Mohon tunggu...
Sharfina
Sharfina Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Writer

Suka jalan-jalan ke tempat baru sambil motret tidak asal jepret 📸

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perbedaan Stres dan Depresi yang Perlu Anda Ketahui

29 Oktober 2017   12:36 Diperbarui: 29 Oktober 2017   18:07 3225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup ditengah tuntutan serta persaingan yang sengit tak jarang membuat seseorang mengalami stres hingga berujung pada depresi. Bagi orang awam, mungkin stres dan depresi merupakan hal yang sama, padahal keduanya memiliki makna yang berbeda.

Stres biasanya dimulai dari rasa kelelahan akibat banyaknya tekanan dari luar. Stres yang dialami oleh seseorang bisa memberikan dampak yang berbeda, hal ini dikarenakan memiliki mekanisme yang berbeda-beda ketika menghadapi stres, ada stres yang bisa untuk semakin bersemangat menghadapi tantangan, namun ada pula yang dapat mematahkan semangat.

Berbeda dengan stres, depresi merupakan penyakit mental yang berdampak buruk pada suasana hati, perasaan, selera makan hingga konsentrasi seseorang. Orang yang mengidap depresi juga sulit untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari.

Seperti  apa perbedaan gejala stres dan depresi?

Stres dapat  terjadi pada semua usia, ketika stres dialami seseorang, mereka akan kesulitan untuk tidur, gangguan akan daya ingat dan konsentrasi, mudah marah, hingga merasa gelisah. Selain itu, stres juga dapat menyebabkan seseorang merasa takut sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas-tugas dengan baik.

Sebaliknya, tanda-tanda depresi akan sulit dikenali. Sebab, kemunculannya bertahap atau bahkan akan sulit disadari  kapan depresi tersebut menyerang. Biasanya orang yang depresi akan menarik diri dari lingkungan social, hilang semangat,mudah kecewa, hilang minat pada hal-hal yang biasa dinikmati hingga yang terburuk adalah pikiran untuk bunuh diri.

Lalu, bagaimana cara mengatasi depresi?

Jika depresi menyerang, tentunya diperlukan tindakan yang tepat. Penanganan depresi tidak harus menggunakan obat-obatan kimia. Berikut ini ada beberapa cara menangani depresi, seperti:

  • Cobalah untuk menceritakan masalah yang Anda alami dengan sahabat, psikolog atau psikiater.
  • Olahraga juga dapat meredakan depresi, seperti dilansir dari Antarnews.com (31/03/2014),Profesor psikiatri dan ilmu perilaku dari University School of Medicine, di Durham, P. Murali Doraiswamy, MD, merekomendasikan berolahraga 3-5 kali seminggu selama 20 sampai 30 menit. "Latihan aerobik, seperti jalan cepat di atas treadmill, adalah yang terbaik," ujarnya seperti dilansir health.com.
  • Selain olahraga, penelitian telah menunjukkan berlatih yoga dapat mengatasi gangguan emosi dan depresi berat, mengurangi stres, permusuhan, kecemasan dan meningkatkan energi, kualitas tidur, dan kesejahteraan.

Dampak apa yag akan terjadi jikalau depresi tidak ditangani?

Seperti dilansir dari Hellosehat.com(6/09/2017),penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang menderita depresi memiliki kemungkinan 58% lebih banyak terserang obesitas akibat perubahan pola makan yang drastis dan kurang berolahraga. Jika tidak ditangani secara serius, depresi di usia muda bisa menurunkan kemampuan otak serta meningkatkan risiko Alzheimer dan stroke. Dalam beberapa kasus, mereka yang sudah terserang depresi berat cenderung mencoba untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri. 

Referensi : 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun