Mohon tunggu...
T Muhammad Shandoya
T Muhammad Shandoya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ekonomi Islam

Mahasiswa Universitas Syiah Kuala

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kopelma Darussalam: Sebuah Antitesis Darul Harbi dan Dinamika Romantika

27 April 2021   07:40 Diperbarui: 27 April 2021   07:43 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setelah permasalahan ganti rugi tanah selesai, muncul lagi persoalan lain, yaitu terkait hak kepemilikan tanah seluas 181,3 hektare karena seluruh biaya ganti rugi dilakukan oleh Unsyiah di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sedangkan IAIN Ar-Raniry berada di bawah Departemen Agama. Namun, persoalan itu berhasil dituntaskan oleh Prof. Ibrahim Hasan pada tahun 1980-an dengan membagi proporsi wilayah dengan batas tertentu, yaitu Unsyiah seluas 132,43 hektarnya di rumah, IAIN Ar-Raniry seluas 35,75 hektar, proyek pengaturan dan pemeliharaan Krueng Aceh 7,46 hektar, dan pelebaran jalan 5,66 hektaran (Berdasarkan Data Badan Pertanahan Nasional Kanwil Aceh,1992). Maka dengan kebijakan yang dilakukan oleh Prof. Ibrahim Hasan membuat Kopelma Darussalam menjadi hangat kembali. Meskipun luas tanah sudah dibagi sesuai dengan batas yang jelas, tetapi dalam realitanya masih ada fasilitas IAIN Ar-Raniry waktu itu berada di wilayah Unsyiah. Namun, hal itu tidak menjadi persoalan karena esensi pembangunan Kopelma Darussalam berasaskan persaudaraan dan gotong royong.

Perseturan kepemilikan tanah ini kembali muncul sejak satu tahun belakangan ini, suasana Kopelma Darussalam menjadi dingin karena fasilitas kampus UIN Ar-Raniry yang berada di wilayah Unsyiah menjadi polemik sampai saat ini, juga mempertimbangkan status perguruan tinggi yang sama-sama sudah menjadi Badan Layanan Umum (BLU) yang menuntut penjelasan terhadap aset masing-masing kampus. Jika kita bercermin pada khittah pembangunan Kopelma Darussalam dan penyelesaian persoalan dengan sangat arif dan bijaksana yang dilakukan para pendahulu, maka sudah seyogyanya hubungan persaudaraan ini terus dibina dan dijaga, karena founding father dan Rakyat Aceh membangun Kopelma Darussalam dengan semangat gotong royong demi merekonstruksi peradaban yang telah tereduksi. Maka persoalan ini sudah saatnya diakhiri dengan konsep "musyawarah" dan "islah" demi mewujudkan Darussalam sejahtera di persada Tanah Iskandar Muda.

Penulis bernama T. Muhammad Shandoya mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Islam, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, angkatan 2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun