Saat Bambang akan bergabung ke grup, dia meminta saya dan teman-teman untuk menerima 4 orang temannya dari jurusan yang sama dengan dia. Namun, karena kuota setiap fakultas hanya dibatasi maksimal 4 orang dan permintaan dia tidak dapat saya dan teman-teman penuhi, akhirnya ia langsung left group.
Lelah hati cari orang sana sini, akhirnya saya pun mencari orang lewat Twitter official KKN. Alhamdulillah, saya pun mendapatkan anggota baru dari sains teknologi 4 orang dan humaniora 2 orang. Akhirnya, terbentulah tim yang beranggotakan 18 orang dengan formasi 9 cowok dan 9 cewek.
Sebelum KKN berlangsung di bulan Agustus 2015, kami pun sering mengadakan rapat untuk pembuatan proposal pengajuan dana ke beberapa perusahaan (meski dapat dana dari universitas, namun tetap saja kami lakukan untuk jaga-jaga proker yang kami buat over budget) hingga menentukan tugas dari tiap masing-masing anggota plus program kerja yang nantinya akan dilakukan bersama selama sebulan di desa.
Hari H tiba tepatnya 1 Agustus 2015, kami pun pergi untuk mengabdi ke sebuah desa di daerah Jawa Barat. Tiba di lokasi siang hari, kami langsung bergegas bagi-bagi ruangan, yang mana cowok tinggal di rumah Ibu RT, sedangkan yang cewek tinggal di kontrakan Ibu RT.Â
Kami pun membuat kesepakatan, cowok hanya boleh ke rumah cewek untuk makan dan bahas evaluasi rapat.
Satu per Satu Program Kerja Mulai Berjalan
Jujur, waktu kali pertama melihat ruangan kelas yang terbilang cukup besar dan diisi lebih dari 50 murid, saya merasa nervous sekali.Â
Saya hanya khawatir apakah mereka dapat paham dengan penjelasan yang saya sampaikan dan apakah nanti suara saya ini akan terdengar oleh mereka.Â
Alhamdulillah saat berjalan, akhirnya pikiran negatif tersebut dapat dilalui dan ternyata seru juga. Dan setelah itu, program mengajar bahasa Inggris ini menjadi rutin dilakukan setiap Senin-Kamis dengan sistem rolling.Â