Akhir tahun 2019 merupakan awal dari sebuah pandemi dimulai, yang di mana pada 31 Desember 2019 China mengirim peringatan ke World Health Organization (WHO) mengenai kemunculan pneumonia di kota Wuhan yang kemudian dikenal dengan Pandemi Covid-19 hingga saat ini. Dengan potensi penularan yang sangat cepat melalui udara membuat virus ini dapat dengan mudah menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia.Â
Selain itu, dampak dari Covid tidak hanya dalam bidang kesehatan, namun juga merambat ke segala aspek kehidupan, tidak terkecuali aspek ekonomi. Dengan adanya pembatasan interaksi sosial dalam upaya penanganan Covid membuat kegiatan ekonomi melesu di segala sektor perekonomian di dunia, termasuk ASEAN dan Indonesia.Â
Sejak awal tahun 2020, negara-negara ASEAN telah mengalami dampak dari menurunnya aktivitas ekonomi global yang diakibatkan pandemi Covid-19. Ditunjukkan dari grafik diatas bahwa terjadi pertumbuhan ekonomi yang negatif.Â
Seperti diketahui, faktor utama pendukung pertumbuhan ekonomi banyak berasal dari aktivitas perdagangan internasional dan investasi yang merupakan modal utama untuk meningkatkan daya saing perdagangan. Menurunnya investasi pada negara-negara ASEAN pada Q1 dan pertumbuhan ekonomi pada Q2, dengan begitu negara-negara ASEAN telah memasuki fase resesi ekonomi.
Di posisi kedua dan ketiga, PDB negara Filipina dan Thailand terkontraksi dengan angka 16,5% (YoY) dan 13,3% (YoY). Keduanya diketahui mengandalkan pariwisata sebagai salah satu komponen utama GDP yang di mana setelah terjadi pandemi, praktis jumlah turis asing maupun lokal menurun sangat drastis. Tercatat sektor pariwisata Thailand sendiri mengambil andil 21,6% dari PDB.
Selanjutnya perekonomian Singapura juga mengalami kontraksi sebesar 12,6%. Hal tersebut dikarenakan perekonomian Singapura disokong oleh global trade sehingga mengalami kemerosotan yang sangat besar.
Covid-19 hadir dan menimbulkan kerentanan yang menyerang perekonomian, seperti terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan ketimpangan vertikal dan horizontal, peningkatan utang luar negeri, upaya fiskal yang rendah, serta meningkatkan pengeluaran dan kebutuhan di bidang kesehatan.
Di indonesia sendiri kondisinya lebih baik karena awal tahun aktivitas ekonomi masih berjalan normal sampai akhir Q1. Indonesia masih mencatatkan kinerja pertumbuhan yang positif meski sudah menunjukan penurunan PDB.Â