Abu Malik wafat pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, tahun 18 H. Syahr bin Hausyab berkata, dari Ibnu Ghanam bahwa Muadz bin Jabal, Abu Ubaidah, dan Abu Malik wafat terkena wabah tha'un amwas ( , epidemi wabah pes yang menimpa negeri Syam (Suriah) pada tahun 638--639 M. Wabah ini disebarkan oleh hewan pengerat, gigitan kutu yang terinfeksi, kontak dengan cairan tubuh yang menular, atau menghirup droplet. Wabah ini menyebabkan meninggalnya 25.000 orang termasuk pasukan muslim dan beberapa sahabat ternama, seperti Abu Ubaidah bin Jarrah, Muadz bin Jabal, Yazid bin Abi Sufyan, serta Syurahbil bin Hasanah. Selain itu, wabah ini juga memicu pengungsian besar-besaran penduduk asli Syam. Dalam sejarah pertumbuhan ilmu kalam, peristiwa ini juga dikaitkan dengan pemahaman tentang takdir dan kehendak bebas manusia.
Dalam hadits Arba'in yang ke-23 ini, Rasulullah saw. menerangkan kepada kita bahwa:
- Bersuci (ath thahur) sebagian dari iman. Bersuci ada dua macam, yaitu: fisik dan mental (jasmani dan rohani, jasad dan hati). Imam Al Ghazali berkata bahwa bersuci di sini maksudnya adalah mensucikan hati dari iri, dengki, kebencian, dan seluruh penyakit hati. Iman hanya akan sempurna dengan mensucikan hati. Barang siapa yang telah bersyahadat makai a telah meraih syathr (sebagian) iman, dan barang siapa yang mensucikan hatinya dari penyakit hati, maka imannya menjadi sempurna. Sebagian ulama mengatakan bahwa barang siapa yang mensucikan hatinya, berwudhu, dan mandi, maka ia telah mendatangi shalat dengan dua kesucian. Dan barang siapa yang hanya mensucikan anggota tubuh saja (wudhu atau mandi), maka ia hanya mendatangi shalat dengan setengah suci.
Ada sebuah hadits populer tentang manfaat wudhu, yang berbunyi:
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ ﷺ: مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ، خَرَجَتْ خَطَايَاهُ مِنْ جَسَدِهِ حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتِ أَظْفَارِهِ (رواه مسلم)
"Barang siapa berwudhu dengan sempurna, maka dosa-dosanya akan keluar dari tubuhnya, hingga keluar dari bawah kukunya."
- Ada ucapan yang mudah atau ringan di lisan namun, sangat berat pahalanya, yaitu: ucapan alhamdulillah yang mana ucapan itu memenuhi timbangan dan ucapan subhanallah dan alhamdulillah keduanya memenuhi antara langit dan bumi Hal ini diperkuat juga dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:
كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ علَى اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ في المِيزَانِ، حَبِيبَتَانِ إلى الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللهِ العَظِيمِ (رواه مسلم)
"Dua kalimat yang ringan di lidah, berat di timbangan, dan dicintai oleh Allah Swt. yaitu: subhanallahi wa bihamdihi subhanallahil 'azhim."
- Shalat adalah cahaya, maksudnya pahalanya menjadi cahaya. Hal ini sesuai dengan hadits:
بَشِّرِ الْمَشَائِيْنَ فِى الظُّلْمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Berilah kabar gembira untuk orang yang berjalan dalam kondisi gelap ke masjid dengan cahaya sempurna pada hari kiamat."
- Sedekah adalah bukti nyata, maksudnya bukti dari sahnya iman, bukti dari benarnya iman. Dinamakan shadaqah karena sedekah menjadi bukti seseorang "benar-benar" beriman. Sedekah adalah bukti benarnya iman seseorang karena biasanya jiwa bersifat pelit dengan harta. Sifat orang munafik biasa beramal atas dasar riya. Ia sulit bersedekah karena pelitnya pada harta.
- Kesabaran adalah sinar. Sabar mencakup tiga hal, yaitu: sabar dalam ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar dalam menghadapi musibah. Orang yang bisa bersabar menandakan kuatnya iman dan jiwa yang menyala, sehingga disebutlah sabar itu dhiya' (sinar).
- Al-Qur'an adalah pendukungmu atau penuntutmu. Al-Qur'an itu bisa jadi pendukung kita atau akan menuntut kita. Al-Qur'an bisa menjadi pendukung jika kita membenarkan, menjalankan perintah, dan menjauhi larangan yang ada di dalamnya, serta membacanya dengan benar. Sebaliknya Al-Qur'an akan menuntut kita ketika kita berpaling darinya dan tidak menjalankan sebagaimana yang dituntut.
- Setiap manusia berusaha, seakan-akan ia menjual dirinya, ada yang memerdekakan dirinya sendiri, ada juga yang membinasakan dirinya sendiri. Maksudnya adalah dalam hidup ini kita seakan sedang melakukan transaksi. Transaksi tersebut dapat dijalan kepada pihak yang benar (Allah, dengan cara menaati-Nya dan menjauhi larangan-Nya) ataupun kepada yang salah (setan dan hawa nafsu). Orang yang bertransaksi dengan Allah, maka ia menjadikan dirinya merdeka dari api neraka, sedangkan orang yang bertransaksi dengan setan dan hawa nafsunya, maka ia sedang menghancurkan dirinya sendiri.
Wallahu a'lam.
Sumber:
An Nawawi, Abu Zakaria Yahya bin Syaraf, Kitabul Arba'in An Nawawiyah (Ditahqiq oleh Ahmad Abdur Raziq Al Bakri, Maktabah Darussalam, Kairo, 2007
Al Bugha, Musthafa Dieb, dan Misthu, Muhyiddin, Al Wafi Syarah Hadis Arba'in Imam An Nawawi, terj. Wakhid, Rokhidin, Qisthi Press, Jakarta, 2014
dorar.net/hadith/sharh/3020
id.wikipedia.org/wiki/Wabah_Amwas
islamweb.net/ar/library/content/74/766/بشر-المشائين-في-الظلم-إلى-المساجد-بالنور-التام-يوم-القيامة
kisahmuslim.com/6591-abu-malik-al-asyari.html
Mahyay, Muhammad Abdur Razzaq, Syarhul Arba'in An Nawawiyah, Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabhan wa auladih, Surabaya, t.t.