Mohon tunggu...
Shanni Ardhana
Shanni Ardhana Mohon Tunggu... -

we are nothing but God is everything

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Takut Terbang atau Berani Jatuh?

24 Agustus 2011   23:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:29 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu burung kecil itu datang padaku. Dia cerita padaku bahwa dia tidak berani terbang. Dia takut dengan kencangnya angin, derasnya hujan, kejamnya petir, kuatnya badai, dan rasa tidak tenang karena adanya ancaman burung pemangsa. Saya sebagai manusia tentu saja tidak bisa mengerti sepenuhnya karena saya tidak punya sayap dan tak mampu terbang. Kemudian saya hanya mendengarkannya saja tanpa berkata suatu apa yang dapat menyemangatinya.
Kemudian suatu hari saya berjalan. Saya berjalan-jalan di dalam hutan. Menyapa penduduk hutan dan menikmati suasana hijau pepohonan. Tiba-tiba selagi asik menatap atas melihat sinar matahari yang menembus celah dedaunan dari pohon yang tinggi saya tiba-tiba terjatuh. Ternyata ada batulah yang menyebabkan saya terjatuh. Kemudian saya berdiri dan lanjut berjalan. Kemudian dengan langkah yang lebih berhati-hati saya mulai melangkah lagi. Tiba-tiba saya terjatuh kembali karena terperosok ke lubang yang tertutup dedaunan kering. Ah sial sekali sudah berhati-hati melangkah masih terjatuh pula. Kemudian saya bangkit lagi melanjutkan langkah saya. Dengan lebih berhati-hati lagi tentunya. Tiba-tiba petir menyambar dan hujan langsung turun dengan derasnya. Saya langsung berlari mencari tempat berteduh di bawah dedaunan. Udara sekitar menjadi dingin dan suasana dalam hutan pun menjadi gelap karena matahari yang tertutup awan hitam.
Dalam kegelapan dan kedinginan tersebut saya merasa ketakutan. Saya merasa sial. Sudah jatuh berkali-kali masih kehujanan pula. Keadaan tubuh menggigil tersebut membuat saya berpikir dan tersadarkan akan sesuatu. Saya kemudian teringat dengan si burung kecil. Setelah sekian lama menunggu akhirnya hujan pun reda dan saya langsung berlari menuju ke tempat tadi saya bertemu si burung kecil.

Saya berlari ke tempat tadi karena saya yakin si burung kecil masih disana. Sesampainya di tempat tersebut ternyata benar ternyata si burung kecil tersebut tidak beranjak dari tempatnya tadi. Dia hanya terdiam menatap burung-burung lain yang terbang ceria menikmati suasana hutan setelah hujan. Kemudian aku hampiri si burung kecil tersebut dan bertanya, "Hei burung kecil, apa kamu tidak ingin terbang bersama teman-teman kamu itu?", si burung kecil menjawab, "Tidak. Aku tidak mau lagi terbang. Aku sudah menceritakannya kepadamu tadi bukan bahwa diluar itu berbahaya. Aku lebih merasa aman berada disini.". Aku tersenyum. Kemudian aku ceritakan semua kejadian yang menimpa aku tadi bahwa aku terjatuh berkali-kali dan juga menggigil kedinginan karena hujan. Kemudian si burung kecil tersebut malah menertawakan aku, "hahaha siapa suruh berjalan-jalan keluar sana, kan sudah dibilang bahwa diluar itu berbahaya mending kamu disini saja bersama saya" namun saya kembali tersenyum dan kemudian saya berkata kepadanya, "hai burung kecil cobalah kau tanya kepada teman-teman burungmu itu kenapa mereka tidak duduk disamping kau saat ini tetapi malah terbang keluar sana. Tahukah kau kenapa hei burung kecil? Mereka begitu karena mereka ingin menikmati suasana hutan. Mereka terlahir punya sayap dan mereka juga dianugerahi kemampuan untuk bisa terbang. Banyak makhluk yang iri kepada makhluk seperti kamu. Kalau aku punya sayap aku tidak akan jatuh berkali-kali seperti tadi. Dan kalau aku punya sayap juga aku tak akan kehujanan karena aku pasti akan terbang dengan cepat untuk mencari tempat berteduh yang kering. Tak kau sadarikah bahwa kau ini sangat beruntung? Dan sesungguhnya tidak hanya kau yang beruntung namun aku juga merasa beruntung karena aku tidak bisa terbang sehingga aku juga tidak mungkin dimangsa oleh burung pemangsa. Namun jangan kaupikir hanya burung kecil seperti kamu saja yang merasa terancam oleh pemangsa bahwa aku juga begitu. Banyak pula pemangsa darat di dunia baik itu yang taring dan cakarnya kelihatan seperti singa dan macan ataupun yang tidak kelihatan seperti manusia-manusia jahat yang mementingkan kepentingan pribadi dan tidak memedulikan kepentingan orang/makhluk lain. Tidak hanya kau wahai burung kecil yang dalam keadaan seperti itu. Dunia ini luas dan kau tidaklah sendiri. Carilah banyak kawan sehingga mereka dapat membantumu saat kau sedang butuh bantuan. Dan tolonglah kawanmu itu pula saat mereka membutuhkan bantuanmu. Tinggalkanlah zona nyamanmu ini. Terbanglah bersama kawan-kawanmu itu. Karena sebenarnya kau tidak takut terbang namun kau takut jatuh. Terbanglah yang tinggi. Tunjukkan pada dunia bahwa semua makhluk itu beruntung. Jangan pernah takut jatuh karena jika kamu jatuh maka itu akan membuat kamu lebih kuat dan waspada." Burung kecil pun tersenyum dan dia langsung membuka sayapnya dan mengepakkannya kemudian dia terbang dan terbang. Semakin tinggi dia terbang menghampiri teman-temannya. Sungguh senang melihat dia menjadi ceria.

Dan aku pun tak boleh hanya diam di sini. Aku juga harus terbang. Terbang meraih mimpi-mimpiku. Terbang menggapai cita-citaku. Walau aku jatuh itu tidak akan melemahkanku. Aku akan tetap bangkit dan terbang lagi. Aku akan selalu bersemangat. Aku tidak boleh kalah dengan burung kecil tadi. Setiap yang menjatuhkanku selama aku tidak mati karenanya maka itu tidak akan melemahkanku melainkan itu akan memperkuatku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun