Merokok merupakan salah satu ancaman besar bagi kesehatan masyarakat dunia, terutama di kalangan remaja. World Health Organization (WHO) memperkirakan sebanyak 10% populasi remaja usia 13-15 tahun di dunia adalah pengguna produk tembakau, termasuk rokok. Di Indonesia, prevalensi merokok dikalangan remaja terus meningkat dari 18.3% pada 2016 menjadi 19.2% pada 2019 menurut data Global Youth Tobacco Survey (GYTS). Sedangkan, dari data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, kelompok perokok dengan jumlah terbanyak adalah usia 15-19 tahun (56,5%), diikuti usia 10-14 tahun (18,4%).Â
Data dari Atlas Tembakau Indonesia menunjukkan bahwa usia 15-19 tahun menjadi usia pertama kali merokok dengan jumlah tertinggi (52,1%). Penelitian yang dilakukan oleh El Sharkawi (2011), menunjukkan bahwa semakin muda usia seseorang pertama kali merokok maka durasi merokok sepanjang hidupnya akan semakin panjang dan beban untuk berkembang menjadi penyakit juga semakin besar.
Terdapat andil berbagai pihak dalam tren merokok pada remaja, salah satunya adalah keluarga. Sebuah penelitian menyatakan bahwa keluarga merupakan faktor terkuat dalam tren merokok pada remaja usia 15-18 tahun. Faktor keluarga memainkan peran penting dalam mempengaruhi kebiasaan merokok pada remaja karena seperti dua sisi mata pisau faktor keluarga dapat menjadi ancaman sekaligus solusi terhadap tren merokok pada remaja.
Faktor Keluarga yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok pada Remaja
Adapun peran keluarga sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan merokok pada remaja meliputi:
Contoh Negatif dari Orang Tua
Orang tua yang merokok cenderung menjadi teladan bagi anak-anak mereka. Remaja memiliki peluang lebih besar untuk merokok jika salah satu atau kedua orang tuanya merokok. Kehadiran anggota keluarga yang merokok seringkali membuat remaja memiliki akses lebih mudah untuk mendapatkan rokok di rumah.ÂAkses Mudah ke Rokok
Di Indonesia sendiri usia legal untuk membeli rokok adalah 18 tahun. Salah satu contohnya adalah remaja di Yogyakarta bisa mendapatkan rokok dengan mudah karena penjual tidak melakukan pemeriksaan usia pada pembelinya. Rokok juga mudah ditemukan ditempat seperti toko retail, warung pinggir jalan, bahkan toko yang berada dekat lingkungan sekolah.ÂDinamika Keluarga yang Buruk
Keluarga dengan pola asuh yang kaku, kurang komunikasi, atau konflik internal berkontribusi pada perilaku merokok. Remaja yang memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan keluarganya seperti tidak mendapatkan perhatian atau dukungan emosional dari keluarga dan berisiko mencari pelarian melalui kebiasaan merokok.Kurangnya Pemahaman dan Pengetahuan Orang Tua
Orang tua yang memiliki pengetahuan terbatas mengenai dampak negatif merokok, baik dari segi kesehatan maupun sosial, cenderung tidak memberikan larangan tegas kepada anak-anak mereka. Selain itu, minimnya pemahaman ini sering kali menyebabkan mereka mengabaikan perilaku awal anak yang mulai merokok. Sehingga kebiasaan tersebut berkembang lebih intens tanpa pengawasan yang memadai.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!