Mohon tunggu...
Sharfina
Sharfina Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Writer

Suka jalan-jalan ke tempat baru sambil motret tidak asal jepret 📸

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyusuri Nilai Humanisme dari Balik Fotografi Jurnalistik

1 Oktober 2018   18:15 Diperbarui: 1 Oktober 2018   19:47 1883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Monyet Salju yang seharusnya hidup dengan bebas di alam liar, justru kini dijadikan sebuah objek entertainment.| Dokumentasi pribadi

Hingga pada akhirnya, gajah-gajah tersebut mendapati kehidupan yang lebih baik dikarenakan adanya kepedulian dari komunitas Ancestral (terbentuk tahun 2016) yang anggotanya sendiri merupakan masyarakat lokal dan orang-orang yang peduli kepada keselamatan gajah di wilayah Kenya.

Karya Ami Vitale yang memperlihatkan bagaimana kepedulian komunitas Ancestral dan penduduk lokal dalam upaya menolong gajah liar dari pemburuan dan kepunahan.| Dokumentasi pribadi
Karya Ami Vitale yang memperlihatkan bagaimana kepedulian komunitas Ancestral dan penduduk lokal dalam upaya menolong gajah liar dari pemburuan dan kepunahan.| Dokumentasi pribadi
Selain itu, penampakan potret kehidupan hewan yang seharusnya bebas di alamnya sendiri dapat dijumpai juga pada sebuah karya Jasper Doest (Belanda). Dalam potret tersebut diperlihatkan bagaimana Japanese Macaque (monyet salju) dijadikan sebuah objek hiburan di Jepang. Padahal monyet Salju sendiri merupakan hewan yang sudah dilindungi dari tahun 1947. 

Namun ketangkasan monyet tersebut layaknya manusia dan mampu beradaptasi dengan lingkungan, membuat beberapa orang menjadikannya sebuah objek untuk dipekerjakan di industri hiburan. 

Meskipun sebenarnya monyet-monyet tersebut merupakan satwa yang dilindungi, namun beberapa hukum permerintahan di sana memberikan izin untuk menjinakan mereka dan dilatih untuk sebagai sarana hiburan.

Potret Monyet Salju yang seharusnya hidup dengan bebas di alam liar, justru kini dijadikan sebuah objek entertainment.| Dokumentasi pribadi
Potret Monyet Salju yang seharusnya hidup dengan bebas di alam liar, justru kini dijadikan sebuah objek entertainment.| Dokumentasi pribadi
Dari potret dua hewan tersebut, kita juga masih bisa melihat potret seekor badak putih selatan yang terancam punah. Para pemburu khususnya dari Vietnam dan China memburu cula atau tanduknya untuk dijadikan obat-obatan atau hanya sekadar pajangan. 

Pemburuan badak afrika terus meningkat, bahkan di tahun 2007, hampir 13 badak yang diburu dan yang mengejutkan harga tanduk atau cula yang dijual bisa mencapai 20.000-50.000 euro per kilogramnya. Namun, kini Bostwana menjadi sebuah tempat untuk melindungi badak-badak tersebut dari ancaman kemunahan dan pemburuan liar.

Potret Badak Putih Selatan yang diburu demi mendapatkan tanduknya untuk dijual, padahal seharusnya satwa ini dilindungi dari kepunahan.| Dokumentasi pribadi
Potret Badak Putih Selatan yang diburu demi mendapatkan tanduknya untuk dijual, padahal seharusnya satwa ini dilindungi dari kepunahan.| Dokumentasi pribadi
Di Pameran World Press Photo, kita juga bisa melihat perbuatan manusia yang tanpa sadar mencemari lingkungan. Di salah satu foto, saya melihat bahwa laut kini menjadi sebuah tempat yang sudah tidak lagi indah. 

Berbagai limbah serta sampah banyak tergenang hingga mencemari laut. Karya foto Kadir Van Lohuizen merupakan "sentilan" nyata bahwa sampah tidak hanya di darat, melainkan juga di laut. Kini, laut sudah tercemar akibat ulah manusia. 

Dari penelitian yang dilakukan oleh World Bank dikatakan bahwa dunia setidaknya telah menghasilkan 3,5 juta sampah setiap harinya dan jika ini tak ditanggulangi dengan baik dan benar di tahun 2050 akan diperkirakan jumlah sampah akan lebih banyak daripada jumlah ikan yang ada di laut (data world economic forum).

Kini sampah tak hanya ada di darat, melainkan di laut. Setiap negara memiliki prosedur tersendiri dalam menangani sampah yang setiap harinya.| Dokumentasi pribadi
Kini sampah tak hanya ada di darat, melainkan di laut. Setiap negara memiliki prosedur tersendiri dalam menangani sampah yang setiap harinya.| Dokumentasi pribadi
Selanjutnya, selain kita bisa melihat permasalahan dari sisi lingkungan, kita bisa melihat kategori Long-term project dari karya Fausto Podavini (Italia) yang mana kehidupan tradisional dari Suku Suri dan Suku asli Ethiopia lainnya terancam akibat pembangunan bendungan PLTA Gibe III. 

Pemerintah Ethiopia melihat bahwa pembangunan tersebut dapat membawa keuntungan, seperti meningkatkan tenaga hidrolisterik, meningkatkan produksi air untuk pertanian dan meningkatkan kunjungan dari para wisatawan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun