Mohon tunggu...
Pendidikan

Histeria, Penyakit Mental yang Kerap Disebut Kesurupan

26 Desember 2018   21:47 Diperbarui: 26 Desember 2018   22:17 1565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Pada waktu khawatir, kita terkadang lebih percaya pada masalah kita dari pada janji Allah" -- Cut Nyak Dien

Indira adalah seorang mahasiswi semester satu yang sedang kerja kelompok. Tiba-tiba, salah satu temannya yang bernama Talitha, histeris lalu berlagak seperti kerasukan. Talitha bertindak tidak normal, ia teriak-teriak hingga kejang-kejang. Indira bingung.

Akhirnya Indira menganggap bahwa Talitha kerasukan. Tapi, apakah Talitha benar kerasukan? Belum tentu, bisa jadi Talitha terjangkit penyakit mental yang disebut dengan Histeria.

Mengenal Histeria lebih dalam

Histeria mungkin masih asing di telinga masyarakat. Tetapi, sebenarnya gangguan mental ini seringkali terjadi. Hanya saja banyak yang salah mengartikan histeria dengan menganggap bahwa orang yang mengidap histeria ini kerasukan. Menurut Dr. Kartini Kartono dalam buku Patologi Sosial, histeria adalah gangguan psikoneurotik khas ditandai oleh emosionalitas ekstrem.

Histeria merupakan gangguan mental yang timbul karena rasa cemas yang begitu dalam dan penderitanya tidak kuat menahan rasa cemas tersebut. Hal ini menyebabkan macam-macam gangguan fungsi psikis, sensoris, motoris, saraf-saraf hingga alat pencernaan.

Penyebab Histeria

Segala sesuatu yang terjadi pasti ada penyebabnya, begitu pula dengan Histeria. Dr. Kartini Kartono dalam buku Patologi Sosial menjelaskan bahwa penyebab histeria adalah adanya tekanan-tekanan mental berupa banyaknya masalah yang sulit dilalui, adanya sugesti-sugesti buruk yang melemahkan mental agar lari dari kenyataan, buruknya kondisi fisik, hingga sistem syaraf yang lemah.

Kepribadian yang biasa dimiliki para pengidap hysteria

Tidak hanya menimbulkan dampak ke fisik, tetapi histeria juga berpengaruh besar bagi pembentukan kepribadian seseorang. Seperti yang dijelaskan oleh Dr. Kartini Kartono dalam buku Patologi Sosial, seseorang yang mengidap histeria biasanya sangat egois, mereka selalu menginginkan perhatian dan selalu ingin dikasihani, selalu ingin dipuji. Mereka juga selalu merasa tidak bahagia, memiliki emosi yang sangat kuat, juga cenderung melarikan diri dari kenyataan.

Ketahui tanda-tanda ini untuk menilai seseorang terjangkit Histeria atau tidak

Untuk menilai apabila seseorang terjangkit histeria atau tidak, Anda harus mengetahui tanda-tanda dari Histeria terlebih dahulu. Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat dalam buku Kesehatan Mental, ada beberapa gejala fisik yang dialami seseorang saat terjangkit Histeria seperti lumpuh pada salah satu anggota fisik secara tidak sadar (lumpuh hysteria), keram pada saat mengerjakan sesuatu yang sulit namun dapat mengerjakan hal lain (cramp hysteria), badan terasa kaku dan tidak sadarkan diri disertai teriakan-teriakan dan keluhan (kejang hysteria), hilangnya daya bicara (mutism), hilangnya ingatan pada kejadian-kejadian tertentu (amnesia), kepribadian kembar (double personality), pergi tanpa tujuan (fugue), serta tidur berjalan (somnambulism).

Macam-macam Histeria

Penyakit mental ini juga memiliki berbagai macam bentuk. Menurut Dr. Kartini Kartono dalam buku Patologi Sosial, ada empat bentuk hysteria, yaitu histeria minor (serangan-serangan kekejangan), histeria mayor (perubahan konflik mental ke fisik), histeria narkolepsi (kecenderungan untuk tidur terus menerus), dan histeria anoreksi (penderita tidak merasa lapar dan menolak untuk makan).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun