Mohon tunggu...
Siti jumaiyah
Siti jumaiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon

Saya seorang mahasiswa hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Music

Media Sosial : Soroti Lirik Lagu " Ya Lel Ya Leli " Dikalangan Muslimah

1 November 2024   17:21 Diperbarui: 1 November 2024   23:20 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Potongan lirik "Ya Lel Ya Leli" dari lagu Arab "Kalam Eineh" yang dinyanyikan Sherine Abdel-Wahab, tengah viral di media sosial.  Lebih dari sekadar lagu romantis, melodi yang lembut dan lirik yang puitis tentang kerinduan akan cinta telah menyentuh banyak hati, terutama perempuan muda Muslim.  

Lirik "Ya Lel Ya Leli" ("Wahai Malam, Wahai Malam"), dengan nuansa spiritual dan romantisnya, telah memunculkan tren unik: "speak yalili". Tren ini merepresentasikan kriteria ideal pasangan yang diimpikan banyak perempuan muda. Terinspirasi oleh lirik lagu, "speak yalili" bukan sekadar daftar kriteria fisik, melainkan gambaran karakter ideal : keimanan, kesetiaan, romantisme, dan tanggung jawab. 

Pasangan ideal tersebut diharapkan mampu memberikan rasa aman, nyaman, serta memahami dan menghargai perasaan pasangannya. Tren ini menarik perhatian perempuan maupun pria.

Popularitas "Ya Lel Ya Leli" di media sosial, khususnya TikTok dan Instagram,  menunjukkan kekuatan musik dalam membentuk persepsi sosial.  Lagu ini telah menjadi representasi harapan dan impian perempuan muda dalam mencari cinta dan pasangan hidup.  

"Speak yalili" melampaui kriteria fisik semata. la mencerminkan harapan perempuan muda akan komitmen, kehangatan, dan pemahaman emosional yang mendalam dalam sebuah hubungan. Keimanan, kesetiaan, romantisme, dan tanggung jawab menjadi prioritas, menunjukkan pergeseran nilai menuju kualitas karakter dan kecocokan emosional sebagai penentu utama pasangan ideal. 

Ini menandakan evolusi pandangan tentang hubungan yang lebih berfokus pada koneksi emosional dan kepribadian, bukan semata-mata penampilan fisik. Media sosial berperan sebagai katalis, mempercepat penyebaran tren ini dan membentuk komunitas yang terhubung melalui interpretasi bersama.

Namun, penting diingat bahwa "speak yalili" hanyalah sebuah ideal. Keaslian, keseimbangan, dan komunikasi yang sehat tetap menjadi kunci utama dalam membangun hubungan yang berkelanjutan dan bermakna. 

Menemukan kebahagiaan dalam hubungan tidak semata-mata bergantung pada kesempurnaan ideal, tetapi pada pemahaman, penerimaan, dan usaha bersama dalam membangun hubungan yang kuat dan berkelanjutan.

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun