"Visual Storytelling merupakan teknik penyajian informasi yang menonjolkan aspek visual"
Pernah mendengar ungkapan, "a picture worth thousand words"?
Ya, sebuah idiom yang merujuk pada kekuatan sebuah gambar dalam menyampaikan makna dari gagasan atau ide yang kompleks kepada khalayak di luar sana. Idiom ini seolah mengukuhkan peran visual dalam proses komunikasi manusia, yakni visual sama pentingnya dengan sesuatu yang sifatnya verbal. Bahkan, terkadang, visual (non-verbal) bisa lebih efektif dalam mentransmisi pesan-pesan kepada masyarakat.
Terdapat sebuah teknik bercerita dengan visual yang sesungguhnya sudah ada sejak lama. Namun, belakangan ini begitu populer di kalangan pekerja media. Â Teknik tersebut adalah visual storytelling.
VISUAL STORYTELLING
Mengutip dari Visual Storytelling: The Key Weapon To Content Marketing, visual storytelling merupakan suatu teknik penyajian informasi dengan menonjolkan aspek visual, seperti ilustrasi, foto, simbol, video, typography, warna, dan elemen grafis lainnya.
Penggunaan foto, gambar, simbol, dan aspek visual lainnya ditujukan untuk mengilustrasikan sebuah narasi agar mudah dipahami oleh pembaca. Sebab esensi dari sebuah teknik bercerita visual adalah mengubah informasi yang kompleks menjadi sesuatu yang mudah untuk dicerna. Menyederhanakan adalah poin utamanya.
Ratusan, ribuan, jutaan kata yang dirangkai manis untuk mendeskripsikan informasi agar dimengerti khalayak, akan semakin kuat jika penulis menyisipkan "bentuk lain", selain tulisan. Â "Bentuk lain" yang lebih sederhana, menarik, namun sarat makna, membuat khalayak tak merasa kelelahan dalam mencerna informasi. Karena sesuatu yang memanjakan mata, membuat khalayak bertahan lebih lama dalam mengakses suatu konten.
MENGAPA VISUAL?
Ada beberapa alasan mengapa visual storytelling  perlu dipertimbangkan:
Komunikasi antar manusia sudah terjadi selama 30.000 tahun lamanya, tetapi bahasa tertulis (tulisan) baru berkembang selama 7.000 tahun terakhir. Sisanya? Yap, manusia menggunakan visual (gambar) untuk berkomunikasi antar satu sama lain. Bentuk komunikasi visual tua yang pastinya dikenali oleh banyak orang adalah lukisan gua. Guratan yang ditemukan di dinding gua itu, dilukiskan oleh manusia-manusia puba sebagai medium untuk berkomunikasi atau mencatat peristiwa penting. Jauh sebelum manusia mengembangkan kemampuan menulis-membaca tulisan, manusia terlebih dahulu menggunakan visual untuk berkomunikasi.
Alasan berikutnya datang dari sisi ilmiah, yaitu berkaitan dengan kemampuan otak manusia dalam memproses informasi. Otak manusia cenderung lebih cepat memproses informasi dalam bentuk visual. Kemampuan otak memproses visual 60.000 kali lebih cepat dibandingkan memproses tulisan.
90 persen informasi yang diterima oleh otak manusia bentuknya visual. Sebab panca indera manusia yang paling peka terhadap rangsangan adalah mata. 70 persen saraf sensorik berada di mata manusia yang menyebabkannya peka terhadap rangsangan.
- Memori Manusia
Alasan berikutnya masih berkaitan dengan otak serta indera manusia. Memori yang terekam dalam otak manusia, 80 persen tersusun atas fragmen-fragmen yang ditangkap oleh indra pengelihatan, yaitu mata.
- Menurunnya Tingkat Perhatian Khalayak
Alasan ini berbicara tentang perilaku khalayak masa kini, yaitu serba cepat. Perkembangan teknologi yang kian masif membawa pengaruh pada perubahan gaya hidup masyarakat. Teknologi ada untuk meringankan beban manusia. Berkatnya, segala sesuatunya dapat dikerjakan dengan cepat, efisien, dan menghemat waktu. Begitu pula dengan arus informasi. Setiap peristiwa yang terjadi di luar sana harus dikabarkan secara langsung. Jika suatu peristiwa terlambat dikabarkan, khalayak akan meninggalkan tanpa meliriknya.
Satu hal penting yang harus diperhatikan juga adalah panjang atau durasi dari sebuah konten yang disajikan kepada khalayak. Konten yang ditulis panjang-lebar atau memiliki durasi lama, adalah jenis konten yang tidak diminati oleh khalayak.
Mengutip dari laman Visual Storytelling Institute, rentang perhatian khalayak menurun menjadi (maksimal) 8 detik saja. Maka dari itu diperlukan terobosan unik dalam mengemas konten, terutama yang mengandung tulisan, untuk menahan perhatian khalayak.
- Konten yang Memikat
Mengutip dari Visual Storytelling: The Key Weapon To Content Marketing, menyatakan bahwa konten yang mengandung unsur visual lebih banyak dikunjungi oleh khalayak dibandingkan konten yang dikemas dalam bentuk tulisan saja. Besaran kunjungan konten berunsur visual mencapai angka 94 persen lebih banyak.
JENIS VISUAL STORYTELLINGÂ POPULER
Berikut ini jenis visual storytelling yang populer menurut Visual Storytelling: The Key Weapon To Content Marketing.
- Infografik
Merupakan bentuk visual yang melibatkan proses pencarian data yang panjang, tetapi dipresentasikan secara menarik dan sederhana melalui visual yang efektif (to the point)
- Meme
Simbol budaya atau ide sosial yang disajikan dalam bentuk gambar atau video. Sifatnya yang jenaka dan menggelitik menjadi ciri khas meme.
- Komik
Komik menjadi medium untuk menyampaikan ide atau gagasan secara visual. Topik yang saat ini sering diangkat dalam komik-komik di Indonesia adalah isu sosial. Semuanya dikemas dalam ilustrasi yang ekspresif dan bubble teks khas komik.
- Foto
Kumpulan foto dapat menjadi medium untuk bercerita. Salah satunya adalah photo story.Â
- Panduan Visual
Berisi tata cara  melakukan atau mengoperasikan sesuatu yang dikemas secara visual.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI