Salah satu ladang gas di Laut Timor, Greater Sunrise yang ditemukan pada tahun 1974 dan terletak sekitar 140 km dari pantai Timor Leste. Dikutip dari kumparan cadangan minyak mentahnya sekitar 225,9 juta barrel dan gas sekitar 5,13 triliun kaki kubik. Dengan perkiraan bahwa ladang minyak Bayu Undan yang menjadi sumber pendapatan utama Timor Leste akan habis dalam waktu dekat yang menjadikan pengembangan ladang minyak dan gas greater sunrise sangat penting bagi masa depan ekonomi timor leste.
Tujuan dari pengembangan cadangan minyak dan gas Greater sunrise adalah karena memiliki peran penting bagi timor leste yang dapat memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian di negara tersebut.
CNBC Indonesia mengutip dari Reuters, pengelolaan cadangan ladang gas greater sunrise bernilai sekitar 23 kali lipat GDP timor leste sebesar $2,8 milliar.
Timor leste sangat bergantung pada sektor petrokimia yang menyumbang sekitar 90% pendapatan negara dengan sisanya dari pertanian, kopi, dan pariwisata. Padahal lebih dari 70% warga timor leste memperoleh pendapatan dari sektor pertanian.
Dengan potensi pendapatan senilai $50 milliar, proyek greater sunrise dapat memberikan lonjakan signifikan dalam pendapatan nasional timor leste serta berkontribusi dalam pertumbuhan GDP negara. Selain itu, sebagian pendapatan yang diperoleh diharapkan dapat dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur yang mencakup pembangunan jalan, pelabuhan, dan fasilitas energi yang lebih baik, tujuannya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Namun, ada kemungkinan bahwa perkembangan ladang minyak Greater Sunrise akan dipengaruhi oleh masalah perbatasan laut timor leste dan australia. Karena, setelah timor leste mendapat kemerdekaan dan berpisah dengan republik indonesia pada tahun 2002, tidak ada pembatas resmi yang memisahkan laut timor leste dan Australia satu sama lain. Dikatakan bahwa kedua negara membuat perbatasan mereka melalui sejumlah perjanjian, tetapi timor leste percaya bahwa australia memaksa semua kesepakatan tersebut. Akibatnya, timor leste mengadukan australia ke mahkama arbistrasi permanen di Deen Haag, Belanda, pada tahun 2016.
Kemudian dikutip dari Tatoli.tl australia dan timor leste resmi menandatangani perjanjian historis untuk menetapkan batas maritim permanen pada tanggal 6 maret 2018 yang menandakan awal baru dari hubungan baik dari kedua negara. Perjanjian ini dipimpin oleh komisi konsiliasi sesuai dengan konvensi hukum laut PBB (UNCLOS). Dalam perjanjian ini ditetapkan suatu struktur untuk membangu bersama ladang minyak greater sunrise yang menguntungkan kedua negara serta mencerminkan kemitraan antara dua negara yang terhubung melalu geografi, sejarah dan persahabatan yang kuat.
Dikutip dari BBC News Indonesia, berkat kesepakan itu timor leste mendapatkan keuntungan pemasukan sekitar 70% yang bernilai sekitar $40 milliar yang jika dirupiahkan sekitar 551 triliun dari pengembangan ladang minyak greater sunrise.
Meskipun ada potensi keuntungan besar dari pengembangan ladang gas Greater Sunrise, tantangan tetap ada. Salah satu tantangan utama adalah ketergantungan pada investasi asing untuk membiayai proyek ini. Timor Leste perlu menarik investor yang bersedia mendanai pengembangan ladang gas sambil memastikan bahwa kepentingan nasional tetap terjaga. Selain itu, ada risiko lingkungan yang harus diperhatikan dalam pengembangan proyek ini, dimana sumber daya harus dikelola secara berkelanjutan. Tujuannnya meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan laut dan masyarakat lokal.
Pengembangan ladang minyak Greater Sunrise di Timor Leste menawarkan peluang besar untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur. Dengan potensi pendapatan yang signifikan, proyek ini dapat membantu negara tersebut keluar dari ketergantungan pada sumber daya alam yang menurun. Namun, tantangan dalam menarik investasi asing dan risiko lingkungan harus dikelola dengan hati-hati agar manfaat dari proyek ini dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Timor Leste. Dengan pendekatan yang tepat, Greater Sunrise bisa menjadi juru selamat ekonomi bagi negara yang masih berjuang untuk membangun fondasi ekonominya pasca kemerdekaan.
Written by: Muhammad Andika, Mahasiswa HI Unsulbar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H