Halo Kompasianer, tidak terasa ya sudah masuk bulan Desember dan biasanya bulan ini waktunya untuk berlibur. Nah buat kamu yang pengen liburan tapi enggak mau habiskan banyak biaya, kamu bisa nih berkunjung ke Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan.
Memangnya di sana ada apa saja sih? Sini, aku ceritakan.
Jadi, Perkampungan Budaya Bewati Setu Babakan itu merupakan kawasan di Jakarta Selatan dengan komunitas yang tumbuh dan berkembang bersama Budaya Betawi dalam kesenian, adat istiadat, religi, kuliner, dan arsitektur.
Di sana, pengunjung bisa menjalani aktivitas seru, seperti mengunjungi Museum Betawi, menyaksikan pagelaran kesenian tradisional hingga workshop.
Saat aku memasuki area Perkampungan Budaya Betawi, aku sangat takjub karena ternyata area ini sangat luas hingga mencapai 289 hektar, dan terdiri dari beberapa zona.
Zona Statis meliputi Museum Betawi, amphitheater untuk pagelaran seni Betawi seperti pencak silat hingga tari Betawi, serta rumah adat Betawi. Kemudian terdapat juga Zona Dinamis sebagai tempat menikmati kegiatan kesenian Betawi, dan Zona Embrio yang terdiri dari contoh rumah adat budaya Betawi yang biasa untuk homestay.
Nah berhubung waktu itu aku ke sana bertepatan dengan perhelatan Kejuaraan Pencak Silat Seni 2024, maka sembari menunggu waktu acaranya dimulai, aku berkunjung terlebih dahulu ke Museum Betawi.
Museum Betawi terdiri dari 3 lantai, dan Adapun koleksi yang dipamerkan berupa koleksi-koleksi pinjaman dari para kolektor, Museum Sejarah Jakarta, Museum MH Thamrin, Museum Tekstil, Museum Wayang, dan Museum Bahari.
Saat memasuki Museum Betawi di area lantai I, aku disuguhkan dengan koleksi iconic yang menjadi ciri khas dari Budaya betawi, seperti Ondel-ondel, replikasi rumah adat Betawi, hingga replika batik Betawi.
Setelah puas menelusi area lantai I, aku pun lanjut memasuki lantai II. Di lantai ini terdapat zona interaktif yang mengenalkan makanan khas suku Betawi serta proses pembuatannya seperti Laksa Betawi, Soto Betawi, Es Selendang Mayang hingga Bir Pletok melalui tulisan.
Kemudian, aku pun melihat koleksi beberapa perabotan rumah tangga ala budaya Betawi tempo dulu, mulai dari sepeda ontel, setrika, radio, telepon, hingga meja rias.
Setelah melihat area perabotan makanan hingga perabotan rumah tangga ala Masyarakat Betawi, aku pun turun ke bawah. Tepat di Seberang ruang galeri yang menampilkan ikon budaya Betawi, terdapat ruang galeri pengantin Betawi. Di sana, aku melihat ragam koleksi pakaian pengantin budaya Betawi mulai dari alat musik tradisional, hantaran, bahkan ada replika roti buaya!
Tidak hanya itu, di area ini aku juga melihat beberapa replika yang ukurannya cukup besar seperti golok, Al-quran, hingga ketapel.
Melihat Pertunjukan Kejuaraan Pencak Silat
Setelah berkunjung ke Museum Betawi, aku pun melihat Kejuaraan Pencak Silat Piala Walikota Jakarta Selatan 2 yang digelar oleh Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Jakarta Selatan (Jaksel).
Ketika aku ke sana pada Sabtu (30/11) lalu, ternyata Kejuaraan Pencak Silat Piala Walikota Jakarta Selatan 2 ini merupakan kali kedua, yang mana kejuaraan pertama dilaksanakan di Kecamatan Kebayoran Baru, di Kawasan Blok M.
Nah yang bikin kaget ternyata Kejuaraan Pencak Silat Piala Walikota Jakarta Selatan diikuti 32 perguruan pencak silat, sanggar dan sekolah seni bela diri yang berada di 10 kecamatan di wilayah Jakarta Selatan.
Aku pun juga dibuat takjub karena Kejuaraan Pencak Silat Piala Walikota Jakarta Selatan ini tidak hanya diikuti oleh orang dewasa, bahkan aku juga melihat anak-anak usia sekolah dasar yang mengikuti perhelatan ini. Dan kerennya lagi, gerakan silat mereka juga hebat-hebat semua.Â
Jadi, itulah sekilas perjalananku menelusuri Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan, dari mengunjungi Museum Betawi hingga melihat perhelatan Kejuaraan Pencak Silat Piala Walikota Jakarta Selatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H