Virus corona atau biasa disebut covid-19 bukan sekedar virus biasa yang mengganggu kesehatan manusia, tetapi virus ini mampu menganggu kegiatan manusia dari pekerjaan, sekolah, pusat perbelanjaan, dan bahkan menghancurkan perekonomian negara-negara yang terkena virus corona.
Sehingga virus corona ini bisa dibilang sebagai "pandemi", mengapa demikian karena WHO (World Health Organization) menyebutkan virus corona sebagai pandemi, maka WHO berharap negara-negara lain bisa lebih agresif dalam mengambil tindakan pencegahan dan perawatan.
Maka dari itu ditengah pandemi corona, masyarakat menengah atas sampai lapisan bawah ikut khawatir akan tertular dari penyebaran virus corona ini, dan semua negara yang sudah terinfeksi virus corona diberikan kebijakan dari pemerintahan, seperti di Indonesia, tindakan yang diambil oleh pemerintah untuk memutus rantai penyebaran corona adalah dengan melakukan self quarantine (isolasi mandiri) sampai akhirnya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), sebenarnya belum ada instruksi lockdown dari Bapak Presiden Jokowi, tetapi masyarakat di Indonesia sudah mengalami kepanikan dan psikisnya sudah ketakutan akan kematian, seperti banyaknya masyarakat yang melakukan panic buying, memborong pasokan bahan-bahan pokok di swalayan dan pasar tradisional, yang menyebabkan terjadinya eksternalitas negatif bagi golongan masyarakat yang tidak melakukan panic buying, kegiatan menimbun stok makanan dan bahan baku sangat merugikan masyarakat golongan menengah bawah, karena kebanyakan dari golongan yang melakukan panic buying adalah masyarakat kelas atas atau dapat disebut berkecukupan, mereka menganggap bahwa pandemi corona akan membuat mereka kelaparan karena dirumah saja, tidak boleh kemana-mana, atau berfikir bahwa pemerintah segera melakukan lockdown.
Jika persediaan di pasar tradisional dan swalayan habis, maka terjadi hukum permintaan dan penawaran dalam ekonomi yaitu, jika keadaan permintaan konsumen tinggi karena jumlah barang yang ada sedikit, maka harga barang akan semakin mahal.
Maka dikhawatirkan adanya pihak penjual yang menjual stok bahan-bahan pokok dengan harga dua kali lipatnya, karena merasa bahwa barang tersebut dibutuhkan masyarakat, lalu yang terkena impact adalah masyarakat menengah bawah yang mungkin pekerjaannya hanya sekedar pedagang kaki lima, ojek online, supir taxi, jasa kurir, dan banyaknya juga karyawan-karyawan terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) tanpa diberi pesangon atau upah karena perusahaan tersebut mungkin mengalami defisit, tidak adanya pendapatan.
Para pekerja tersebut disaat pandemi corona sangat terkena imbasnya, mereka tidak mendapatkan penghasilan atau bahkan hanya mendapatkan gaji 50% saja atau setengah gaji, yang sebagaimana mereka dengan sehari-hari hidup pas-pasan walaupun pendapatan normal, bagaimana jika keadaan PSBB seperti sekarang ini, masyarakat atau konsumen yang biasa membutuhkan layanan jasa pekerja tersebut, semua berada dirumah, maka penghasilan mungkin hampir tidak ada sehari-harinya.
Lapisan masyarakat menengah bawah juga manusia yang hidup membutuhkan pangan, yang biasanya kepala keluarga bisa menafkahi mereka, mungkin disaat pandemi sekarang ini kekurangan atau bahkan tidak bisa, lalu ditambah harga bahan-bahan pokok mengalami peningkatan karena kelangkaan persediaan atau permintaan konsumen yang meningkat disaat aktifitas masyarakat harus dirumah saja, seperti bumbu-bumbu dapur, gula pasir, telur serta beras untuk makan sehari-hari.
Jika hal ini dibiarkan, apakah tindakan kejahatan dapat terjadi ? mungkin saja, karena siapapun orang mencari cara agar dapat bertahan hidup untuk mencukupi kebutuhan pangannya.
Ketimpangan sosial disaat pandemi corona juga terlihat jelas, banyaknya masyarakat lapisan menengah kebawah yang kelaparan dan berjuang bertahan hidup, lalu sebaliknya, melihat masyarakat lapisan atas yang mampu menimbun stok atau persediaan bahan-bahan pokok, mereka dapat hidup normal walaupun harus bekerja dirumah atau WFH (Work From Home).
Upaya pemerintah untuk mengatasi situasi ini sudah dilakukan khususnya oleh pemerintah DKI Jakarta, dengan memberikan bantuan sembako dan uang belanja, tetapi permasalahannya adalah pendistribusian bantuan pemerintah belum merata, masih ada rumah tangga yang belum mendapatkan bantuan, ntah akibat adanya kecurangan dari pihak berwajib selaku distributor atau memang belum tersebar merata bantuan tersebut. Tetapi Indonesia itu luas, dengan berbagai pulau dan kota, bantuan pemerintah ke kota-kota lain belum ada.
"Saat kemarin proses pendistribusian sembako di wilayah Tangerang Selatan, ada seorang ibu rumah tangga yang meminta tambahan sembako, karena merasa tidak dapat penghasilan dan bantuan dari pemerintah." Ujar Fahrizal selaku anggota lembaga bantuan sosial, pada Rabu 15 April 2020.
Maka seluruh masyarakat yang terkena impact pandemi corona khususnya masyarakat lapisan menengah bawah sangat menunggu bantuan dari negara secara merata diseluruh pulau dan kota, agar mereka bisa bertahan hidup, tetap dirumah saja, dan dapat membantu memutus rantai penyebaran corona, walaupun ada beberapa influencer yang tergerak hatinya membuat galang dana untuk saling membantu masyarakat yang membutuhkan.
Perlu adanya regulasi, yang dimana sebaik-baiknya regulasi merupakan regulasi yang terealisasi oleh pemerintah, sebagai masyarakat janganlah awas, tetap memantau, meneliti dan kritis akan setiap kebijakan-kebijakan pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H