Pernahkah kalian diperhadapkan dengan situasi dimana kalian perlu mencari inspirasi atau mencari suasana untuk meningkatkan mood untuk mengerjakan tugas? Memasuki zaman milenial ini, tentu saja cafe menjadi salah satu opsi lokasi untuk didatangi.Â
Terlebih-lebih dari semua alasan diatas, sebagai seorang desainer interior, salah satu alasan utama untuk kita datang ke cafe adalah untuk melihat-lihat bagaimana mengimplementasikan ide kreatif melalui interior mereka.Â
Di mata seorang desainer interior, setiap sudut ruang akan terlihat berbeda. Tidak hanya akan muncul pemikiran "wah, ini bagus buat foto," tetapi pemikiran akan beralih seperti "bahan apa yang digunakan?" "mengapa menggunakan warna terang?" dan lain-lain.Â
Dari buku Basic Interior Design: Retail Design mengungkapkan bahwa kata "brand identity" sudah muncul dari tahun 1980-an. Sebelum kita mengimplementasi konsep brand pada interior, kita harus kenal betul dengan warna asosiasi, pola, logo, suara, bahkan bau.Â
Dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam pembuatan brand ini, muncullah istilah "brand scaping". Kunci dari brandscaping adalah untuk menyampaikan cerita di belakang pembuatan skema interior ini, dan akan menghasilkan konsep interior.Â
Dalam pembuatan konsep interior ini, ada banyak hal yang perlu diperhatikan, antara lain adalah:
1. Estetika ruangan
Dalam estetika sendiri terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan: kesatuan, keseimbangan, irama, proporsi, dan penekanan. Kesatuan ini mencakup penggabungan beberapa bentuk dengan teknik-teknik tertentu seperti abutting. overlapping, dll.Â
Keseimbangan memprioritaskan apa yang terlihat oleh mata, apakah beban visual akan berat ke satu sisi atau secara keseluruhan ruangan. Irama mencakup pengulangan terhadap pola yang ada dalam ruangan, seperti repetisi pada wallpaper, keramik lantai, maupun garis dalam ruangan.Â
Proporsi menjelaskan rasio-rasio yang terdapat dalam ruangan, contohnya perbandingan spasi antara jendela dengan dinding, besar kolom dengan bebannya, maupun warna yang seimbang agar menimbulkan kesan yang diinginkan.Â
Penekanan adalah hal yang digunakan untuk menekankan suatu hal dalam ruangan dengan berbagai unsur interior, seperti warna pada lantai atau lampu di dinding.
2. Pemilihan material
Pilihan bahan tentu sangat banyak, tetapi pertimbangan bahan untuk lingkup cafe, sangat sedikit. Beberapa pilihan bahan yang umum digunakan adalah: kayu, baja, kaca, HPL, vinyl, karet, tekstil, konkrit, terrazzo, batu-batuan, marble, keramik, dan cat dinding. Pertimbangan-pertimbangan dari bahan tersebut dapat mencakup kualitas struktural hingga harga yang dimilikinya.Â
3. Pencahayaan
Ada beberapa jenis pencahayaan yang dapat digunakan dalam suatu ruang: General lighting, accent lighting, task and feature lighting, ambient lighting, Dengan menggabungkan beberapa lampu ini secara berlapis-lapis, dapat membuat pencahayaan yang indah dan menekankan konsep brand mereka melalui interior. Beberapa jenis lampu yang sering digunakan adalah CDM (Ceramic Dicharge Metal Halide), LED (Light Emitting Diode), Low-voltage downlighters, Fluorescent, dan track lighting.Â
4. Cuaca dan suara
Dalam cakupan ini, kualitas udara dan suara dalam ruangan sangatlah penting. Kualitas udara sangat mudah terpengaruh melalui aktivitas manusia di dalamnya, termasuk dengan temperatur ruangan.Â
Oleh karena itu, ruangan-ruangan komersial seperti cafe sangat diutamakan penggunaan sistem AC. Tidak hanya itu, beberapa orang datang ke cafe dengan tujuan untuk mencari nuansa tenang dan fokus, sehingga kualitas suara jugalah penting.Â
Kebanyakan masalah suara dapat muncul dari luar bangunan yang akhirnya mempolusi ketenangan dalam ruang. Dengan menciptakan bangunan lapisan luar dengan bahan solid seperti batu atau konkrit akan sangat efektif untuk menghalangi suara luar untuk masuk. Bukan hanya dinding, tetapi lantai juga dapat dimanfaatkan untuk mengurangi suara dengan bahan-bahan seperti karpet.Â
Setelah mengenali beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan konsep interior, kita akan melihat lebih detail lagi melalui analisis terhadap Phermitage di Jalan Tunjungan.
Brand Phermitage Tunjungan ini terletak di Jl. Tunjungan St No.28, Genteng, Surabaya, Jawa Timur. Cafe ini menawarkan Indonesian food dengan konsep cafe yang santai tetapi elegan.Â
Komponen interior dari cafe ini mencakup main entrance, ruang makan semi-outdoor depan dan belakang, dan ruang makan indoor. Bangunan dari Phermitage Cafe ini berhubungan secara langsung dengan matahari sehingga saat masuk ke dalam cafe, terlihat beberapa AC digunakan untuk menciptakan ruangan yang tidak panas, sehingga nuansa untuk fokus sangat meningkat.Â
Tidak hanya itu, dengan disediakan main entrance dan ruang makan semi-outdoor depan, memberi jarak yang cukup sebelum benar-benar masuk ke dalam ruangan indoor, sehingga kualitas suara dan udara sangat terjaga meskipun bangunan ini terletak di pinggir jalan utama yang sering dilewati kendaraan-kendaraan.
Â
Tentu saja dalam pengaplikasian interiornya, terlihat sekali warna-warna yang sering digunakan sebagai aksen yaitu hijau, hitam, putih dan aksen emas untuk memancarkan kesan elegannya.Â
Saat pertama masuk ke dalam ruangan, terlihat banyak repetisi pola yang sering digunakan di jaman Belanda. Repetisi tersebut dapat ditemui di keramik lantai dan backdrop pada kasir, ditemani dengan sudut-sudut yang menyiku, menciptakan karakter yang kokoh pada interiornya.Â
Meskipun material yang digunakan bermacam-macam, tetapi pemilihan warna dari cafe ini berseberangan (analogous colours) sehingga menciptakan kesatuan secara visual ruangan.Â
Terdapat beberapa penerapan teknik pencahayaan pada cafe ini sehingga pencahayaan bisa merata ke seluruh ruangan. Saat pertama masuk, kita akan disambut dengan adanya lampu gantung dan pencahayaan tersembunyi di plafonnya, dengan warna warm-nya membuat area main entrance memiliki suasana yang hangat dan nyaman untuk dikunjungi.Â
Lampu LED tersembunyi tidak hanya diletakkan pada plafon main entrance, tetapi juga di counter dan backdrop kasir, yang menciptakan beban visual pada daerah kasir.
Penggunaan material pada cafe ini bervariasi mulai dari material perabot yang digunakan hingga backdrop custom. Sebagian besar material dari perabot yang digunakan adalah kayu dan rotan dengan variasi warna coklat dan hitam.Â
Material yang dipilihnya ini sangat menekankan imej "heritage" yang diincar oleh cafe ini. Pembahasan material kedua mencakup pintu dan jendela pada main entrance. Material yang dipilih untuk jendela dan pintu ini adalah kayu solid dengan finishing cat warna hijau yang sesuai dengan brand mereka.Â
Motif kayu dan repetisi frame horizontal dan vertikalnya yang masih terlihat pada pintu dan jendela menimbulkan kesan sejarah tetapi masih dapat mengikuti berjalannya zaman.Â
Gimana nih? Setelah pembahasan diatas, apakah kalian bisa lihat cafe dari kacamata seorang desainer interior? Ternyata tidak sedikit nilai estetika yang dapat kita tangkap, meskipun hanya datang ke satu lokasi. Jangan lupa, jika kalian ada datang ke cafe, analisislah lokasinya, apakah lokasi tersebut sudah mencakup prinsip-prinsip tersebut agar kamu bisa memaksimalkan waktu saat berkunjung ke cafe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H