Prolog: Gabriel's Insecurity
Di sebuah kampus yang penuh kegiatan, hidup Gabriel dipenuhi rasa insecure. Gadis berbakat ini selalu merasa kurang di mata orang lain, terutama di depan Brandon, ketua HIMA yang begitu karismatik. Eleanor, sahabatnya, mencoba meyakinkannya bahwa kekurangan yang dirasakannya hanyalah ilusi.
---
Scene 1: Pertemuan yang Memikat
Dalam sebuah rapat HIMA, Brandon, dengan senyumnya yang menawan, memimpin. Gabriel yang selalu duduk di belakang, tak berdaya terpesona oleh kepemimpinan Brandon. Eleanor, yang sadar akan perasaan temannya, berusaha mengalihkan perhatian Gabriel dengan saran-saran positif.
Gabriel: (berbisik pada Eleanor) Eleanor, kenapa ya aku selalu merasa kurang? Terutama di depan Brandon, Ketua HIMA kita.
Eleanor: (menghibur) Kamu hebat, Gab! Brandon pasti juga nggak melihat semua kekurangan yang kamu pikirkan.
---
Scene 2: Pengorbanan untuk HIMA
Suatu hari, ketika HIMA membutuhkan ide untuk acara mendatang, Gabriel, yang merasa takut gagal, akhirnya memberanikan diri untuk memberikan ide. Dengan gugup, dia menyampaikan ide acara amal yang akhirnya disetujui oleh Brandon. Meskipun di dalam hati Gabriel ada kekecewaan karena tidak bisa menyatakan perasaannya, dia tetap memberikan yang terbaik untuk HIMA.
Brandon: (berbicara di depan anggota HIMA) Kita butuh kerjasama untuk acara mendatang. Ada yang punya ide?
Gabriel: (menggenggam pena, ragu) Mungkin kita bisa...
Brandon: (tersenyum) Iya, Gab, silakan berbagi ide.
Gabriel: (berbicara dengan gugup) Eh, ya, aku pikir kita bisa mengadakan acara amal.
Brandon: ah yaa bisa untuk kegitan tahun ini kita mengadakan acara amal saja!
---
Scene 3: Perasaan Terpendam
Di koridor kampus dan dalam obrolan dengan Eleanor, Gabriel mulai berani menyuarakan perasaannya yang terpendam terhadap Brandon. Eleanor, yang melihat potensi kebahagiaan di mata sahabatnya, mendorong Gabriel untuk mengungkapkan perasaannya kepada Brandon.
Scene 3: Koridor kampus
Eleanor: (bercanda) Gab, lihat deh, Brandon pasti suka sama ide kamu tadi!
Gabriel: (menggeleng) Ah, bukan itu, El. Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk HIMA.
Eleanor: hmmm ku pikir ingin memberikan yang terbaik untuk Brandon *ups hahaha
Gabriel: Tapi El, aku takut Brandon nggak pernah melihatku lebih dari sekadar anggota HIMA biasa.
Eleanor: (menyemangati) Kenapa nggak kamu ungkapkan perasaanmu kepadanya?
Gabriel: ah gatau deh aku bingung (sembari menutup muka dengan kedua tangannya)
---
Scene 4: Pengakuan Cinta yang Tak Terbalas
Pada suatu hari di taman kampus, dengan hati berdebar, Gabriel mengungkapkan perasaannya pada Brandon. Namun, jawaban Brandon mengejutkannya. Brandon, dengan lembut, mengatakan bahwa perasaannya sudah terpaut pada orang lain. Gabriel, dengan senyuman pahit, menerima kenyataan tersebut.
Gabriel: (mendekati Brandon) Brandon, ada sesuatu yang ingin kukatakan.
Brandon: (tersenyum) Apa itu, Gab?
Gabriel: (dengan gugup) Aku... aku suka padamu.
Brandon: (terkejut) Gab, aku menghargai itu, tapi maaf aku sudah memiliki perasaan untuk orang lain.
Gabriel: (tersenyum tipis, terhuyung) Mengerti, Brandon. Tidak apa-apa aku hanya ingin kau tahu
Scene 5: Pertemanan yang Tetap Ada
Eleanor mendekati Gabriel setelah kejadian itu, mencoba menghibur dan mendukungnya. Mereka memutuskan untuk bersama-sama melupakan perasaan yang tak terbalas dan fokus pada persahabatan. Meskipun kecewa, Gabriel menghargai pertemanan mereka.
Eleanor: (mendekati Gabriel) Gab, Meskipun hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan tapi kamu hebat sudah berani jujur kepada diri sendiri. Ayo, kita bersama-sama melupakan yang sudah terjadi.
Gabriel: (tersenyum pahit) Ya, El. Terima kasih sudah selalu ada.
---
Epilog: Kekuatan dalam Diri Sendiri
Beberapa bulan berlalu, Gabriel memandang Brandon dari kejauhan. Meskipun cintanya tak berbalas, perjalanan ini membuatnya menemukan kekuatan di dalam dirinya sendiri. Eleanor selalu di sampingnya, memberikan dukungan. Gabriel melangkah maju dengan semangat baru, menyadari bahwa ada kebahagiaan di luar bayang-bayang cinta yang tak terwujud.
Gabriel: (memandang Brandon dari kejauhan) Aku mungkin kalah dalam cinta, tapi aku menemukan kekuatan di dalam diriku sendiri.
Eleanor: (mendukung) Kamu selalu hebat, Gab. Siapa tahu, di masa depan, ada yang lebih baik menunggumu.
---
Cerita ini mencerminkan perjalanan seorang wanita yang menghadapi rasa insecure, mengatasi perasaannya, dan menemukan kekuatan di dalam dirinya sendiri dalam menghadapi kenyataan cinta yang tak terbalas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI