Terlontar di kehidupan yang tidak pernah dimintanya, manusia tidak berdaya menghadapi penindasan, ketidakadilan, dan tragedi yang memilukan.
Di sini, di dunia yang entah kapan berakhir, manusia terpaksa menjalani kehidupan apa adanya, menahan perih dan pedih.
Genosida yang terjadi di Gaza, pengusiran warga di West Bank, pengeboman sekolah dan tenda-tenda pengungsi, dan sederet peristiwa memilukan yang dialami jutaan manusia, membuatku bertanya kapan ini berakhir. Kapan pertolongan Tuhan datang?
Tragedi kemanusiaan bukan kali ini saja terjadi. Kalau dihitung-hitung, mungkin jari ini tidak mencukupi. Bukan hanya peristiwa internasional seperti Perang Dunia I dan II, pembantaian muslim Bosnia, kekerasan atas nama agama, dan lain-lain, tragedi kemanusiaan di skala nasional pun kerap terjadi. Kasus Marsinah, Munir, Udin, dan banyak lagi. Bahkan sejak keluarga manusia pertama hidup di dunia, tragedi itu sudah ada: penindasan Qabil terhadap Habil.
Itu dari sisi manusia yang tertindas. Di sisi manusia yang memiliki kekuasaan, manusia tampil buas layaknya binatang. Segala cara dihalalkan, semua daya dikerahkan untuk mengekploitasi dan menghegemoni manusia yang tidak berdaya. Berbekal jargon knowledge is power, bangsa Eropa berkelana menghancurkan budaya bangsa yang disinggahinya.
Dan tiba-tiba, mereka yang ditindas menghembuskan nafas untuk terakhir kalinya, tanpa bisa membalas.
Dunia memang tidak adil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H