Ekonomi politik internasional merupakan salah satu bidang yang cukup menarik dalam studi hubungan yang berkaitan antara politik dan ekonomi di level global. Dalam konteks ini, studi kasus dipakai dalam menggali dinamika kompleks dibalik persaingan teknologi dan kebijakan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Pada era globalisasi saat ini, persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi fokus utama menanggapi dinamika ekonomi politik internasional.
      Amerika Serikat dan Tiongkok yang telah menjadi dua kekuatan ekonomi besar dunia juga akan menjadi pusat inovasi teknologi dunia. Persaingan diantara keduanya tidak hanya akan berorientasi pada dominasi pasar, namun juga terhadap pengaruh politik internasional. Dengan kemajuan teknologi sebagai kunci sukses dari pertumbuhan ekonomi modern maka persaingan Amerika Serikat dan Tiongkok mampu menciptakan pola dinamis yang mana tiap langkah strategis berdampak pada cakupan yang lebih luas.
      Dari munculnya pengembang kecerdasan buatan atau AI sampai jaringan 5G membuat persaingan tidak hanya meliputi aspek teknis. Timbul persaingan dari implikasi mendalam terhadap kebijakan, keamanan, dan hubungan internasional secara keseluruhan. Rivalitas antara Amerika Serikat dan Tiongkok akan memiliki dampak besar pada dinamika politik internasional. Persaingan kedua negara akan memberikan sorotan terhadap konflik yang terjadi dari kedua negara tersebut dengan usaha masing-masing negara guna mempertahankan kepentingan nasionalnya.
      Baik Amerika Serikat dan Tiongkok sama-sama bertarung dalam upaya dominasi ekonomi dan teknologi secara global. Tiongkok dengan kekuatan ekonomi paling besar kedua di dunia semakin pesat dalam bidang teknologinya. Contoh dari kemajuan teknologi Tiongkok yang paling menonjol yakni pengembangan jaringan 5G yang menjadi perhatian Amerika Serikat. Amerika Serikat merespon ekspansi teknologi Tiongkok dengan penerapan kebijakan anti-China serta sanksi ekonomi lain agar Amerika Serikat dapat menegaskan posisinya sebagai pemimpin dunia.
      Dengan demikian, dalam artikel ini akan ditelaah lebih lanjut tentang perkembangan terkini teknologi Amerika Serikat dan Tiongkok. Lalu, akan dijelaskan bagaimana persaingan teknologi akan membentuk kaitan ekonomi dan politik diantara dua negara terbesar di dunia. Peran teknologi yang menjadi fondasi utama dalam persaingan ini sehingga akan berpengaruh luas pada pasar global dan geopolitik.
       Dengan melihat pada data di atas, tingkat adopsi teknologi 5G di Tiongkok bergerak lebih signifikan. Di tahun 2021, adopsi jaringan 5G di Tiongkok dapat mencapai 29% dan perkiraan pada tahun 2025 akan mencapai 52%. Di samping itu, Amerika Utara mencapai tingkat adopsi 5G sebesar 13% di tahun 2021. Kemudian pada 2025, Amerika Utara diproyeksikan akan meraih angka sampai 63%.
        Titik sentral dari persaingan teknologi Amerika Serikat dan Tiongkok salah satunya ialah industri jaringan 5G. Perusahaan Tiongkok seperti Huawei menjadi perusahaan paling progresif dan memimpin dengan mengembangkan infrastruktur 5G melalui komponen biaya yang lebih murah juga kemampuan yang lebih besar. Dengan adanya hal ini, dapat membuat Amerika Serikat semakin khawatir akan potensi pengawasan Tiongkok atas data global dan keamanan jaringan.
         Pertarungan teknologi 5G antara Tiongkok dan Amerika Serikat menjadi titik fokus penting dalam isu politik global. Jaringan teknologi 5G ialah sebuah jaringan internet seluler dengan generasi kelima yang memberikan kecepatan internet super cepat dibandingkan dari jaringan 4G. Oleh karena itu, Amerika Serikat melihat bagaimana kemajuan teknologi jaringan 5G dan penyebarannya ini sebagai ancaman keamanan. Usaha Amerika Serikat semakin kuat untuk mempengaruhi negara lain agar menolak teknologi jaringan 5G asal Tiongkok.
         Ancaman serius dari adanya persaingan teknologi Amerika Serikat dan Tiongkok membuat pasar global dihadapkan dengan tekanan. Akan memilih antara teknologi dari Amerika Serikat atau Tiongkok, dengan banyak negara yang harus mempertimbangkan aspek ekonomi, keamanan, politik dalam pengambilan keputusan tersebut. ketidakpastian rantai pasokan teknologi global akan menghambat pertumbuhan ekonomi di beberapa wilayah.
         Selain itu, persaingan teknologi antara Amerika Serikat dan Tiongkok membuat pengaruh yang cukup besar di dalam dinamika kekuatan geopolitik. Tiongkok dengan segala macam inisitaif terbarunya dalam bidang teknologi terutama dalam inovasi jaringan teknologi 5G. Tiongkok mencoba dalam memperluas pengaruhnya lewat infrastruktur teknologi. Sedangkan Amerika Serikat ingin selalu mempertahankan kepentingan dan kekuasaan beserta sekutunya di dunia internasional.
Amerika Serikat dengan keputusannya dalam menolak jaringan internet 5G masih bersifat kontradiktif. Alasan yang diberikan oleh Amerika Serikat sejauh ini ialah sebab adanya gangguan ancaman peretasan siber. Untuk melakukan suatu  tindakan kejahatan digital siber maka tidak harus menggunakan alat telekomunikasi dan jaringan teknologi dari Amerika Serikat terlebih dahulu. Jadi, jika sebuah negara ingin lebih aman dapat dengan mencari pendekatan yang lebih komprehensif mengenai keamanan sibernya bukan dengan melarang masuknya perusahaan asing negara lain (Purdy,2018).
         Sebenarnya dalam teori realis yang meyakini bahwa aktor penting dalam hubungan internasional ialah peran negara. Maka negara great power seperti Amerika Serikat akan selalu berusaha mendominasi kekuataannya dalam struktur internasional khusunya dalam hal penguasaan teknologi 5G ini. Antara Amerika Serikat dan Tiongkok dinilai masih terus menekankan kepentingan nasional juga dominasi kekuasaan dalam hubungan internasional.
          Dari pihak Amerika Serikat memandang bahwa Tiongkok selama ini sedang melakukan distribusi kekuasaan dalam sistem struktur global guna menjadikannya sebagai kekuatan atau hegemoni internasional yang baru.  Melalui inovasi teknologi 5G, Tiongkok menjadi ancaman serius untuk Amerika Serikat. Dalam konteks ini, kebijakan Amerika Serikat yang menolak transfer teknologi jaringan 5G dari Tiongkok adalah sebagai sebuah asumsi realisme ofensif.
         Asumsi dari kebijakan penolakan Amerika Serikat tersebut yakni dorongan Amerika Serikat oleh karena tidak adanya pemimpin dalam sistem internasional atau bisa disebut anarki. Serta, disebabkan posisi Tiongkok yang menguasai hak paten atas teknologi 5G Huawei. Sehingga, dengan adanya hak paten yang dimiliki Tiongkok mengharuskan negara-negara lain membayar royalti untuk kontribusi intelektual atas dasar pengembangan teknologi 5G Huawei Tiongkok.
         Sikap agresif sering kali ditunjukkan oleh Amerika Serikat dalam menghadapi Tiongkok dalam perang teknologi ini. Amerika Serikat berupaya secara maksimal dalam penggunaan kekuatannya guna menghegemoni Tiongkok khususnya atas teknologi 5G. Dominasi penguasaan teknologi jaringan 5G menjadi tujuan Amerika Serikat dalam  menguatkan ekonomi domestik Amerika Serikat dan kemampuan atau kapabilitas akan distribusi kekuasaan Amerika Serikat di struktur internasional.
         Persaingan teknologi antara Amerika Serikat dan Tiongkok akan menjadi narasi panjang dan sorotan cerita paling menonjol dari dinamika ekonomi politik internasional. Dari pengembangan jaringan 5G sampai kecerdasan buatan (AI), kedua negara tersebut terus bersaing dalam usaha memimpin teknologi di panggung internasional.
          Masa depan persaingan teknologi ini akan sangat ditentukan dari bagaimana kedua negara mengelola dinamika ekonomi politik internasionalnya. Peraturan dan kebijakan dari masing-masing negara akan berperan cukup penting untuk membentuk jalan dinamikanya. Persaingan teknologi Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi suatu bagian integral dari dinamika ekonomi poliik internasional juga memiliki dampak bagi arah ekonomi politik global ke depan.
Referensi:
Arinanda, B. P., Windiani, R., & Paramasatya, S. (2022). Perang Teknologi Amerika Serikat vs Tiongkok: Kebijakan Penolakan Teknologi 5G Huawei Tiongkok oleh Amerika Serikat. Journal of International Relations, 8(2), 72-81. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jihi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H