(2) sesuai dengan lingkungan sosial dan budaya, yaitu sesuai dengan pengalaman belajar yang bermakna, relevan dan sesuai dengan kondisi budaya
(3) Individual sesuai, yaitu sesuai dengan pertumbuhan dan karakteristik anak, kekuatan, minat dan pengalaman.
Kelebihan dan Kekuarang DAP
Keuntungan menggunakan DAP (Developmentally Inappropriate Practices) strategi :Â Â
1) Pendekatan DAP (Developmentally Inappropriate Practices) memposisikan anak sebagai pemeran utama dalam proses pembelajaran , dimana kegiatan yang akan dan akan dilakukan menyambut ide anak. Â
2) Memberikan banyak kesempatan kepada anak untuk aktif dan bertanya, bereksplorasi dan mencoba. Â
3) Sarana pembelajaran disesuaikan dengan perkembangan karakter anak prasekolah yang masih dalam tahap praoperasi, dimana 24 anak membutuhkan benda-benda konkrit dan lingkungan nyata yang secara aktif melibatkan seluruh indera anak. Â
4) Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan dengan pendekatan belajar bermain dalam lingkungan. Â
 Sedangkan kekarang nya yaitu: 1) Proses pembelajaran harus konsisten dengan tahap perkembangan anak.Â
2) Harus sesuai dengan kemampuan kognitif siswa. Â
3) Tidak semua alat peraga cocok untuk aplikasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H