Mohon tunggu...
Shamar Khora
Shamar Khora Mohon Tunggu... lainnya -

Referensi Pendamping, Inspiratif, Berimbang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keguyuban Suasana Lebaran

10 Agustus 2013   17:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:27 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun ini adalah untuk kedua kalinya kami ikut menikmati semarak Lebaran di kampung K. Pada suatu sore sehari sebelum Lebaran, pintu rumah kami diketuk oleh seseorang. Saya bergegas ke depan dengan setengah berlari untuk membuka pintu. Ternyata tetangga kami, Ibu A, yang datang sambil mengulurkan dua pucuk amplop putih tertutup.

“Pak ini ada zakat dari toko bangunan di depan,” kata beliau menjelaskan, seolah-olah mengetahui tersirat ada rasa heran bercampur tanya di wajah saya.

Pada mulanya saya mengira amplop itu berisi semacam pemberitahuan dari aparat desa, atau dari pengurus RT/RW. Mengingat saya dan istri kebetulan belum tercantum di dalam Daftar Pemilih Sementara (DPS) Pemilu 2014itu saya ketahui dari penelusuran pribadi ke website KPUtak heran bahwa saya seperti sangat berharap, atau tepatnya berangan-angan bahwa suatu saat, entah siapa pun itu dari pihak berwenang akan datang ke rumah untuk mendata kami. Itu semua demi perhelatan akbar kita, demokrasi panca tahunan!

Bagaimanapun, kami tidak pernah berkeinginan untuk memperpanjang daftar golput nasional. Sekiranya kelak kami sampai benar-benar tidak terdaftar dalam DPS/DPT, meskipun sudah pernah beberapa kali berusaha untuk mendaftarkan diri, tentu saja itu bukan karena kesengajaan kami. Kami juga tidak ingin menyalahkan siapa-siapa. Kami mafhum saja, di Negeri ini sangatlah langka ada pihak-pihak, yang dengan kesadaran sendiri mengaku sebagai pihak yang bertanggung jawab!

Lupakan saja dulu soal DPS/DPT itu. Tatkala menerima amplop itu, saya agak sedikit membatin, “Wah, ini luar biasa! Untuk pertama kalinya, kami menerima amplop zakat.”

Tampaknya, pemilik toko bangunan itu menganggap semua warga kampung K, lingkungan tempat tinggal kami sekarang, layak untuk menerima zakat mereka. Ini salah satu berkah keguyuban suasana Lebaran di tahun kedua kami tinggal di kampung K. Luar biasa, kami jadi ikut senasib dan tergolong sebagai sesama keluarga “pra-sejahtera”, minimal dari sudut pandang sang pemilik toko bangunan di kampung K.

Keesokan harinya saat hari masih cukup pagi pintu rumah kami kembali diketuk. Kali ini gantian istri saya yang bergegas membuka pintu. Rupanya si Teteh, anak perempuan tetangga kami yang datang mengetuk pintu. Meskipun saya sedang berada di kamar, saya masih dapat mendengar istri saya dan si Teteh saling bertegur sapa riang di hari pertama Lebaran tahun ini. Kedua orang anak kami masih belum bangun.

“Bu ini, ini ada sedikit masakan dari masak-masak kemarin. Silakan ikut dicicipi untuk sekeluarga,” suara si Teteh masih cukup jelas terdengar meskipun dari kamar.

Wow, sempurna!” seru saya dalam hati.

Keguyuban Lebaran tahun ini sudah semestinya menjadi berkat bagi siapa pun. Tidak terkecuali bagi kami, notabene sebagaimana yang disebutkan pada awal tulisan ini, langsung ataupun hanya secara tidak langsung telah “ikut menikmati” suasana Lebaran ini. Meskipun ada insiden ledakan bom di salah satu kelenteng dan terjadi penembakan terhadap aparat kepolisian di sejumlah tempat, serta terakhir terjadi perbuatan keji dari para pengecut, yang tega membunuh seorang perempuan muda di Bandung, secara umum suasana Lebaran tahun ini masih terjaga tetap kondusif.

Kami sekeluarga sebagai sesama ahli waris tradisi iman Ibrahim (Abrahamic Faith) tetapi dari garis bani yang lebih muda, minimal sudah ikut juga menikmati kebersamaan dengan bersantap pagi di rumah dengan sajian menu opor ayam, daging rendang, lengkap dengan kupatnya. Menu yang sama masih dapat kami nikmati saat bersantap siang. Semuanya adalah pemberian dari tetangga sebelah yang merayakan Lebaran.

Selamat Lebaran, mohon maaf lahir batin!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun