Mohon tunggu...
Shamar Khora
Shamar Khora Mohon Tunggu... lainnya -

Referensi Pendamping, Inspiratif, Berimbang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jelang Pergantian Tahun

29 Desember 2013   17:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:22 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.”1

Sejak semula, Kitab Suci menunjukkan bahwa soal MURKAitu adalah hak prerogatif Sang Pencipta. Seluruh ciptaan di dunia—sekiranya perlu disebutkan satu per satu—apa pun dia atau siapa pun dia, sama sekali tidak berhak untuk murka dan/atau menuntut Penciptanya!

Siapa tidak bisa terima? Ingin berontak, seolah-olah Allah berlaku tidak adil? Apakah yang manusia ketahui tentang KEADILAN? Setiap manusia sudah pasti kalah mutlak sekiranya berperkara menghadapi Sang Pencipta! Hikmat TUHAH jauh melampaui kecerdasan otak manusia yang paling jenius. Seluruh kerangka teoretis astro-fisika modern, serta pelbagai rumusan ilmiah dan temuan-temuan sains modern pun belum sepenuhnya memadai untuk menjelaskan kompleksitas tatanan semesta raya yang ada sekarang—sebuah dunia yang kelak akan berakhir sesuai kehendak Pencipta itu sendiri.

Misteri abadi

Dan juga adalah kehendak-Nya, bahwa tidak satu pun hitung-hitungan manusia dan kecanggihan prediksi sains modern mampu menetapkan secara pasti kapan dunia ini akan berakhir.2 Terkait hal ini, Kitab Suci Nasrani mengingatkan bahwa setiap umat pilihan-Nya wajib untuk berjaga-jaga karena kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Maka, mereka senantiasa dimotivasi untuk mempraktikkan tertib hidup sehari-hari, serta berperilaku benar dan bertindak bijaksana dalam setiap hal, seolah-olah besok dunia akan berakhir.

Selain itu, mereka juga didorong untuk giat melayani dengan sepenuh hati, agar sedapat-dapatnya, mereka mampu memberikan apa pun yang terbaik (bukan mengerjakan sesuatu secara ala kadarnya) sepanjang mereka masih berada di dunia. Sehingga, apa pun yang dikerjakan sekarang, seolah-olah dikonstruksi untuk mampu bertahan selama lebih dari ribuan tahun!

Pada tahun 215 SM, bangsa Tiongkok kuno membangun Dinding Raksasa mereka, dengan konstruksi fisik bangunan dikerjakan selama lebih dari ratusan tahun. Bagian demi bagian harus diselesaikan dengan penuh ketekunan agar dinding itu mampu bertahan selama lebih dari ribuan tahun. Hanya bangsa yang besar saja, yang dapat memiliki visi sebesar itu, dengan keyakinan bahwa mereka masih akan tetap eksis hingga selama itu!

Seyogianya, umat manusia tidak perlu terlalu jauh berspekulasi tentang kapan dunia akan berakhir karena itu adalah MISTERI ILAHI! Bagi Allah, satu hari pun—bahkan sedetik pun—tidak ada bedanya dengan seribuan tahun (demikian juga sebaliknya). Allah tidak dapat dibatasi dengan ruang dan waktu. Dialah Pencipta waktu (baik chronos maupun kairos). TUHAN jauh melampaui dan senantiasa berkuasa mengatasi kedua-duanya. Tatkala dunia melihat efek pemanasan global semakin meluas, cuaca berubah secara ekstrem, kerusakan lingkungan hidup terjadi di pelbagai wilayah, dan persediaan sumber energi serta daya dukung alam kian menyusut, itu sekadar tanda-tanda bahwa setiap orang di manapun, wajib untuk sesegera mungkin hidup tertib dan berlaku lebih bijak daripada masa-masa sebelumnya.

Semata-mata hanya karena ketidakmengertian, bahwa ada sebagian orang yang beranggapan Allah tidak paham matematika, tidak mengerti komputer, serta tidak mengenal kecanggihan beraneka jenis gawai (gadget) multimedia modern. Padahal, sejatinya TUHAN adalah Pencipta sejenis organ “komputer” bionik super-canggih pada gumpalan otak cerdas di kepala setiap pembuat gawai canggih itu. Segala sesuatu yang menjadi kebanggaan manusia, sebenarnya belum seberapa sekiranya dibandingkan dengan Grand Design tatanan semesta raya beserta kecermatan pengaturan seluruh kehidupan di dalamnya!

Aturan mainnya

Selamanya, TUHAN itu transendens dan sekaligus immanens, sehingga selamanya juga, Ia tidak pernah terlampaui puncak-puncak tertinggi dari seluruh pencapaian umat manusia!

Di dunia sekarang dan di dunia yang akan datang, Sang Pencipta itu sendiri satu-satunya yang paling berhak mengartikan KEADILAN—Ia juga satu-satunya yang paling berkuasa mewujudkannya secara sempurna. TUHAN tidak pernah memperlakukan ciptaan-ciptaan-Nya secara semena-mena. Seluruh tindakan-Nya senantiasa BENAR dan ADIL dalam hal apa pun. Allah tidak mungkin untuk berlaku curang sebab ciri-ciri Pribadi-Nya bertentangan dengan ketidakadilan.

“Celakalah orang yang berbantah dengan Pembentuknya; dia tidak lain dari beling periuk saja! Adakah tanah liat berkata kepada pembentuknya: "Apakah yang kaubuat?" atau yang telah dibuatnya…"3

Meskipun TUHAN juga Maha-Pengasih dan panjang sabar, tetapi sebaiknya jangan pernah seseorang berniat untuk mencobai batas-batas kesabaran-Nya. Dalam hal-hal berhubungan dengan dunia dan seluruh makhluk di dalamnya, seluruh tindakan Allah senantiasa didasarkan pada setiap perjanjian abadi dengan umat pilihan-Nya. Itulah ATURAN MAIN-nya sejak zaman purbakala! TUHAN pun tidak pernah salah mengenali, siapa sajakah yang benar-benar adalah milik-Nya. Ironisnya, banyak orang lebih mudah percaya dongeng-dongeng lapuk, yang memberikan pengertian menyesatkan tentang Allah, dengan mengajarkan bahwa Allah, sesekali atau sering-sering, bertindak sesuka-suka Diri-Nya sendiri!

Sesungguhnya, permohonan “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami” adalah bagian dari Doa Musa, sang Pemimpin Besar yang membawa Israel keluar dari perbudakan. Bagian Kitab Suci Perjanjian Lama ini tepat untuk diberitakan pada setiap menjelang pergantian tahun. Sebelum permohonan ini, satu bagian yang mendahului berisi kesadaran sang Pemimpin Besar akan “kekuatan murka” Allah. Itulah sebabnya, sebagai pengantara bangsanya, Musa mengajukan satu permohonan dengan konsekuensi benar-benar sangat serius!

Kini, kebanyakan penghuni dunia tidak peduli perjanjian-perjanjian TUHAN dengan umat-Nya. Namun, sejarah bangsa-bangsa dan peradaban dunia tetap bergerak menuju satu titik terakhir (kairos), yang menggenapi seluruh perjanjian abadi itu! TUHAN, Sang Khalik, tak pernah melupakan apa yang sudah direncanakan-Nya sebelum dunia diciptakan!4

__________________________

Catatan:

1 Mazmur 90:12.

2 “Besok, bisa saja langit tiba-tiba runtuh”.

Kehidupan di bumi akan berakhir pada tahun 2032?”

3 Yesaya 45:9.

4 “Natal dan Pesan Eskatologi”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun