Mohon tunggu...
Saiful Hidayanto
Saiful Hidayanto Mohon Tunggu... -

menulis untuk mengungkapkan kebenaran hakiki, dibalik opini-opini yang bias

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jajanlah Walaupun Sedikit..!

3 Januari 2015   05:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:55 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemacetan mungkin memberikan kejenuhan bagi pengendara tidak terkecuali pengendara mobil. Tapi kemacetan juga memberikan secercah penghidupan bagi warga lainnya. Ada yang meminta-minta, mengamen, berdagang asongan, makanan ringan, ataupun mainan sederhana dan alat tulis, bahkan yang terbaru ada yang berpakaian badut kemudian berjoget dan bergoyang baik dengan ataupun tanpa diiringi musik. Meminta-minta, mengamen, maupun badut-badutan dapat kita kesampingkan terlebih dahulu, karena menjadi perdebatan boleh tidaknya memberi uang kepada mereka.  Kali ini kita akan lebih menekankan pada pedagang asongan, makanan ringan, dan penjual mainan.
Jenis dagangan mereka bermacam-macam, ada asongan (minuman, permen, tisu, dll.), ada yang khusus menjual minuman, ada yang menjual cemilan ringan (tahu, kacang, mangga irisan, dll.), ada yang menjual makanan ringan (bakpau, tahu sumedang, opak, gemblong, dll.), dan ada yang menjual mainan, alat tulis, peta, kalender, atau asesoris mobil dan lainnya. Mereka seolah tidak kenal waktu untuk berdagang, pokoknya, di mana ada kemacetan di sanalah mereka 'beraksi'. Tidak ada yang istimewa dari mereka. Keberadaan mereka sudah umum adanya dan mulai menjadi bagian tak terpisahkan dari kemacetan.
Tapi coba kita perhatikan lebih dalam wajah-wajah mereka, terutama saat kemacetan di siang bolong. Terik matahari yang menyengat dan membakar kulit tidak mereka hiraukan. Sebagian dari mereka masih muda dan berpenampilan selayaknya anak muda sebayanya. Tidak sedikit yang memakai celana jeans 'belel' bahkan ada juga yang memakai anting. Mungkin di antara mereka ada yang mengkoordinir barang dagangan mereka dengan sistem setoran walaupun ada juga yang wirausaha mandiri.
Saya membayangkan bahwa sisi lain atau masa lalu mereka berada dalam jalur yang gelap. Mungkin mereka dulunya adalah para pengamen jalanan, pengguna narkoba, atau bahkan pemalak. Namun sekarang, baik melalui perantara orang lain ataupun atas kesadaran diri sendiri, mereka mencoba bangkit untuk memperbaiki diri, salah satunya dengan mencari uang secara halal yaitu berdagang. Itulah yang membuat saya berusaha menyiapkan uang sekedarnya untuk membeli apa yang mereka jual.  Dengan membeli, mereka akan mendapatkan keuntungan, dan yang lebih penting membuat mereka tetap bersemangat mencari nafkah yang halal. Saya khawatir, ketika mereka mencoba berubah menuju keadaan yang lebih baik, tapi karena minimnya hasil yang di dapat membuat mereka putus asa dan kembali kepada jurang kegelapan.
Mungkin pertanyaannya? Bagaimana kalau dagangan mereka itu bukan barang yang kita butuhkan atau bukan makanan / minuman yang kuta inginkan. Kita kadang merasa sayang, walaupun hanya 2000, 5000, ataupun 10000, tapi kalau membeli sesuatu yang tidak kita butuhkan dan inginkan maka terkadang berat bagi kita mengeluarkannya. Apalagi, walaupun naik mobil, terkadang kantong juga ada masa cekaknya, sehingga tambah beratlah mengeluarkan uang untuk jajan di tengah kemacetan. Padahal sebenarnya, justru hal inilah yang memberi peluang keuntungan ganda bagi kita. Beli dan berikan. Di satu sisi, kita membeli dagangan mereka yang memberikan mereka keuntungan sekaligus semangat, dan di sisi lain kita dapat berbuat kebaikan dengan memberi barang tersebut kepada orang lain, kepada security di perumahan atau di kantor kita misalnya.
Perdebatan pasti tetap ada, bahwa dengan membeli barang dari mereka akan membuat pedagang di tengah kemacetan bertambah ramai sehingga membuat pemandangan yang kurang sedap, tapi setidaknya yang saya pahami, itulah yang maksimal dapat mereka lakukan sementara ini untuk mencari nafkah yang halal dengan tetap memelihara harga diri dari meminta-minta.
Jadi, tidak ada salahnya kan, di tengah kemacetan kita sedikit jajan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun