Identitas
Judul Film:
Kalo Ga Ada Ramadhan
Produser:
Creatna Ella Yustisia
Sutradara:
Umank Ady
Rumah Produksi:
D'kandang Amazing Farm, Bedasinema Pictures, Size Entertainment
Tanggal Tayang:
18 April 2021
Durasi Film:
65 menit
Tersedia di:
bioskoponline.com [Rp 10.000,00]
Rilisan:
Indonesia
Aktor:
Arief Didu, H. Fadillah Kanvas, Yunita Fujiyama, Putri Canda Yulia, Adinda Syamsa Qonita, Zorgy Perdana, Nuyang Jaimee, Nia Fadhlan, Sulayman Abdul Aziz, Millah Moo, Dallas Pratama, Muzakki Ramdhan, Ayu Saphira, Ade Jigo, Annette Edoarda, Wisnu Aryan, Muhammad Alfatih, Fathurrahman, Gusfari, Aliza Kamila, Amien Rice, Kiswanto Nughroho
Orientasi
Ramadhan, meski hanya terjadi sekali setiap satu tahun Hijriah, tetapi selalu meninggalkan "sesuatu" bagi orang-orang. Kalo Ga Ada Ramadhan adalah sebuah film bergenre drama dengan sedikit bumbu komedi yang disutradarai oleh Umank Ady. Film ini menceritakan berbagai kisah dari masing-masing tokoh yang dibagi menjadi beberapa segmen. Diawali oleh Mursali, seorang pekerja bangunan yang selalu bekerja keras, tetapi hampir tidak pernah berpuasa. Segmen kedua menceritakan tentang Mpok Kokom, ibu dari dua anak yang berusaha mencari nafkah setelah satu tahun ditinggal pergi suaminya.Â
Cerita berpindah ke Hafis, seorang perantau yang sudah 5 tahun lamanya tidak pulang ke kampung halamannya, yang kini memutuskan untuk pulang kampung. Terjadi perselisihan antara Hafis dengan ibunya 5 tahun lalu ketika Hafis ingin merantau. Ia kembali dengan keinginan untuk memperbaiki relasinya dengan sang ibu. Di segmen keempat, diceritakan Geby, seorang selebgram dan influenser yang memutuskan untuk tidak mengunggah kegiatan amalnya di media sosial, sehingga hal ini mempengaruhi pekerjaannya. Terakhir, segmen kelima menceritakan tentang Farhan dan Lidya, kakak beradik yang bekerja di kota yang juga memutuskan untuk pulang kampung. Mereka menyiapkan THR sebagai hadiah untuk orang-orang di kampung.
Analisis
Mengangkat tema suasana Ramadhan, film Kalo Ga Ada Ramadhan, secara keseluruhan, memiliki alur maju di hampir semua segmen. Namun, segmen ketiga yang berjudul Bacaan Qur'an untuk Ibu memiliki alur mundur maju. Terdapat kilas balik saat Hafis dalam perjalanan pulang menuju kampungnya. Kilas balik tersebut menunjukkan percakapan antara Hafis dengan ibunya 5 tahun yang lalu ketika pertama kali Hafis ingin merantau. Setelah kilas balik ini, lini masa kembali ke Hafis yang sedang dalam perjalanan pulang ke kampungnya.
Setiap segmen memiliki latar yang berbeda-beda. Namun, secara keseluruhan film ini berlatar di daerah pedesaan dan perkotaan, tetapi tidak dispesifikkan namanya. Amanat yang ingin disampaikan film ini ada yang disampaikan secara eksplisit ada juga yang dibungkus secara implisit. Ada yang disampaikan melalui percakapan antar tokoh, ada pula yang melalui perilaku, tindakan tokoh. Sebagai contoh, Mursali sudah diingatkan untuk berpuasa oleh Imam tetapi tetap tidak puasa. Muryanto pun mengatakan, "Dosa lo Mur, kerja lo bawa bawa. Puasa mah puasa aje." Adegan ini tentu mengajarkan bahwa berpuasa itu wajib hukumnya bagi seorang muslim.
Contoh lain adalah Geby. Ia ingin untuk membagikan barang barang ia dapat dari sponsor. Ia juga tidak ingin mendokumentasikan kegiatan amalnya. Ia tidak ingin pamer di Bulan Suci Ramadhan. Lagu resmi dari film ini yang berjudul "Tertipu Waktu" pun memiliki makna. "Sejuta alasan demi kelalaian," digambarkan oleh tokoh Mursali yang selalu berdalih untuk tidak berpuasa. "Ampunkan aku yang tertipu waktu.. melupakanmu karena kesibukanku," bisa diartikan dua hal. Pertama adalah melupakan Tuhan, dan yang kedua adalah melupakan keluarga akibat terlalu sibuk bekerja.
Evaluasi
Hal pertama yang dapat dinikmati dari film ini adalah terkait audionya. Musik latar yang berupa instrumental begitu kaya dan indah. Penggunaannya di adegan-adegan yang penting seperti ketika Mursali menerima kabar mengenai istri dan anaknya, adegan ketika Hafis berbicara dengan ibunya, ataupun adegan ringan seperti pemandangan menciptakan atmosfer dan memperkuat emosi. Adapun sound effect digunakan dalam beberapa adegan seperti ketika Mpok Kokom baru bangun tidur, menciptakan ketegangan tanpa dasar dengan volume dan tempo yang tinggi dan membuat penonton gelisah dan salah mengira bahwa akan ada sesuatu yang mengejutkan yang akan terjadi.
Suara sangat penting dalam sebuah film karena suara mendukung visual dalam menyampaikan pesan yang kuat. Satu hal yang menarik dari film ini adalah film ini tidak menggunakan voice-over. Voice-over adalah suara yang direkam di luar adegan dan bukan merupakan suara asli. Suara latar ini biasanya digunakan untuk menarasikan isi hati tokoh dan termasuk ke dalam suara non-diegetik. Uniknya, tidak ada penggunaan suara latar yang menggambarkan isi hati tokoh pada film ini. Kebanyakan film Indonesia, dalam hal ini sinetron, selalu menggunakan monolog, membatin, atau penyampaian isi hati tokoh, dan sebagainya. Hal ini dapat dinilai sebagai sebuah kemalasan, minim imajinasi, atau sebuah ketidak-kreatifan, karena pesan dalam film juga dapat disampaikan tidak hanya dengan kata-kata tetapi juga dari visual dan dari kemampuan akting pemeran.
Film ini sarat akan makna dan amanat. Bulan Ramadhan sebagai sumber rezeki bagi sebagian orang, sebagai momentum untuk beribadah dan memperbaiki diri, serta untuk bertemu dengan keluarga. Film ini mengajak para penonton untuk lebih memaknai bulan Ramadhan dan mengurangi kesibukan-kesibukan duniawi. Film ini dibumbui sedikit komedi ringan. Komedi ringan di film ini bukanlah hal yang utama dalam cerita. Namun, fungsinya adalah sebagai pembuka cerita atau orientasi cerita. Komedi atau humor adalah hal yang sangat subjektif. Bagi sebagian orang, komedi di film ini mungkin kurang lucu atau tidak lucu. Sebagian lagi ada yang menganggap lucu, dan ada pula yang saking garingnya malah menjadi lucu, seperti saya contohnya.
Terlepas dari hal-hal tersebut, film ini memiliki sejumlah kekurangan. Film dikemas dan diceritakan dalam bentuk penggalan-penggalan cerita. Segmentasi cerita berpotensi membingungkan penonton yang kurang mengerti konsep pembawaan cerita seperti ini. Konsep segmentasi juga mengakibatkan kurang dalamnya sebuah cerita, apalagi dalam sebuah film yang hanya berdurasi 65 menit. Struktur cerita, seperti yang kita tahu, terdiri dari orientasi, komplikasi, dan resolusi. Namun di film ini, penonton tidak akan disuguhi permasalahan yang intens, apalagi klimaks. Sebagai sebuah drama, plot dalam film ini cenderung berjalan datar. Akibatnya, cerita tidak menghasilkan disparitas pengetahuan yang menyebabkan elemen-elemen kejutan, misteri, dan ketegangan. Segmen kelima bisa dibilang memiliki potensi permasalahan yang bisa dikembangkan, tetapi ternyata berujung pada antiklimaks.
Rekomendasi
Secara keseluruhan, film ini cocok untuk ditonton oleh kalangan usia remaja ke atas. Film ini juga cocok ditonton oleh seluruh golongan karena tidak hanya membicarakan terkait agama Islam, tetapi lebih kepada bulan Ramadhan dan lebaran sebagai momentum untuk berkumpul bersama dengan keluarga. Memiliki plot yang datar, film ini cocok untuk penikmat film santai. Kebalikannya, film ini tidak cocok ditonton oleh orang yang suka dengan plot cepat dan penuh dengan komplikasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI