Nongkrong di kafe, budaya yang dipandang sebelah mata?
Tendensi budaya nongkrong yang terlihat seperti budaya pemalas dan tidak berguna, memiliki potensi besar untuk mengurangi stress. Budaya nongkrong juga berperan dalam meningkatkan kreativitas dalam berpikir dan berkarya yang dsalurkan melalui bisnis dan usaha.
Walaupun dipandang sebelah mata, budaya nongkrong terbukti tetap eksis lho.
Nongkrong di kafe juga menjadi bentuk dari aktualisasi diri terutama bagi remaja. Bentuk aktualisasi yang dapat dilakukan berupa update status atau foto di berbagai media sosial sehingga akan diketahui oleh banyak orang. Budaya nongkrong di kafe dapat menjadi sebuah pengakuan diri yang eksis karena mengikuti tren yang ada. Selain aktualisasi diri, nongrong di kafe juga juga menjadi tempat untuk mengekspresikan diri melalui konstruksi kafe sebagai suatu objek yang menarik dan diminati sehingga menjadi gaya hidup.
So, budaya nongkrong menjadi aktivitas yang dinamis dan memiliki makna serta pesan tersendiri bagi pelakunya.
Sumber:
Tucker, Catherine M. (2011). Coffee Culture: Local Experiences, Global Connections. New York: Routledge
Herlyana, Elly. (2012). Fenomena Coffee Shop Sebagai Gejala Gaya Hidup Baru Kaum Muda. Jurnal THAQFIYYT, Vol. 13, No. 1 Juni 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H