Pada episode ke 3, terlihat bagaimana Hye- Jin tidak ingin terlihat bersama Du- Shik di acara perkawinan temannya. Hal ini terjadi karena Hye- Jin tidak ingin terlihat bersama lelaki yang berasal dari desa dan tidak memiliki pekerjaan tetap.
Pandangan terhadap satu gender yaitu pria semakin terlihat pada episode ke 9. Episode yang mendatangkan orangtua Hye- Jin ke Gongjin semakin memberikan pandangan akan maskulinitas yang terkhusus.
Ayah Hye- Jin yang melihat seorang lelaki harus mempunyai pekerjaan tetap memberi harapan buruk bagi Du- Shik. Bagi ayah Hye- Jin, seorang lelaki harus mempunyai penghasilan lebih besar dari perempuan, serta punya keluarga yang lengkap dan edukasi yang baik.
Episode 9 ini melihatkan bagaimana maskulinitas yang harus ada pada pria yang dikencani oleh Hye- Jin. Terlihat pada percakapan antara Hye- Jin dan Ayahnya, adanya perbedaan generasi dalam memahami sebuah hubungan.
Hye- Jin yang berpikiran bahwa perempuan juga bisa menjadi sumber keuangan berbanding terbalik dengan ayahnya. Ayah Hye- Jin yang merupakan generasi lebih tua menginginkan lelaki sebagai individu yang maskulin.
Walau masih ada beberapa scene yang melihatkan bagaimana Hong Du- Shik dilihat sebagai lelaki yang serabutan, tetapi sampai akhir cerita dilihatkan bagaimana seorang lelaki dapat berpendirian dan menjalani kehidupannya selama masih di jalan yang benar.
Lelaki tidak harus kaya dan punya segalanya untuk menjadi pendamping dari perempuan sukses, begitu pula sebaliknya.
Daftar Pustaka :
Ryan, Michael. (2012). An Introduction to Criticism: Literature - Film -- Culture. West Sussex: Wiley Global Research
(Wiley Vital Source)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H