Memulai perjalanan kuliner ini, saya berangkat sendiri dari Jakarta dan disana saya akan bertemu teman saya, Tyas. Dia yang membantu saya dalam petualangan kuliner kali ini. Tentu dengan adanya teman yang bisa berbahasa lokal akan jauh lebih mudah bagi saya yang cuman datang dengan asas doyan makan.
Dari total 10 hari saya di sana, kegiatan yang paling senang saya lakukan adalah pergi ke pasar.Banyaknya penjual makanan, bumbu yang tidak saya kenal dan makanan yang baru saya lihat membuat saya semakin semangat.
Gwangjang market adalah salah satu surga kuliner di Seoul. Banyaknya Ajumma (Ibu Ibu) yang menjual makanan sampai membuat saya cukup kebingungan. dari mulai tteokbokki, kimbab, jeon, sundae, odeng sampai kimchi semua ada
Makanan pertama yang saya beli adalah Kimbab. Kimbab yang di jual berukuran kecil namun rasanya sangat enak. Memang kimbab ini sekilas seperti sushi namun, isi kimbab biasanya sama yaitu sayuran, telur dadar dan daging. rasanya sangat enak dan juga mengenyangkan karena walaupun di jual dengan bentuk kecil tapi jalam jumlah per 10 buah.
saya sangat tidak menyangka bahwa teokbokki 1 porsinya sangatlah banyak, karena harganyapun tidaklah mahal. tteobokki yang di hidangkan sangatlah empuk, Â dan saus kentalnya sedap sekali.Â
Sambil kami makan teokbokki yang sudah di hidang masih saja kami lirik lirik counter yang lain #tetep dan setelah kami menyantap tteobokki tadi kamipun beraih ke penjual jeon dan mie yang sudah di teropong dari tadi.
Jeon adalah bentuk bakwan milik orang korea, bedanya sizenya lumayan besar untuk di sebut bakwan. luarnya yang garing dan dalam yang lembut berisikan sayur sangat nikmat di santap panas panas dan Tyas mengusulkan kalau kita menyatapnya berbarengan dengan mie.Â
Tipe mie di pasar ini sangat banyak, namun di sebelah counter jeon tadi terdapat mie yang berterkstur seperti jelly , saya kurang tau namanya apa. Perpaduan jeon yang hangat dan mie yang dingin sangat pas sekali, di tambah dengan keriuhan para penjual membuat pengalaman semakin menyenangkan.
Setelah semua itu kami santap, kami masi menyisakan tempat di perut kami untuk makanan yang Tyas rekomendasikan. Memang sedikit fear factor untuk orang orang yang tidak terbiasa namun di sini menjadi salah satu makanan yang wajib di coba. Makanan tersebut adalah ceker pedas dan gurita yang di makan seperti sashimi.
Untuk ceker yang pedas, rasanya sangat enakk, bumbunya pedas dan gurih dan sedap. makannya juga gampang karena cekernya sudah tak bertulang namun lama kelamaan bibir makin panas dan perut mulai mulas, tapi saya sangat menikmatinya sampai ketagihan.
Untuk hidangan gurita, memang beberapa waktu lalu juga sempat viral dengan video dimana kaki gurita itu menggeliat geliat seolah oleh masi hidup namun pada dasarnya gurita tersebut sudah di bersihkan dan siap santap.Â
kaki yang bergerak tersebut karena otot guria yang tersiram kecap asin. Untuk rasanya sendiri cukup biasa saja. gurita cenderung hambar dan hanya terasa kecap asinnya, beruntung ada saus gochujang untuk di cocol.
Setelah seluruh hal tersebut, kami sangatlah kenyang sehingga kami memutuskan pulang. untuk makan malam kami memutuskan membeli kimchi dan ganjang gejang (kepiting mentah yang sudah di marinasi) rasanya sangat enak dan creamy, tidak amis sama sekali. pasar ini bagaikan salah satu surga di bumi.Â
Saya sangat bersyukur memiliki pengalaman untuk menjelajahnya, dan saya berharap dapat kembali lagi ke sana untuk mencicipi maknan lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H