Mohon tunggu...
Shanty Tindaon
Shanty Tindaon Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

A dreamer who believes in her dreams and will make it happen by the faith and the power of God. www.shantycr7.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Diskusi Singkat Bersama Dirjen Dikti: Pak, Tolong Perhatikan juga PPSU Taiwan!

2 Oktober 2014   23:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:36 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_363432" align="aligncenter" width="300" caption="Doc pribadi"][/caption]

Aku seorang mahasiswa di Chung Yuan Christian University (CYCU) Taiwan. Kemarin aku bersama beberapa teman-teman PPI Taiwan menghadiri acara pemberian gelardoktor kehormatan kepada Pak Dr. Ir. Djoko Santoso, M. Sc (Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud) di National United University (NUU) Miaoli, Taiwan. Beliau mendapatkan gelar doktor kehormatan tersebut atas kontribusinya dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan tinggi antara Indonesia dengan Taiwan. Kami di undang oleh pihak NUU ke acara tersebut sekaligus memanfaatkan waktu sekitar 30 menit sebelum seremoni pemberian gelar untuk berdiskusi terbuka perihal perbaikan sistem karyasiswa DIKTI , serta permasalahan apapun yang dialami mahasiswa Indonesia di Taiwan.

Kami para perwakilan PPI Taiwan yang akan hadir pada acara tersebut dijemput oleh 2 orang volunteer NUU di stasiun Miaoli dengan menggunakan bus kampus. Kami tiba di NUU pukul 14.00 waktu Taiwan, kami langsung dibawa masuk ke ruang meeting dimana di ruangan itu telah duduk rapi Pak Djoko Santoso, Pak Supriadi (Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dirjen Dikti) dan Pak John Pariwono (Ketua tim reviewer DIKTI) beserta beberapa staff dari NUU sendiri.

Setibanya kami disana acara diskusi pun langsung dimulai yang lebih dulu diawali dengan perkenalan dan ucapan terimakasih atas kedatangan kami serta wejangan dan nasihat-nasihat yang diberikan oleh Pak Djoko layaknya dosen yang sedang memberikan ceramah singkat pada mahasiswanya saat baru pertama kali memasuki perkuliahan (setidaknya begitu yang kurasakan). Selepas kata kata pembuka kurang lebih 10 menit dari Pak Djoko (aku sebut kata pembuka saja soalnya dalam diskusi singkat tersebut tidak ada list acara) sesi diskusi tanya jawab pun dimulai.

[caption id="attachment_363434" align="aligncenter" width="300" caption="Doc pribadi"]

14122410911637216432
14122410911637216432
[/caption]

Pada kesempatan pertama seorang mahasiswi PhD, kak Retno, menanyakan bagaimana perlindungan khusus dari Kemendikbud bagi mahasiswa di Taiwan yang sedang bermasalah atau dengan kata lain bagaimana Kemendikbud bisa menjadi sarana komunikasi yang baik bagi mahasiswa di Taiwan karena selama ini PPI Taiwan hanya sering berkomunikasi dengan KDEI (Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia) yang notabene mempunyai tugas pokok meningkatkan kerjasama ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dan Taiwan BUKAN merupakan staf bidang khusus Pendidikan dari Mendiknas. Mengingat mahasiswa Indonesia yang saat ini sedang studi di Taiwan baik sarjana, master dan doktor sudah mencapai 3. 232 maka rasanya perlu ada bidang khusus Pendidikan (Atase Pendidikan) dari Mendiknas untuk menjadi sarana komunikasi yang efektif bagi mahasiswa Indonesia yang di Taiwan.

Pertanyaan kedua dilayangkan oleh kak Nani, mahasiswa PhD dari kampus NTUST perihal keterlambatan pencairan beasiswa DIKTI. Beliau mengeluhkan bahwa beasiswanya belum turun yang seharusnya sudah turun sejak bulan Juli yang lalu padahal beberapa rekan-rekannya penerima beasiswa DIKTI ini sudah ada yang cair walau kebanyakan yang belum cair.

Pertanyaan ketiga oleh Silence Simaremare, Master student dari Thu Zhi University (TCU) perihal program fast track dari program magister ke doktor yang mana kredit yang di tawarkan oleh universitasnya hanya 30 sementara kredit yang diharuskan di Indonesia adalah 70, apakah ijazahnya nantinya akan diterima di Indonesia atau tidak.

Pertanyaan keempat datang dari kak Ari Sebayang dari NTUT perihal bantuan dana bantuan khusus untuk mahasiswa Indonesia di Taiwan yang hanya mendapatkan beasiswa parsial karena beberapa ada yang merasa kesulitan untuk meneruskan hidup dikarenakan dana yang kurang sementara untuk bekerja part time cukup sulit karena harus ada working permit (menurut saya ini cenderung ke saran).

Selanjutnya ada saran dari bg Albert Daniel,mahasiswa Master dari NTUST mengenai penghematan dana DIKTI supaya di sisihkan sebagian untuk mahasiswa kurang mampu yang lain di Taiwan serta ada kemudahan kerja bagi lulusan dari Taiwan. “misalnya pemerintah memperhatikan mahasiswa seperti kami ini para pencari beasiswa tanpa membebani Negara, apa ga banyak dana yg dihemat atau dapat dialokasikan ke mahasiswa-mahasiswa kurang mampu yang berprestasi untuk menikmati kuliah dan nantinya setidaknya kami pencari beasiswa mandiri ini diberi kemudahan untuk mencari kerja di indonesia bisa lewat pendidikan atau bidang lain. Kasihan kami sudah susah payah tapi tidak dihargai dan dipedulikan di Indonesia, inilah mugkin yg menimbulkan banyak kasus anak indo yang malas pulang dan lebih memilih kerja di luar negeri”cetus bg Albert. (hampir sama seperti pernyataan kak Ari)

Aku ingin angkat tangan mau menambah atau lebih menekankan pernyataan dari kak Ari dan bg Albert yang menurutku kurang mengena ke intinya tapi sudah langsung dicut karena waktu menunjukkan pukul 14.30 seolah memanggil kami supaya sesegera mungkin memasuki ruang khusus upacara pemberian gelar kehormatan. Akhirnya dengan ditutupnya kesempatan bagi yang ingin bertanya atau berkomentar maka selanjutnya Dirjen Dikti menjawab dan menanggapi dengan singkat langsung pada intinya kelima pertanyaan dan saran mahasiswa mewakili PPI Taiwan tersebut.

Untuk pertanyataan pertama dari kak Retno yang cenderung mendesak supaya mendesak agar diadakannya atase/bidang pendidikan di Taiwan, Dirjen Dikti mengatakan akan menyampaikan hal tersebut ke pemerintahan yang baru nanti supaya segera direalisasikan karena masa kerja mereka tinggal menghitung hari.

Untuk pertanyaan kedua mengenai pencairan beasiswa Dirjen Dikti mengaku hanya bertanggungjawab memasukkan data-data ke sistem penerimaan beasiswa Dikti ini bukan pihak yang mentransfer uang ke rekening si penerima beasiswa. Beliau menuturkan mungkin ada terjadi kesalahan pemasukan data atau data tidak sinkron sehingga proses pencairan beasiswa jadi lama dan hal itu dapat mempengaharuhi proses pencairan dana penerima beasiswa yang lain. Misalnya hanya karena kesalahan data satu orang bisa berimbas ke 100 orang lainnya, jadinya beasiswa tidak kunjung cair, namun beliau meyakinkan bahwa timnya akan terus melakukan koordinasi dengan pihak Perbendaharaan Kementerian Keuangan agar segera cair. “Ditunggu saja,pasti akan cair” kata beliau menutup jawabannya terhadap pertanyaan nomor dua.

Selanjutnya untuk pertanyaan ketiga mengenai penyetaraan ijazah, Dirjen Dikti mengatakan tidak perlu khawatir karena akan di proses sesuai prosedur yang berlaku dan tentu akan diakui oleh Negara. Nah untuk tanggapan Dirjen Dikti mengenai saran dari kak Ari dan bg Albert yang terakhir itu aku kurang puas dengan jawabannya. Beliau hanya mengatakan bahwa memang kuliah di luar negeri itu tidak mudah banyak kesulitan-kesulitan yang dihadapi, “dulu pun saya begitu juga waktu kuliah” katanya sambil tersenyum. Well, saya setuju pernyataan itu, sangat setuju malah dan itu menjadi tantangan tersendiri bagi kami untuk semakin menempah pribadi kami supaya lebih tangguh dan mendewasakan pribadi kami tapi aku melihat tidak ada tanggapan serius lebih lanjut mengenai bantuan khusus untuk anak-anak yang kurang mampu yang hanya mendapatkan beasiswa parsial yang mulai frustasi untuk memenuhi biaya hidup. Diakhir diskusi bersama tim dari Dikti yang mana waktu yang katanya tinggal 1 menit lagi, mereka berjanji akan memperbaiki sistem karyasiswa dikti dan nanti akan menyampaikan semua aspirasi mahasiswa Indonesia yang ada di Taiwan kepada pemerintahan yang baru.

Pukul 14.30, kami bergegas ke ruang upacara pemberian gelar kehormatan tersebut. Kami mengikuti acara sampai selesai pukul 16.00 kemudian kami diantarkan ke ruangan yang penuh dengan makanan untuk kami cicipi. Setelah itu kami mulai berfoto dengan Pak Djoko Santoso. Beliau baik dan tidak sombong saat kami bergantian ingin berfoto dengannya. Diruangan itu kami tidak ada berdiskusi lebih lanjut tentang dana bantuan atau beasiswa, hanya berfoto dan sedikit bercengkrama ria, beliau juga kulihat cukup sibuk terus berbincang dengan para petinggi NUU jadi kupikir kurang elok jika harus membahas mengenai dana beasiswa di saat seperti itu.

Awalnya aku ingin menambahkan supaya mahasiswa di Taiwan yang hanya mendapat beasiswa PARTIAL (yang dicover hanya uang kuliah dan uang pembangunan ada malah yang dicover hanya uang kuliah saja) supaya diberikan beasiswa oleh DIKTI yang mana beasiswa ini disisihkan dari beasiswa yang diterima oleh penerima beasiswa DIKTI supaya tidak terlalu membebani negara (ya walau kuakui beasiswa DIKTI sendiri sampai sekarang masih jadi perbincangan hangat karena selalu telat dalam hal pencairannya dan seharusnya ini harus cepat-cepat diselesaikan). Misalnya di Taiwan penerima beasiswa DIKTI mendapatkan 700 USD/bulan, aku ingin sarankan supaya disisihkan sedikit saja sekitar 5.000-6.000 NTD/bulan sekaligus aku ingin menceritakan contoh kasus yang dialami oleh rekan-rekanku di Taiwan yang seorganisasi denganku yaitu PPSU Taiwan (Persatuan Pelajar Sumatera Utara di Taiwan) yang mana ada beberapa yang ingin pulang kampung karena terkendala di biaya hidup belum lagi harus bayar uang asrama dan asuransi padahal sebagian besar yang saya kenal ini punya keinginan sangat besar untuk studi lanjut dan kelak akan mengabdikan diri untuk kembali membenahi tanah air. Bahkan mereka rela untuk bekerja part time tapi apalah daya beberapa mengaku kesulitan untuk mendapatkan working permit dari kampus belum lagi persyaratan untuk bekerja mengharuskan untuk bisa bahasa Mandarin.

Di organisasi yang kuikuti bernama PPSU Taiwan ada banyak mahasiswa/i baru untuk fall 2014 semester ini, terdiri S1, S2 dan S3 yang mana sebagian besar dari mereka berasal dari keluarga kurang mampu yang hanya mendapatkan beasiswa parsial dari kampus termasuk aku juga dari keluarga kurang mampu tapi puji Tuhan aku penerima beasiswa penuh jadi tidak ada masalah biaya hidup malah aku bisa mengirim uang untuk membantu orangtua dan adikku yang sedang sekolah di kampung karena aku bekerja jadi TA juga di kampus . Hampir semua kami di PPSU Taiwan adalah bukan penerima beasiswa DIKTI namun beasiswa yang berasal universitas tempat kami diterima (hanya 2 orang yang menerima beasiswa DIKTI, sebab mereka sudah calon dosen). Aku sangat prihatin melihat kondisi terkini rekan-rekanku padahal seharusnya pemerintah memperhatikan kondisi ini. Beasiswa yang seharusnya diberikan kepada penerima beasiswa DIKTI setidaknya bisa disisihkan sebagian kecil supaya tidak terasa berat bagi pemerintah untuk membantu anak-anak yang kurang mampu yang kuliah di luar negeri melalui jalur mandiri yang hanya mendapatkan beasiswa parsial. Aku melihat ada teman yang baru masuk di kampusku yang mendapat beasiswa DIKTI, dia termasuk sangat beruntung beasiswanya berjalan dengan lancar, dapat sekitar Rp 7.000.000 per bulan, terus terang kami agak iri melihat, aku berpikir, coba kalau diberikan 1 juta saja kepada yang kurang mampu kan lumayan bisa mengurangi beban hidup mereka. Jadi untuk saat ini rekan-rekanku ini sedang berjuang untuk mendapatkan dana bantuan untuk tetap survive belajar dan terus belajar di Taiwan ini, ada beberapa yang mengajukan diri jadi RA (Research Assistant) atau TA (Teaching Assistant) ada juga yang berusaha untuk bekerja menjaga perpustakaan misalnya atau bersih-bersih di department bahkan ada juga yang berusaha keras untuk bekerja subuh. Banyak juga yang jadi tidak teratur makan untuk menghemat biaya hidup karena biaya hidup di Taiwan tentu lebih mahal dari pada di Indonesia. Kalau dulu aku kos di Medan sekali makan habis Rp 6.000 – 8.000 nah kalau di Taiwan harganya itu Rp 20.000-30.000.

Mungkin ada yang berkomentar “Kalau sudah tahu kondisi yang mendapat beasiswa parsial begitu kenapa harus studi lanjut?”.Bahkan banyak di antara teman-temanku di PPSU yang diberangkatkan keluarganya ke Taiwan menggunakan uang pinjaman (mengutang), tentu ini bukan suatu dosa dan bukan menjadi justifikasi bahwa mereka hanya ambisius ingin terkenal melalui sekolah di Taiwan (orang miskin tidak boleh berhenti bermimpi), mungkin motivasi mereka tidak seputih salju murninya namun sang waktu akan memproses dan meluruskan motivasi mereka jika ada yang salah motivasi datang ke Taiwan, mengeluh di sepanjang satu semester pertama adalah hal biasa dalam studi di luar negeri karena proses pembentukan karakter dan pola pikir yang lebih baik sedang mulai terjadi dalam diri seseorang. Nah menurutku justru karena berkobarnya semangat untuk studi lanjut itu lah maka segala rintangan pun rasanya tidak akan jadi halangan (bukan semata hanya dikarenakan promosi beasiswa dan studi di Taiwan yang sedang gencar dilakukan PPSU) and I think they did not make a mistake lagian mereka bukannya tidak berusaha, bahkan aku sangat bisa melihat usaha mereka untuk mendapatkan suntikan dana bahkan sudah berusaha untuk mengkomunikasikannya dengan Pemda setempat tapi memang hasilnya kurang maksimal. Ini lah salah satu yang seharusnya perlu diperhatikan pemerintah, supaya jangan ada anak-anak yang terganggu belajarnya dikarenakan biaya yang seharusnya bisa dicover oleh pemerintah. Aku rasa masalah seperti ini sedikit banyak pastilah akan mengganggu kondisi psikologis mereka.

Yah, aku rasa itu saja yang ingin kutuliskan. Pastilah ada yang suka dan tidak suka dengan tulisanku ini, I can not please everyone. Aku hanya berharap supaya pemerintahan yang baru nanti bisa lebih memperhatikan anak-anak yang kurang mampu yang telah lulus diterima kuliah di luar negeri namun hanya mendapatkan beasiswa partial dan sangat membutuhkan suntikan dana tambahan. Disamping itu tentu juga supaya pencairan dana beasiswa DIKTI supaya tidak telat lagi (padahal ini uda memasuki tahun ke-7) supaya nantinya beasiswa Dikti ini juga bisa disisihkan sedikit untuk membantu teman-teman yang lain yang sangat membutuhkannya.

Salam Indonesia Jaya lewat pendidikan !

Best Regard

Shanty Tindaon

[caption id="attachment_363438" align="aligncenter" width="300" caption="Doc pribadi"]

1412241250550247810
1412241250550247810
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun