Konflik tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam kehidupan suatu bangsa, apalagi ketika kita berinteraksi dengan bangsa lain, tentunya kita menjumpai kesalahpahaman atau inkonsistensi antar bangsa yang berujung pada konflik. Seperti  konflik antara Irak dan Kuwait.
Konflik antara Irak dan Kuwait selama Perang Teluk Persia 1990-1991 tidak terjadi secara tiba-tiba. Serangan udara Irak di Kuwait memiliki alasan khusus. Akar penyebab konflik  kedua negara  terbagi menjadi beberapa faktor. Pertama, faktor sejarah. Kuwait pernah menjadi bagian dari Irak. Kedua, sebagai faktor ekonomi, Irak membutuhkan lebih banyak uang untuk memperbaiki situasi ekonominya. Ketiga, adanya ambisi Saddam Hussein sebagai pemimpin Irak untuk memperluas wilayah. Keempat, aspirasi Irak untuk menguasai ladang minyak juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi negara.
Kuwait merupakan sebuah negara yg tergolong mini  pada area Teluk. Walaupun sebagai negara yg tergolong mini pada area Teluk namun menyimpan asal daya alam yg luar biasa. Sumber daya alam yg luar biasa itu merupakan minyak. Kuwait mempunyai daerah yg kaya akan minyaknya. Sedangkan minyak merupakan komoditi primer Timur Tengah. Minyak sangat dibutuhkan menjadi bahan bakar & pula memegang peranan krusial dalam periode industri ketika itu (Indriana, 2017).
Tentu saja, minyak memegang peranan yang sangat penting tidak hanya  di dalam negeri tetapi juga di negara lain. Selain itu, sistem pengembangan minyak  Kuwait cukup memuaskan, terutama dengan biaya rendah. Inilah akhir dari produksi minyak di Timur Tengah, salah satunya Kuwait. Seperti negara lain, negara adidaya ini sangat bergantung pada pasokan minyak  Kuwait.
Cadangan minyak Kuwait juga  sangat besar. Hal ini menyebabkan konflik antara Irak dan Kuwait. Irak tergolong wilayah yang luas yang mampu menyerang Kuwait dari wilayah yang kecil. Seiring dengan keinginan untuk menjadikan Kuwait sebagai kekuatan besar, tujuan invasi Irak ke Kuwait adalah untuk meningkatkan wilayah, keinginan untuk memiliki pulau yang sangat potensial di Kuwait. Irak  memiliki tujuan lain  untuk mengendalikan harga minyak di pasar.
Masalah dalam konflik dimulai di Kuwait, yang  mencuri minyak Irak dari Irak. Selain itu, harga minyak di pasar dunia telah jatuh karena pengaruh Kuwait. Sementara itu, Kuwait menuduh Irak melanggar kewajibannya membayar utang kepada Kuwait. Hasilnya adalah invasi Irak ke  Kuwait. Irak bahkan menganggap Kuwait sebagai bagian dari wilayahnya.
Invasi Irak ke Kuwait tidak akan terjadi  tanpa akar penyebabnya. Penyebab utama invasi Irak ke Kuwait direduksi menjadi empat faktor, yang kemudian menjadi kekuatan pendorong di balik tindakan Irak untuk menyerang dan menguasai Kuwait. Invasi Irak ke Kuwait memiliki faktor sejarah dan ekonomi, ambisi pemimpin Irak Saddam Hussein, dan keberadaan Irak untuk menguasai minyak. (Solichien, 2014: 87-89).
Faktor sejarah Irak & Kuwait yaitu adanya perseteruan yg ternyata telah berlangsung relatif lama. Permasalahannya yaitu Irak ingin Kuwait sebagai bagian menurut negara Irak. Keinginan Irak membuahkan Kuwait bagian menurut negaranya dikarenakan Kuwait dulunya memang bagian menurut daerah Irak lantaran dari menurut wilayah kekuasaan Ottoman. Tetapi akhirnya terpisah dampak kolonialis Inggris. Sikap campur tangan Inggris ini bukan tanpa sebab. Inggris ingin melindungi ladang minyak Kuwait yg sewaktu-saat sanggup jatuh ke tangan Irak. Inggris beranggapan bahwa apabila ladang minyak itu dikuasai Irak maka harga minyak global akan naik (Anggono, 2002). Oleh karenanya Inggris membantu Kuwait waktu menghadapi agresi-agresi menurut Irak galat  satunya menggunakan mengirimkan pasukannya ke Kuwait.
Inggris tidak sendirian dalam membantu Kuwait membebaskan diri dari Irak. Liga Arab juga  membantu upaya Inggris untuk mengusir Irak dari Kuwait. Liga Arab mengadakan pertemuan darurat pada tanggal 8 Agustus 1990, menghasilkan pembentukan delegasi Angkatan Darat Bersatu Arab  untuk mengusir Irak dari Kuwait. Rencana selanjutnya adalah negosiasi antara kedua negara. Liga Negara-negara Arab dan negara-negara lain  tidak ingin Kuwait jatuh ke tangan Irak, yang akan merusak kepentingan negara-negara yang bekerja dengan Kuwait.
Salah satu faktor ekonomi Irak adalah resesi yang disebabkan oleh perang Irak melawan Iran dan hancurnya infrastruktur Irak (Mariati, 2003). Penurunan ekonomi dan infrastruktur telah memaksa Irak untuk meningkatkan ekonomi dan infrastrukturnya. Pada saat itu, impor Irak bergantung pada ladang minyak. Saat itu, harga minyak dunia relatif rendah. Rendahnya harga minyak disebabkan oleh negara-negara pesaing yang memiliki cadangan minyak yang besar. Salah satunya adalah Kuwait yang juga dikenal sebagai negara kaya minyak yang menjaga harga minyak dunia tetap rendah.
Dengan harga minyak  dunia yang rendah, Irak telah meminta bantuan orang-orang Arab dan Kuwait. Namun, kedua negara  tidak menanggapi permintaan  Irak dengan baik. Akhirnya, Irak telah melakukan berbagai upaya untuk mencapai keinginannya, termasuk menuntut uang dari Kuwait, menuduhnya mencuri minyak dari wilayah  Irak. Namun, Kuwait mengambil sikap tegas dan menolak untuk memenuhi tuntutan Irak.
Ambisi Saddam Hussein juga menjadi faktor dalam serangan Irak ke Kuwait (Tempo Data and Analysis Center, 2019). Saddam Hussein adalah pemimpin Irak pada saat itu. Saddam Hussein bercita-cita menjadi penguasa Arab dan menguasai Kuwait. Keinginan ini mendorong Saddam Hussein untuk memperkuat kekuatan militernya dan  memperkaya ekonomi. Dengan memerintah Kuwait, Anda mengontrol kelimpahan ladang minyak. Sumber daya alam yang melimpah dalam bentuk minyak memberi Kuwait kemampuan untuk mengendalikan harga minyak dan menaikkan harga minyak di negara-negara yang membutuhkannya.
Bahkan Irak membantu negara-negara Arab yang sedang berjuang mendapatkan simpati dari negara-negara Arab. Ketika negara-negara Arab bersimpati dengan Irak, harapan ke depan adalah mereka dapat mendukung Irak menjadi penguasa Arab. Akibat perang Irak melawan Iran, ekonomi dan kekuatan militer Irak melemah. Aspirasi lain dari Irak adalah untuk menguasai Kuwait. Dengan menguasai Kuwait, saya berharap ekspor dan impor maritim Irak ke depan akan  lancar. Juga, alasan lain  Irak ingin menguasai Kuwait adalah karena Kuwait adalah anggota tetap PBB, akan sangat menguntungkan bagi Irak jika Irak dapat menguasai Kuwait.
Faktor penyumbang berikutnya adalah keinginan Irak untuk menguasai ladang minyak Kuwait (Nurmantyo, 2017). Berkat kepentingan nasionalnya yang mengakar, Irak akhirnya mampu menguasai Kuwait dalam waktu 24 jam dan menjadikan Kuwait sebagai salah satu provinsi di Irak. Irak  tidak takut akan kritik atau tekanan dari masyarakat internasional. Serangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan sekutunya tidak goyah di Irak. Bahkan resolusi  PBB  tidak ditanggapi dengan serius.
Irak sedang mencari ide untuk memadamkan kritik dan tekanan  internasional. Salah satu cara  Irak melakukan ini adalah kesepakatan bahwa Irak akan meninggalkan Kuwait jika Israel meninggalkan Arab juga. Irak sedang bernegosiasi untuk memenangkan simpati  warga Arab.  Irak juga menggunakan tameng Irak untuk menyandera pekerja asing  (Sihbudi, 1997). Tindakan Irak tersebut justru membuat marah masyarakat internasional, yang akhirnya berujung pada aksi militer terhadap Irak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H