Mohon tunggu...
Shalma Saadatun Hamidah
Shalma Saadatun Hamidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia

Memiliki hobi menonton dan memasak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengapa Semua Anak Harus Punya Kesempatan yang Sama?

22 Desember 2024   21:01 Diperbarui: 22 Desember 2024   20:59 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Realitas Ketidaksetaraan di Dunia Pendidikan

Bayangkan seorang anak kecil dengan impian besar, terhambat hanya karena sistem pendidikan belum memberi mereka kesempatan yang adil. Setiap anak terlahir dengan potensi luar biasa dengan penuh harapan besar untuk masa depan yang cerah. Namun, tidak semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Beberapa anak memiliki hambatan fisik, sosial, atau ekonomi untuk mendapatkan pendidikan, sementara yang lain memiliki lebih banyak akses. Anak-anak dengan disabilitas sering kali terpinggirkan di dalam lingkungan sekolah tradisional. Mereka sering kali ditempatkan di fasilitas pendidikan khusus atau diisolasi dari siswa lain karena dianggap kurang mampu atau mengalami kesulitan yang signifikan dalam berintegrasi ke dalam lingkungan pendidikan umum. Hal ini membatasi kesempatan mereka untuk mendapatkan pendidikan yang adil dan menghambat perkembangan akademis dan sosial emosional mereka (Astuti & Putri, 2024).

Landasan Hukum untuk Pendidikan yang Setara 

Pendidikan adalah hak dasar yang dijamin oleh hukum untuk semua individu, tanpa kecuali. Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menetapkan hak atas pendidikan: 1) Semua warga negara berhak atas pendidikan; 2) Semua negara perlu mengikuti pendidikan dasar dan negara harus membayarnya (Rahmiati et al., 2021). Selain itu, Pasal 32 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidikan khusus ditujukan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran akibat kelainan fisik, emosional, mental, sosial, atau memiliki potensi kecerdasan serta bakat istimewa. Di sinilah pendidikan inklusif memainkan peran yang sangat penting, yaitu dengan memastikan setiap anak, tanpa memandang latar belakang, mampu mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan potensinya.

Mengapa Pendidikan Inklusif Penting? 

Pendidikan inklusif adalah layanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus di sekolah reguler, yang meliputi mereka yang mengalami kelainan, kesulitan belajar, keterlambatan dalam belajar, atau memiliki kecerdasan luar biasa (Fattah, 2006). Pendidikan inklusif bukan hanya tentang memasukkan anak-anak berkebutuhan khusus ke dalam kelas yang sama dengan anak-anak lainnya, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang mendukung keberagaman. Menurut Sismono (2022), pendidikan inklusif sangat penting karena anak-anak dengan kebutuhan khusus (ABK) dan anak-anak lainnya hidup bersama dalam masyarakat dan tidak bisa dipisahkan. Membuat media yang mendukung kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan anak sangat penting. Hal ini tidak hanya membantu anak belajar lebih baik, tapi juga membuat belajar jadi lebih menyenangkan. Anak-anak cenderung lebih fokus dan aktif berpartisipasi jika mereka terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan (Oktaviani & Setiyono, 2023). Dalam sistem pendidikan inklusif, setiap anak diperlakukan dengan rasa hormat yang sama, dan kurikulum disesuaikan untuk memastikan bahwa semua siswa, baik yang memiliki keterbatasan maupun yang tidak, dapat berpartisipasi dan berkembang secara maksimal.

Manfaat Pendidikan Inklusif bagi Semua Anak dan Tantangan dalam Implementasi Pendidikan Inklusif 

Pendidikan inklusif memberi manfaat tidak hanya bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus, tetapi juga untuk semua siswa. Mereka belajar menghargai perbedaan, berempati, dan mengembangkan keterampilan sosial. Kepedulian dan empati terhadap ABK dapat diwujudkan melalui program dukungan seperti konseling, terapi, dan kampanye kesadaran publik. Pelatihan untuk guru juga penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif. Empati bukan hanya simpati, tetapi tindakan nyata yang membantu ABK merasa diterima dan dihargai (Mandasari, 2020). Implementasi pendidikan inklusif tidaklah mudah, karena banyak tantangan yang dihadapi terutama oleh para tenaga pendidik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti & Putri (2024) menunjukkan bahwa ABK kesulitan untuk mencapai potensi penuh mereka karena para guru tidak menyadari tujuan pendidikan inklusif.  Para guru merasa bahwa sekolah khusus  yang seharusnya memberikan layanan ekstra yang dibutuhkan oleh anak-anak berkebutuhan khusus bukan sekolah reguler dengan pendidikan inklusi. Selain itu, masyarakat sering melihat penyandang disabilitas sebagai kelompok yang perlu dikasihani, sehingga kehidupan mereka diatur sedemikian rupa sehingga sulit untuk mandiri. Hal ini membuat mereka jarang tampil di ruang publik bersama orang lain. Negara maju dan berkembang berbeda pandangan dalam melihat hambatan yang dihadapi penyandang disabilitas; di negara maju, fokusnya lebih pada hambatan yang ada, sementara di negara berkembang, masyarakat sering melihat kekurangan mereka, yang membuat keterlibatan penyandang disabilitas kurang didukung (Rompis, 2016).

Strategi Mewujudkan Pendidikan Inklusif yang Efektif 

Adapun strategi yang dapat dilakukan dalam menghadapi tantangan tersebut yaitu perlunya pemahaman yang mendalam terhadap pendidikan inklusi. Guru seharusnya memiliki pemahaman yang mendalam tentang pendidikan inklusi, karena mereka adalah pihak utama dalam proses pendidikan. Guru perlu memahami perubahan dalam dunia pendidikan dan mendapatkan keterampilan khusus untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengajar semua peserta didik (Firli et al., 2020). Pembinaan dan pengembangan keterampilan guru perlu dilatih untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan dalam mengajar siswa dengan kebutuhan khusus seperti strategi pengajaran, pendekatan penilaian, dan pengelolaan kelas yang mendukung inklusivitas. Pendekatan individualisasi guru harus dapat mengembangkan pendekatan pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap siswa termasuk menyesuaikan metode, bahan pembelajaran, dan penilaian sesuai kebutuhan masing-masing siswa (Sari et al., 2023). Menurut Hill & Taylor (2004) keberhasilan pendidikan inklusif tidak hanya diukur dari aspek pembelajaran, tetapi juga dari dukungan lingkungan sekitar, salah satunya adalah peran orang tua dalam mendukung keberhasilan belajar siswa di sekolah inklusi (Wardani & Dwiningrum, 2021). Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh keterlibatan orang tua di sekolah, terutama bagi orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, yang mendukung dan memfasilitasi proses pendidikan. Agar pembelajaran berjalan dengan baik, orang tua perlu memahami nilai-nilai inklusif, seperti kesetaraan, keadilan, keberagaman, kerja sama, dan pengakuan atas keunikan setiap siswa. Harapan positif orang tua terhadap pembelajaran inklusif dapat membantu mendukung kebutuhan dan prestasi belajar anak-anak mereka.

Menuju Dunia yang Lebih Inklusif 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun