Dengan adanya keputusan tersebut, media yang tadinya menjadi musuh bagi pemerintah mulai menjalin hubungan kerjasama.
Pada tahun 1980 muncul pers alternatif yang dibangun dengan tujuan untuk melawan propaganda yang dilakukan oleh media swasta pro-pemerintah.
Selain itu terdapat pula jurnalisme samizdat atau xerox yang memberikan informasi akurat tentang perkembangan di Filipina.
Pada masa ini jurnalis perempuan diakui setara dengan pria dalam hal menulis. Namun mereka seringkali dijadikan sasaran pelecehan, ancaman atau bahkan intimidasi dari militer.
Bahkan hingga tahun 2009 meskipun sudah berganti masa pemerintahan, tercatat terdapat 33 jurnalis di Filipina yang ditemukan tewas terbunuh. Sehingga apabila dihitung sejak tahun 1996-2016 maka tercatat terdapat lebih dari 70 Jurnalis yang ditemukan terbunuh.
Era New Media dan Jurnalisme Multimedia
Seiring dengan berkembangnya teknologi, banyak surat kabar harian nasional di Filipina yang telah memadukan komputer dan internet dalam operasinya.
Namun pada awalnya perkembangan ini menimbulkan beberapa masalah, salah satunya seperti beberapa jurnalis yang kesulitan dalam menulis berita menggunakan komputer.
Oleh sebab itu mereka membutuhkan waktu untuk berlatih dan beradaptasi terlebih dahulu.
Dengan adanya perkembangan ini surat kabar kini dapat menjangkau lebih banyak orang. Hadirnya new media ini melahirkan adanya istilah baru dalam  dunia jurnalisme yaitu jurnalisme multimedia.
Menurut Deuze (2004) jurnalisme multimedia memiliki dua pengertian.